03-Kotak Bekal

53 35 1
                                    

Naesha melirik kotak bekal yang baru saja Binta keluarkan dari dalam tasnya. Kotak itu berwarna serenity, warna kesukaan Binta.

"Lo bawa bekel Bin?" Tanya Naesha, sedangkan Binta malah tersenyum dengan manis.

"Enggak, ini mau gue kasih ke Byan, buat nanti istirahat ke dua." Jelasnya.

"Mau di kasih kapan? Itu apa sih?" Binta kembali tersenyum dan membuka kotak bekal itu, memperlihatkan isi kotak bekal buatannya.

Netra Naesha membola, "Woy, gila ini bento ucul banget Bin." Ujarnya heboh, Netranya masih setia menatap bento itu dengan berbinar. "Siapa yang bikin? Gak mungkin lo kan?"

Bukannya mendapat jawaban, Naesha justru malah mendapat pukulan dari Binta. "Sakit setan!" Keluhnya.

"Ya lo sembarangan kalo ngomong. Meski gue gradagan gini, kalo masalah ginian mah gue bisalah walau harus di bantu Bunda."

"Ya kan gue gak tau kalo lo punya bakat bikin bento ucul gini." Jawab Naesha dengan bibir mengerucut, "Lagian dapet angin darimana tiba-tiba lo pengen bikin bento buat di kasih ke Byan?"

"Gue tuh liat si Naura, dia bikin bento buat Dika tadi pagi. Dan gue ke fikiran buat bikin juga dan di kasih ke Byan."

Naeha masih menatap berbinar bento yang sudah di tutup itu, "Gue juga pengen bawain buat Ajun. Tapi nyokap gue pasti gak bakalan bisa bikin yang ucul-ucul gini."

Binta meringis, merasa iba dengan temannya itu. Naesha memang tumbuh di keluarga yang semuanya bergaya nyentrik dan metal, no ucul-ucul club. Padahal Naesha dan Kakak nya itu lucu meskipun wajah mereka minim ekspresi. Binta sendiri kadang merasa takut jika berkunjung ke kediaman Naesha. Melihat Ayah Naesha yang seorang penulis lagu juga CEO yang mempunyai tindik di telinga kanan dan kiri, Ibunya yang seorang guru rapp, serta Kakaknya yang juga seorang penulis lagu.

Binta pernah sekali menangis saat pertama kali bertemu dengan Kakak dari temannya itu, Binta merasa jika Kakak dari temannya itu sedang menatap sinis dirinya. Hingga membuat Rasya di marahi karena sudah membuat Binta menangis. Jika mengingatnya Binta selalu merasa amat bersalah.

"Lo bisa belajar sama Bunda gue kok. Jangan sok sedih gitu dong, itu muka lo berubah nyeremin kek valak kalo lagi sedih gitu."

Naesha mendelik, "Sialan lo ngatain gue! Gue sumpel biji kacang lo biar keselek!"

Tawa Binta seketika pecah saat melihat raut kesal di wajah Naesha, tak lama Naesha pun malah ikut tertawa bersama.

Masih dengan sisa tawanya, Naesha menepuk tangan Binta yang berada diatas kotak makan itu. "Rencana nya kapan itu di kasih? Kalo nunggu istirahat loker pasti penuh."

Binta berhenti tertawa dan menatap kotak bekalnya, "Sekarang aja deh, gue rasa loker sepi kalo jam segini." Ujar Binta.

Naesha mengangguk dan mulai mengikuti langkah Binta menuju taman depan dimana jajaran loker berada. Sesuai dugaan Binta, loker memang sepi.

Dengan begitu, Binta segera menyimpan kotak makan itu di loker Byan. Sempat terkejut saat melihat banyak nya hadiah seperti bunga, cokelat, surat, pernak-pernik dan barang lainnya di dalam loker Byan. Tetapi, berkat ke-swagan milik Naesha, barang-barang itu sekarang sudah bersih dari loker Byan.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang