Bagian 2

1K 184 67
                                    

Zen Lavandra Keith.

Cowok yang pagi ini membuat gempar sepenjuru Dandelion dengan segala hal urakan yang melekat pada dirinya. Nala cukup dibuat takjub dengan kelakuan ajaib cowok berkelopak mata tunggal itu.

Datang terlambat di hari pertama, cara bicaranya tidak sopan, tidak memakai atribut praktik koas-justru memakai pakaian yang lebih cocok digunakan untuk naik gunung, ditambah anting di kedua telinganya.

Dan dengan sekali melihat, Nala langsung ingat dengan jelas siapa cowok itu. Lava, dia si cowok sepatu merah dengan tali kuning!

Nala tidak habis pikir, bagaimana bisa cowok sipit itu seorang koass? Ya, tampang boleh lah, mewakili ekspektasi seorang koass, tapi penampilan dan prilaku? Nala tidak yakin dengan 2 hal itu. Bagaimana dengan kemampuan praktiknya?

Dan parahnya lagi, Nala diminta Chandra untuk mengorientasi ruang Dandelion pada para koass sombong itu, karena Nala yang paling bisa diandalkan-katanya.

"Ini ruang penyimpanan alat dan ruangan cuci alat instrument."

Mereka memasuki ruangan keempat, dan jujur saja Nala sudah lelah bicara.

"Semua alat kalau udah selesai dipakai wajib langsung direndam terus dicuci," jelas Nala. "Abis itu langsung dikeringin dipojok sana."

"Ya elah yang begituan mah gak perlu dijelasin kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya elah yang begituan mah gak perlu dijelasin kali." Lava berkomentar setelah terakhir kali di ruang tunggu tadi suaranya terdengar.

Nala mendelik jengkel.

"Tau ya, pegel gua jalan mulu, udahan kek." Kali ini gadis jangkung yang bersuara, kalau tidak salah Nala ingat namanya Thea. "Tinggal tunjukin ruangan ini apa, ruangan itu apa."

Sementara Thea mendumal, Lava memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut tanpa sepertujuan dari Nala dan atau dari Bio, si ketua tim. Tak berselang lama, sekon berikutnya Thea sudah menarik Mia keluar dari ruangan itu juga hingga hanya tersisa Nala, Bio dan Ari disana.

"Maaf ya, Nal," kata Bio dengan bahasa informalnya, kemudian menepuk lengan Nala. "Mereka emang sedikit nyebelin."

Mendengar ucapan Bio, Nala hanya meringis, 'Sedikit? Sedikit pala lo nyungsep'

Sebenarnya Ari sedikit terkejut dengan ucapan dan perlakuan Bio pada Nala. Bio yang kaku itu berbicara informal pada seseorang yang baru dia kenal, tapi Ari pikir mungkin karena Nala seumuran dengannya-mengingat Bio adalah anak akselerasi sehingga dia lulus SMA lebih awal dari anak-anak kelahiran 2000 pada umumnya.

"Yaudah kuy lah kita lanjut." Ari berusaha mencairkan suasana.

▪︎

"Cha, hari ini jadwal pak Bimo ganti balutan 'kan?"

Ucha mengangguk membenarkan pertanyaan Chandra.

"Woy Lava, ganti balutan pak Bimo sana!" perintahnya seraya menaruh rekam medik pasien bernama Bimo Suteja diatas meja resepsionis. "Nirmala asistenin Lava."

Bangsal 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang