1 bulan kemudian.
Usai sudah masa ospek di kampusku. Ternyata ospek kini tak melulu identik dengan perpeloncoan, namun juga bisa jadi momen menyenangkan yang tak terlupakan. Dalam kasusku, permulaan memang tidak selalu mudah. Melainkan sebuah tantangan. Di mana ini kali pertamaku menjalani hidup sendiri. Yang notabenenya belum terbiasa mempersiapkan segala sesuatunya sendiri.Pernak-pernik dalam ospek yang tak biasa. Setiap harinya selalu ada yang baru. Aku sangat kewalahan, jika saja tidak bertemu dengan Mona_teman pertama dalam satu jurusanku.
Seperti biasa, aku mencoba untuk tidak terlalu bergantung dengan siapa pun. Karena peristiwa itu masih terbayang jelas diingattanku. Peristiwa yang membuatku terbang meninggalkan keluargaku. Karena itu aku membuat benteng transparan dalam diriku. Tak terlihat namun sulit dijangkau.Bermacam-macam game pun tak terlewatkan. Hingga dikejar deadline tugas-tugas dari senior. Mulai dari tugas individu sampai tugas kelompok. Dari beragam artikel sampai membuat karya sesuai keahlian jurusan. Aku beruntung selalu dipasangkan dengan Mona. Seperti sebuah takdir kecil yang Tuhan turunkan untukku. Ia teman yang baik. Aku dengan mudahnya sudah dekat dengannya. Sebenarnya sulit bagiku merasa nyaman, apalagi pada orang baru. Tapi sepertinya ia adalah pengecualian. Mungkin karena hobi kita yang sama dalam menyusun puzzle. Sangat menyenangkan bila menemukan partner menyalurkan hobi, yang bagi kebanyakan orang menganggap itu aneh. Itu hanya bagi mereka yang tidak tahu letak seninya saja. Padahal itu adalah permainan paling seru. Setidaknya itu yang ku tahu dari Mona sekarang.
Setelah beragam keletihan selama ospek, ditutup dengan malam keakraban. Disertai dengan seremonial yang menyenangkan. Mahasiswa baru bisa bebas berekspresi menjadi diri sendiri. Dan kesan senioritas yang melekat selama masa ospek, mulai memudar dan hilang di malam ini.
Ketika itu, Lia mengenakan gaun selutut berwarna peach dengan kardigan hitam. Rambutnya dibiarkan tergerai sampai ke punggung. Memakai sepatu motif tanpa hak. Tak lupa membawa tas tangan senada dengan kardigannya.
Tradisi malam keakraban di setiap jurusan tentu berbeda-beda. Di jurusanku, malam ini diwarnai dengan berbagai hiburan seperti penampilan musik, kolaborasi, tari dan masih banyak lagi.
Semua orang berkumpul di tengah lapang, menghadap sebuah panggung dengan dekorasi yang cukup megah. Meski bernuansa modern namun tak luput dari unsur etnik dan budayanya. Terkesan mewah yang apik.
Kala itu, salah satu band andalan sedang tampil. Melantunkan lagu Sheila on 7 yang berjudul sebuah kisah klasik. Aku menikmati alunan musik band itu, ketika seorang lelaki dengan gitar akustik menyedot perhatianku. Meski penampilan dan pakaiannya yang nyentrik, yang bukan gayanya sama sekali. Berbalut jas Fungky, celana super ketat dan topi beludru berwarna senada dengan jasnya. Tapi aku masih bisa mengenalinya. Karena bagaimana aku bisa lupa dengan pemilik wajah itu. Ketika kenangan itu kembali menghantamku.
Senyumnya terukir saat matanya terpaut dengan mataku. Tidak salah lagi itu memang dia. Lelaki yang tidak sengaja ku sakiti semasa SMA dulu_Ryan. Kakiku seolah terpaku. Bibirku rasanya kelu.
Bagaimana bisa dia ada di sini? Bukaannya dia mengambil kuliah di Jakarta? Tapi mengapa dia ada di depanku?
Pikiran-pikiran itu terus berputar dalam otakku. Kutarik nafasku dalam-dalam berharap bisa mengendalikan amarahku yang sudah mencapai ubun-ubun, lalu menghembuskannya pelan. Mengembalikanku pada kenyataan.
Pandangan Ryan tak luput dariku. Membuatku risi, ku palingkan mukaku. Kuedarkan pandangan mencari sosok Mona.Tanpa sepengetahuan Lia, seseorang tengah mengintainya dari arah belakang. Menunggu waktu yang tepat untuk keluar.
Suasana hening sejenak karena band sebelumnya selesai, berganti band lainnya. Tanpa menungu lama selesai manggung Ryan langsung menghampiriku. Jangan tanyakan bagaimana perasaanku. Campur aduk rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorial Day
RomanceDelia Kintan Hidup adalah waktu. Dimana tak pernah berhenti, terus bergulir mengikuti arusnya. Tidak pernah tahu apa yang akan menghadang. Entah apa yang sedang menunggunya di depan. Lia terkadang merasa hidup ini berjalan klise...