"Lo bener-bener punya moonlight di tangan lo kayak lagunya Ariana Grande!"
•••
Binta mencebikkan bibirnya tanda kesal, lalu memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam saku setelah membalas pesan dari Ayahnya.
Menghela nafas karena harus membawa ember beserta alat pel, hukuman karena terlambat. Di depannya sudah ada lelaki jangkung dari kelas 12–5, Rama. Anak pindahan dari Bandung. Tampan sih, tapi dia agak sedikit telmi, membuat dirinya sering tertipu oleh teman-temannya.
"Rama, tungguin kek!" Teriakan Binta membuat siswa pindahan itu berhenti melangkah, tetapi tetap tidak menoleh ke arahnya.
Setelah dapat menyetarakan langkahnya, Binta memandang wajah Rama dari samping. Tampan, itu kata yang pertama kali terlintas di benaknya. Apalagi jika pemuda itu tersenyum, kadang bisa membuat Binta lemas seketika. Tapi sayang, Rama sudah mempunyai kekasih, siswi dari kelas Binta, Kinara Aziza. Cantik, lemah lembut, dan anggun. Benar-benar seperti perempuan, berbeda dengan Binta yang seperti, ya kalian pasti tau bagaimana.
"TA, AWAS TIANG!"
BRUKK!
"Ah anjir.."
Binta mengelus keningnya yang terasa berdenyut akibat menabrak tiang. Terlalu asik dengan pikirannya mengenai Rama dan kekasihnya membuat Binta kurang memperhatikan jalanan di sekitar.
Di liriknya air dalam ember yang tumpah beserta alat pel yang terjatuh. Kemudian beralih menatap Rama yang sedang mentertawakan dirinya.
"Terhibur lo, liat gue nabrak tiang?! Bangsul, bantuin kek!"
Setelah mengendalikan diri agar tidak terus menerus tertawa, Rama akhirnya membantu Binta, meskipun masih dengan di selingi sedikit kekehan. "Lagian, ngelamun terus. Udah di bilangin ada tiang, gak di denger. Giliran di teriakin, baru ngeuh."
Rama membereskan alat pel milik Binta, mengabaikan Binta yang sedang memarahi tiang yang bukan benda hidup itu.
Beberapa murid yang mendapat hukuman sama seperti Binta dan Rama sudah datang ke lapangan basket. Binta memperhatikan satu persatu dari mereka, "Lah? Cowok semua?"
Liam menoleh, "Gue gak liat lo pas tadi di hukum. Di Kira cuma kita berempat."
Daniel dan Aldi mengangguk menanggapi perkataan Liam. Rama menatap ketiga orang yang baru datang itu, "Kuy aja mulai, Biar gak kemaleman pulangnya."
Kelimanya langsung mulai membersihkan lapangan basket. Tapi tak bisa di pungkiri, niat awal yang akan menjalani hukuman malah menjadi main perang-perangan menggunakan gagang pel. Daniel dan Liam berperan sebagai kuda dengan menggendong Rama serta Aldi, sedangkan Binta menjadi wasitnya.
"Woy, gak bisa gitu dong!" Liam berteriak kesal karena Daniel malah menggelitiki dirinya sampai kegelian dan membuat Aldi terjatuh.
"WOAAHH MENANG-MENANG!" Teriak Daniel serta Rama dengan heboh.
Liam meringis, "Eh yang jadi wasit. Itu curang gak di kasih kartu merah."
"Di kira maen bola. Diihh," Binta mendelik, sedetik kemudian ikut meloncat-loncat girang bersama Rama serta Daniel.
Tingkah absurd mereka sedari tadi itu ternyata di perhatikan oleh para anggota klub Basket kelas 12. Aksa tertawa dengan keras melihat Daniel, Aldi, dan Binta. Saking kerasnya membuat membuat kelima orang yang sedang berheboh ria itu menoleh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Teen FictionTake my hands now, you are the cause of my euphoria. ✧✧✧ Abyan Neandro, sosok lelaki tampan yang melebihi definisi tampan itu sendiri. Seorang vlogger yang menjadi idola hampir semua gadis di sekolahnya. A...