👧

219 33 1
                                    

Apa aku bermimpi?

Aku berulang kali mencubit pipiku untuk memastikan jika itu hanya mimpi.

Tapi rasanya sakit sekali, ini tidak mungkin, aku mulai panik dengan hal yang bisa dibilang keajaiban dunia.

"Sampai kapan kamu terus melukai dirimu?"

aku langsung memutar mataku dan langsung membereskan barang-barangku untuk pergi ke apartemenku dengan Soyou.

Myungsoo terus berdiri di sampingku, ini membuat menghela nafas kasar.

"Apa yang kamu tunggu?"tanyaku yang terlihat sakras dengannya.

"Menunggumu."

Yang benar saja Myungsoo menungguku, aku bahkan tidak memintanya menungguku. Aku memilih mengabaikannya dan beranjak meninggalkan meja kerja.

Lagi-lagi dia mengikutiku, apa yang sebenarnya yang dia mau.

Sampai di depan kantor aku langsung memutarkan badanku dan menghadapnya. Wajahnya yang penuh dengan pencerahan tersenyum kepadaku tanpa dosa.

"Apa yang kamu mau?"tanyaku yang mulai meninggikan suara.

Wajah Myungsoo tiba-tiba menjadi dingin, dan terus mendekatkan dirinya kearahku, ini membuatku sangat takut, aku perlahan-lahan mundur agar menjauh darinya.

Tapi tanganya itu berhasil lebih dulu menghentikan langkahku.

Myungsoo mulai mendekatkan wajahnya ke arahku.

EOTTOKE!!!!

Pikiranku mulai tidak terkontrol.

Tiba-tiba.

"Urusan kita belum selesai."bisik Myungsoo yang membuatku merinding dan hampir kehabisan nafas.

Myungsoo langsung memelukku, pelukan yang sangat hangat, pelukan yang membuatku sangat nyaman dengannya.

Sebuah cahaya menyorot ke arahku dengan Myungsoo, sepertinya berasal dari mobil, yang membuat Myungsoo mengangkat wajahnya dari bahuku dan melangkah mundur satu langkah dariku.

Aku masih terpaku dengan semua yang baru saja terjadi antara aku dengan Myungsoo.

Aku masih terus bingung memikirkan apa yang dikatakan Myungsoo, sepertinya urusanku denganya sudah selesai.

Aku sudah membalikan semua barang darinya, kecuali makanan dan minuman.

Aku merasakan ada sebuah tangan yang menautkan tanganku dan mengenggamnya dengan erat.

Aku mulai terbangun dari lamunanku dan melihat seorang Namja senyuman khasnya.

"Jinyoung-ah."ucapku sambil menatapnya karena tidak percaya jika Jinyoung yang turun dari mobil mewah tadi.

"Mianhae, bolehkah saya bertanya kepada anda?"tanya Jinyoung kepada Myungsoo yang membuatku mengerutkan dahiku.

Myungsoo hanya menjawab dengan anggukan dengan wajah yang dingin.

"Apa tugas Suzy sudah selesai?, kalau sudah jangan ganggu dia."ucap Jinyoung sambil menekan setiap katanya.

Jinyoung kemudian menarik tanganku yang masih mengenggam  tangannya, begitu banyak pertanyaan yang muncul dari otakku.

Aku butuh penjelasan dari Jinyoung terutama mobil yang dikendarai aku dengannya saat ini.

"Jinyoung-ah."panggilku yang hanya di abaikannya dan bahkan tidak meliriku sama sekali.

"JINYOUNG-AH!"panggilku yang mulai tidak santai.

Jinyoung kemudian menghentikan mobilnya tiba-tiba yang membuat kepalaku jadi pusing karenannya.

Apa aku salah?

"Jawab pertanyaanku."ucapnya.

"Apa?"

"Siapa dia?"

"CEO baru."

"Lagi?"lanjutnya yang membuatku berdecak kesal dan frustasi dengan satu kata itu.

Pertanyaan itu lebih menakutkan dari kehilangan sebuah Hp baru.

"SIAPA SUZY-YA?!"tanyanya dengan suara meninggi, ini membuatku terkejut dan berhasil meneteskan air mataku.

Aku memang sangat takut ketika dibentak seperti itu, air mataku mengalir begitu saja membasahi pipiku.

"Mianhae, bukan maksudku menyakitimu."ucap Jinyoung yang langsung memeluk.

Setelah kepergian Myungsoo dariku, aku hanya dekat dengan Jinyoung dan Jonghyun.

Awal aku mulai kerja, aku bertemu dengan Soyou teman baikku dan memperkenalkanku dengan Jinyoung.

Kehadiran Jinyoung membuatku perlahan-lahan melupakan kenangan dengan Myungsoo walaupun masih ada ingatan yang tertinggal di otakku.

Jinyoung mengusap lembut rambutku untuk menangkan tangisanku.

"Tidak apa, jika kamu tidak mau cerita kepadaku."jelasnya yang kemudian melepaskan pelukannya dariku dan kembali mengemudikan mobilnya.

Ditengah perjalanan aku dengan Jinyoung lebih memilih diam karena perdebatan singkat antara aku dengannya.

Jinyoung meminggirkan mobilnya dan kembali menghentikan mobilnya. Kini wajahnya begitu serius dan terlihat sangat kesal.

Jinyoung langsung turun dari mobil, sepertinya Jinyoung menghampiri mobil mewah berwarna hitam yang iktu berhenti.

Aku yang mulai penasaran mengikuti Jinyoung dari belakang.

Aku sangat terkejut melihat sosok Myungsoo yang keluar dari mobil hitam tersebut.

Tangan Jinyoung menarikku membelakangi dia.

"Kenapa kamu mengikuti kami?"tanya Jinyoung terlihat ketus.

"Bukan urusanmu."ketus Myungsoo.

Myungsoo kemudian jalan kearah kami dan menarik tanganku, dengan cepat Jinyoung menepisnya.

"Lepasin dia!"pinta Myungsoo.

"Tch, seharusnya aku yang bilang seperti itu padamu."

"Jangan pernah ganggu Suzy, L."lanjut  Jinyoung.

Mataku mulai membulat karena tidak percaya jika Jinyoung tau bahwa Myungsoo adalah L yang selama itu aku tutupin namanya dibelakang teman-temanku.

Di hadapan Myungsoo, Jinyoung  menarikku untuk menghadapnya.

Kali ini tatapan matanya begitu beda untukku.

Tanganya memegang kedua tanganku.

Aku hanya diam terpaku dan menunggu Jinyoung mengatakan sesuatu.

Beberapa kali aku melirik Myungsoo yang terlihat mengeraskan kepalan tangannya saat melihatku dengan Jinyoung.

Pandanganku kini kembali mengarahke Jinyoung.

'Suzy, maukah kamu jadi pacarku?"tanya Jinyoung.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang