Kembalimu menebalkan luka yang kau tancapkan diwaktu silam?
Dan saat aku hendak mengubur semuanya kau datang kembali dengan tatapan yang sama saat kita pertama kali berjumpa?
Kenapa terlalu sulit?Untuk lara yang belum tersampaikan?
-lara-⏰⏰⏰
Tempat yang sudah tiga tahun ini ia kunjungi dan menjadi tempat kesukaan yang ia punya, ia duduk dan melempar tas nya ke sembarang tempat yang berada di dekatnya dan duduk bersila menatap awan langit yang tampak biru dan sangat nyata,Ia mengambil secarik kertas dari tas nya dan membentuk nya menjadi pesawat kertas yang sangat rapi,
"Pesawat kecil sampaikan padanya,lara kecilnya menunggu dirinya di sini ,katakan juga padanya apabila ia tidak ingin kembali aku akan pergi selamanya" ucapnya dengan sendu dan menerbangkan nya diudara yang luas dan bebas diatas sana ,
Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan ditempat ini? Tempat yang dikenalkan oleh seseorang dimasa lama dan tempat nya bertemu bersama ayahnya ,
Lara tidak mengerti mengapa ayahnya selalu bertemu dalam diam dan kosong ditempat yang suyi ,lara tidak mengerti?
Hal apa yang disembunyikan oleh ayahnya dan membuat nya berubah semenjak ia bergelut pada profesinya?Ia terlalu kalut pada pikirannya dan melupakan sosok yang sedari tadi memperhatikan nya dalam diam,
"Lara" kata itu yang terlontar pada bibirnya namun sepertinya di empunya nama tidak mendengar yang memaksa kepada seorang pemanggil tadi harus mendekat kearah gadis bermata coklat itu ,
"Hai ? "Sapa lelaki itu sembari duduk bersebelahan dengan lara yang masih asyik menatap atas sana ,
Lara terkejut dengan suara hangat ini yang memaksanya harus melihat ke arah si empunya suara,
"Ger" desis kecil lara yang terus memandang sosok di depan nya dengan rasa tak percaya
"Apa kabar?"
⏰⏰⏰
Aku melangkah gontai memasuki rumah bercat biru langit itu ,dengan hati yang masih berkecambuk ia membuka pintu dan menuju dapur menuangkan segelas air putih dan meneguk nya secara perlahan,Lara celingukan melihat seisi rumah yang sepi tiada tanda-tanda kehidupan didalamnya sepertinya ia hanya seorang diri saat ini ,dimana bundanya ?
Ia meyeret kakinya menuju meja makan ,namun nihil ia menemukan sosok hangat anaya disana ,ia melangkah menuju ruang keluarga ,namun tetap sama akan hasilnya,
"Bunda kemana?"tanya nya pada diri nya sendiri ,
Dengan rasa bosan ia menaiki tangga rumahnya dan menuju kamar tercintanya, sesampainya di depan pintu kamar coklat muda itu ia menatapnya sejenak ,
"Coklat muda ,warna kesukaan ayah"
Ia membukanya perlahan dan menidurkan kepalanya di ranjang yang berada di tengah-tengah ruangan minimalis itu, teringat akan tugas sekolah nya lara lekas bangkit dan menuju meja belajarnya, matanya menangkap benda tebal yang berada di tumpukan paling bawah diantara buku pelajarannya ,tangan nya mengapai dan menarik buku persegi panjang berwarna merah hati itu,
Lara mengambil pulpen di dalam kotak merah maron pensilnya dan mengambil pulpen dan mencoret kan kata-kata yang bahkan lara tidak mengerti maksud dan maknya nya,
Kotak merah,
Untuk merah yang masih kekeh dengan tangis,
Dengan warna yang masih redup,
Dan kesedihan yang masih membelengu,
Kurangkai kata nyeleneh ini,
Saat mentari hampir saja sirna ditelan gulita
Mengapa dirimu kembali?
Bukankah waktu hampir saja mati ,ditelan warna hitam penyiksa diri?
Aku ingin menghentikan nya !
Lalu ,mengapa datang?
Waktu sudah gulita akan malam ?
Untuk lara yang belum tersampaikan..Tertulis
Mata kopi.Hatinya berdegup kencang dan matanya nyalang menatap dinding kamar nya, bahkan kini lara lupa akan tujuan nya duduk didepan buku mata pelajarannya ,mood nya tiba-tiba mengilang bersawa puluhan abjad yang baru saja ia coretkan di lembaran usang bersama rangkaian kata di masa silam,
Bersamaan itu suara bundanya tampak memanggil lara dari bawah,
"Bunda" lara mendengar kan dengan pasti sekali lagi agar ia tidak salah dengan suara hangat yang sedari tadi ia rindukan,
Dengan langkah pasti dan tergesa-gesa lara lari dan menelusuri anak tangga dengan cepat dan berakhir memeluk bundan nya ,Anaya hanya diam dan tersenyum melihat sikap kekanak-kanakan putri semata wayang nya itu ,
"Bunda darimana?" ujar lara sembari melepaskan pelukannya
"Dari mana ya? "Anaya tampak sedikit berpikir dan tersenyum
"Darimana bunda?" lara mengengam tangan anaya dan memaksa anaya untuk menjawab pertanyaannya yang sepele
Keluarga kecil yang manis,akan tambah lebih manis jika sang kepala keluarga dapat berdiri di tengah-tengah mereka ,Lara menunduk kan kepalanya dan berjalan menuju sofa yang berada tak jauh oleh gapaiannya dan duduk perlahan diatas nya ,Anaya menaikkan sebelah matanya nampak heran dengan perubahan sikap anak nya itu ,
Anaya melangkah mengikuti jejak sang putri dan duduk tepat di sofa sebelahnya dan mengelus surai rambut hitam pekatnya yang nampak gusar,
"Kenapa ,lara?" tanya anaya perlahan seperti menanyakan sesuatu pada gadis berusia 8 tahun sangat manis dan lembut,
"Ngga papa" lara menyungihkan senyum nya dan memeluk erat tubuh wanita di depan nya itu
"Beneran?"Anaya tau anak putrinya tengah berbohong dengan keadaan nya saat ini,
Tapi ,mungkin Anaya tidak perlu memaksa lara untuk menceritakannya ,toh kalau lara sudah bisa membuka pasti ia akan menceritakan nya ,Anaya tau lara tipe cewek yang sulit untuk memendam,
"Udah makan?" Anaya melepas pelukannya dan menatap nyalang mata lara
"Belum" lara mengerucutkan bibirnya
"Gimana mau makan? Kan bunda belum masak" protes lara dengan ekspresi lucunya
"Yahhh " Anaya pura-pura kecewa ,dan ekspresi anaya dibalas dengan lemparan bantal disisinya ,
Lara segera berdiri dan lari dari amukan Anaya yang siap membalas kelakuan tidak sopan oleh putri nya itu ,
Gelak tawa mengiringi kisah sang luka,
Bahkan decitan jam akan berhenti saat melihat sang lara bahagia,
Bahagai melihat seutuhnya dan tak mau menginggalkan sepercik kisahnya ,
Dan saat ini tersungih manis senyum sang lara untuk bundanya...
Hati manis lara..Tertulis.
-lara-[TBC]
HAYY HALOOOa🙌
Ada orang ✋???
Cek cek 📢Saia mau nanya😆
Gimana 👆😄?(Ps. Typo ditandai aja√)
√Vote+Komen+Share juga√
Kalian ter💋
Love
V18March2k18,

KAMU SEDANG MEMBACA
LARA
Teen FictionKabut tebal masih menutupnya, dengan sakit yang masih berpegang kuat dia datang, dan mengiris luka yang masih menganga, kutabur bunga sebagai pelukis kata, dengan senyum kuUkir luka panas yang kau torehkan.. dan untuk kembalimu kurangkai kata sebaga...