Bagian 7 ini,
panjang banget.
Gaboong.■
Gaduh deruman motor memenuhi indera pendengaran. Cahaya rembulan yang redup terbias sinar lampu motor-motor yang saling beradu ke bisingan. Tak ada penerangan lain selain lampu motor dan rembulan. Gulita menyelimuti netra bila menatap ke sudut tak menentu.
Kian bising, kian menyilaukan. Riuh sorak mengiringi kedatangan belasan motor dari ujung jalan.
Masing-masing meneriakan sebuah nama.
"ZEN BURUAN! MANA SIH!!!"
"ANJING ZEN LAVA MANA!?"
Satu dari belasan kelompok yang terpisah berteriak seperti yang lainnya. Bendera kuning berlogo anak itik berkibar di tangan seorang di antara mereka.
Seluruh pasang mata menatap ke arah Timur di mana belasan motor itu mulai berdatangan.
"ITU ZEN!!!"
"ANJG ZEN LAVA POSISI KETIGA GIMANA DONG?!!!"
Zen Lava. Cowok itu adalah salah satu peserta dalam balap liar ini.
Lava berada diposisi ketiga dalam jarak finish beberapa meter lagi, dia tak ambil pusing. Prinsipnya walau hanya ada 0,1% kemungkinan menang, setidaknya dia memiliki harapan.
Prinsip itu dia tanamkan dalam hal apapun.
Vernon dan ketiga rekannya yang lain enggan berkedip, seakan cowok yang sedari tadi mereka teriakan namanya itu akan menghilang dalam hitungan detik.
Tepat pada jarak 30 meter tersisa pada belokan terakhir, Lava melewati 2 motor di depannya dengan kecepatan penuh.
Gemuruh sorak kian memekakan telinga. Kurang dari 120 detik, Lava berhasil tiba di garis finish sebagai yang pertama.
"ZENNN IS THE WINNER!!!"
Zen, begitu mereka memanggilnya.
Gadis cantik pemegang bendera finish mengangkat tangan kanan Lava, sementara tangan kiri si pemenang sibuk melepaskan pengait helmnya.
"Anjing edan lo ya?!" Binto menepak bahu Lava, netranya menyiratkan rasa terkejut, khawatir dan bangga secara bersamaan. "Tipis banget busettt!!!"
Lava menaruh helmnya di atas stang, lalu merapihkan rambut legamnya yang sedikit berantakan. "2019, dan lo masih khawatir gue kalah?"
Binto memukul pundak Lava pelan. Sudah biasa dengan kesombongan cowok itu, tapi tetap kesal mendengar lontaran kalimat barusan.
"Iblis jalanan emang lo, Zen setan." Lucas merangkul Lava, bangga.
Vernon mengasongkan sebotol air mineral yang langsung diteguk oleh Lava, sementara Athwal yang memang tak banyak bicara itu hanya mengacungkan kedua ibu jarinya, dan dibalas anggukan oleh Lava.
Dari sudut mata tipisnya, Lava menikmati kemenangannya dengan melihat lawannya yang lain yang sedang menelan pahitnya kekalahan. Hingga kedatangan Salma mengalihkan atensi ke lima cowok itu.
"Zen selamat ya, lu emang paling keren!" Gadis pemegang bendera itu menyerahkan sebuah amplop cokelat berisikan uang pada Lava, tidak lupa memberikan sebuah kecupan singkat di pipi tirus cowok itu.
Lava merotasi netranya, geram. "Sal please, udah gua bilang gak usah pake cium segala."
Sedangkan keempat rekannya terkekeh. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Salma sangat menginginkan Lava, tapi ya, tak ada yang mampu menggapainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal 9
Short StoryAda cerita di bangsal nomor 9, tentang bertahan dan melepaskan.