Chapter 5.1: Agreement

11.2K 1.2K 47
                                    

*Playlist di atas: Rudimental ft Dan Caplen, Jess Glynne - These Days

-----

Happy Reading💕

Aldric telah selesai membersihkan tubuhnya. Dia turun dari lantai kamarnya menggunakan lift yang tersedia di dalam mansion. Dia sedang tidak dalam mood turun menggunakan tangga.

Dia melihat ibunya masih berbincang dengan Elle. Malah ibunya tampak ramah dan sangat welcome, membiarkan Elle duduk berhadapan sambil menikmati teh hangat yang telah tersedia di atas meja.

"Cih! Sedang apa gadis kopi itu? Kenapa Mom betah dekat-dekat dengan gadis itu? Aku saja sudah muak bertemu berkali-kali dengannya." decaknya dengan nada angkuh.

Decakannya mendadak mengingatkannya akan secarik kertas yang sedang dia pegang berikut bolpoin. Dia segera melirik beberapa lembar kertas putih, lalu kembali membaca apa yang telah tertulis disana. Alasannya mandi terburu-buru karena beberapa lembar kertas ini.

Dia ingin memberi pelajaran pada Elle, dan cara ini menjadi senjata ampuhnya untuk membuat gadis kopi itu tidak berkutik. Jangan macam-macam dengannya, siapa suruh berani melawan seorang Aldric Brave Stark.

Untuk sekarang, Aldric membiarkan Elle berbincang dengan sang ibu sambil melihat pergerakan Elle nanti. Mungkin ketika wanita itu akan pulang, dia segera melancarkan aksinya.

Tapi tidak, lebih baik dia menghampiri dan meminta gadis itu berbincang dengannya untuk membahas hal yang penting.

Tak mau berlama-lama, Aldric menghampiri sang ibu yang sedang bercengkrama dengan Elle di teras belakang mansion.

Langkahnya yang mantap dan gagah menuntunnya pada tujuan yang menemukannya dengan sosok Elle. Disana dia menarik senyum licik ketika matanya tak sengaja bertatapan dengan Elle yang nampak kaget akan kehadirannya.

Fiona Stark—ibunya Aldric tersenyum senang. Dia mengusap lengan sang anak sambil bertanya. "Duduklah sayang, ikut berbincang denganku dan Elle."

Salah satu hal yang Aldric tak mengerti, kenapa ibunya terlalu baik sama orang lain dan selalu mengajak para tukang apapun yang datang untuk berbincang sebelum mereka pulang.

"Tidak Mom, aku ingin mengajak Elle berbincang sebentar. Boleh 'kan?" tolak Aldric sembari tersenyum manis saat memandangi wajah sang ibu.

Elle terbelalak heran. Seharusnya dia langsung pulang saja, tidak perlu pakai acara setuju akan ajakan Fiona mengajaknya menikmati teh. Dia harusnya tahu bahwa Aldric masih berada di mansion dan hal paling tidak menyenangkan akan terjadi, ya seperti ajakan perbincangan yang pria itu lontarkan barusan.

Fiona mengerutkan keningnya ingin tahu. Perbincangan macam apa yang membuat anaknya hanya ingin berdua saja tanpa dirinya? Ah, memikirkan hal itu semakin membuatnya penasaran. Sejak awal melihat keduanya, ada rasa curiga yang muncul. Dia rasa keduanya sudah saling mengenal.

"Berbincang berdua saja? Mom tidak boleh tahu apa yang ingin kau perbincangkan dengan Elle?" Fiona bertanya penuh rasa ingin tahu.

"Mom ... ayolah, ini privasi. Boleh ya?" paksa Aldric setengah memohon. Raut wajahnya lebih tepat dikatakan seperti maling yang memaksa menodong sang korban, karena tidak ada manis-manisnya memohon pada orangtua.

Elle berharap jika kelak dia memiliki anak, maka anaknya harus memiliki sifat sebaik Fiona Stark, bukan seperti Aldric yang tempramental tidak karuan.

"Baiklah sayang. Kalau begitu kalian boleh pergi. Jangan terlalu lama karena Mommy masih membutuhkan Elle." ucap Fiona sambil tersenyum melihat Elle yang ikut tersenyum membalasnya.

Elle bangkit dari duduknya. "Maaf nyonya Stark, mungkin ada baiknya kalau aku sekalian pulang. Terima kasih atas jamuan dan kebaikanmu, nyonya Stark." dia membungkuk sedikit sebelum akhirnya menarik senyum sebagai akhir dari pamitnya.

"Tidak masalah sayang. Aku sangat menyukai dekorasi bungamu. Hati-hati ya, dan terima kasih juga." balas Fiona masih terus tersenyum. Bagai mentari pagi yang baru terbit. Seperti itu keindahan senyum yang di miliki oleh Fiona.

Elle mengangguk. Aldric memelototinya, memberi kode agar tidak usah bertele-tele. Tidak mau berlama-lama, Elle segera mengikuti langkah Aldric yang terlalu cepat. Kaki pria itu sangat panjang, langkahnya pun begitu. Sehingga dia harus setengah berlari untuk mengikuti pria itu yang tidak memberi jeda untuk menunggunya.

Mereka memasuki sebuah ruangan. Disana terpampang sebuah lukisan mahal senilai miliaran dollar, dekorasi ruangannya lebih dominan berwarna coklat. Ada sebuah laptop di atas meja, dan juga rak buku yang panjang dan lebar walau hanya satu. Kalau boleh menebak pasti ruang kerja pria arogan itu atau milik ayahnya Aldric.

"Tidak usah duduk nanti sofaku bau karenamu. Bau gadis kopi sepertimu bisa melekat pada sofaku."

Elle menahan amarahnya. Ya Tuhan ... kenapa ada saja manusia sinting macam Aldric? Segitu sombongnya hingga merendahkannya seperti itu. Sungguh, jika melihat Fiona, sifat baik wanita paruh baya itu tidak ada yang diturunkan darinya pada Aldric. Bagai bumi dan langit sekali sifat mereka. Benar-benar bertolak belakang.

"Aku juga tidak mau duduk di sofamu. Ada apa? Jangan buang waktu berhargaku." ketus Elle.

Aldric menaruh beberapa lembar kertas dan bolpoin di atas meja kerja. "Tanda tangani surat perjanjian ini. Kau sudah berjanji akan mengganti rugi biaya yang ku minta. Aku membuat ini agar kau melunasi hutangmu."

Elle mendengus. "Untuk apa pakai surat perjanjian segala? Kau takut hutangmu tidak aku bayar? Uangmu banyak, kenapa malah seperti benar-benar ingin memerasku?"

"Tentu saja aku takut. Gadis miskin, dan sombong seperti kau bisa kabur begitu saja jika memiliki hutang sama orang lain." cicit Aldric penuh kesombongan.

Gezz ... ingin rasanya Elle meneriaki telinga pria itu mengatakan bahwa dirinya bukan tipe orang yang seperti itu. Lari dari tanggung jawab. Walau kepalanya terus berputar mencari cara untuk melunasi hutang Aldric, tetapi tak ada niat seburuk itu seperti yang Aldric katakan.

"Dimana aku harus tanda tangan? Jangan banyak bicara agar aku bisa pulang." tanya Elle mulai terpancing emosi.

"Disini," Aldric menunjuk letak yang dibutuhkan Elle untuk tanda tangan.

"Aku harus membaca dulu perjanjian ini, takut kau juga menipuku. Kau 'kan pria licik yang sombong!" cibir Elle sambil menarik senyum miring.

"Ck! Aku tidak mungkin menipu gadis miskin sepertimu, apa untungnya? Tidak ada." balas Aldric tak mau mengalah.

Elle tak membalas lagi. Lebih baik dia membaca surat perjanjian yang pria itu buat ketimbang meladeni mulutnya yang tajam. Biar begini, Elle tahu sedikit tentang surat perjanjian karena temannya belajar tentang hukum, sehingga dia tahu gambaran keseluruhannya bagaimana surat perjanjian itu.

Tidak ada yang salah. Elle segera menandatangani surat perjanjian tersebut. Dia tidak mau membuang waktunya lebih lama lagi disana.

"Sudah. Jangan ganggu aku lagi. Aku akan membayar hutangmu tiap tanggal yang tertera di surat itu. Jangan takut."

Detik berikutnya, Elle segera bergegas pergi meninggalkan Aldric yang belum sempat mengeluarkan kalimatnya.

"Dasar gadis sombong! Apa bedanya dirimu dengan aku? Gila!" dengus Aldric berdialog sendiri.

💗 💗 💗

Jangan lupa vote, komen dan share ya💕

Ditunggu chapter selanjutnya hihi 🙈🙈

Drive Me Crazy [SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang