Chapter 5.2: Agreement

10.3K 1.1K 25
                                    

Chapter 1 dan 4 ada di lapak miadimar ya! 💕

------

Happy Reading💗

Setelah penandatanganan hitam di atas putih itu, Elle terus berjalan keluar melewati lorong yang panjang. Dia tidak peduli lagi dengan Aldric yang mungkin akan murka karena tersinggung oleh semua kata-katanya tadi.

Aldric hanya memandangi kepergian Elle dengan senyum penuh kemenangan. Baguslah, setidaknya ada hal yang bisa menjadi ancamannya jika Elle berani melawan. Iya, surat perjanjian yang telah di tanda tangani.

Sangat disayangkan, ternyata Fiona melangkah berlawanan dari Elle berada. Keduanya berpapasan dan terpaksa Elle berhenti karena melihat tuan rumah. Elle tidak mau di bilang tidak sopan, walau tadi sudah pamitan, sekarang dia harus melakukannya lagi.

"Elle, sudah selesai berbincangnya dengan Aldric?" tanya Fiona dengan raut wajah ingin tahu. Dia melirik sedikit anaknya yang berada di ujung sana.

"Sudah nyonya Stark, sekarang saatnya aku pulang." jawab Elle dengan senyum manisnya.

"Ku kira akan lama. Kau pulang naik apa Elle?" tanya Fiona lagi.

"Aku pulang naik taksi nyonya Stark. Aku hanya tinggal memesannya. Kalau begitu, aku pamit pulang ya nyonya Stark." jawab Elle sembari menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormatnya.

"Taksi? Kalau begitu, biar Aldric saja yang mengantarmu pulang."

"Tida—"

Belum sempat Elle menolak, tangan Fiona sudah memberi kode kepada sang anak yang masih berada di ujung sana untuk menghampirinya. Tak lama, Aldric sudah tiba di depan sang ibu.

"Aldric sayang, tolong antarkan Elle pulang ya. Kasihan kalau dia naik taksi." pinta Fiona dengan nada lembut.

Aldric tidak berani membantah ibunya. Dengan sangat terpaksa dia menyetujui permintaan sang ibu. Dia melirik tajam Elle yang ikut memberikan tatapan yang sama. Benar-benar wanita menyusahkan!

"Aku pergi dulu ya Mom untuk mengantar Elle. Aku pamit." Aldric mengecup kedua pipi sang ibu sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Elle yang masih berada di depan Fiona.

Elle menarik senyum. Kenapa hari ini dia sangat sial. Harus bertemu di mansion si pria arogan itu, menandatangani perjanjian yang tidak dia kehendaki, sekaligus pulang di antar pria itu.

"Aku pamit nyonya Stark. Terima kasih atas semua kebaikanmu."

Setelah itu, Elle segera menyusul Aldric yang sudah berada jauh di depan. Dengan langkah yang lagi-lagi harus setengah berlari untuk mengejar ketinggalannya.

Kini di depan matanya sudah ada mobil Lamborghini merah darah yang sudah di naiki oleh Aldric. Pria angkuh itu menurunkan jendelanya.

"Cepat naik gadis kampungan."

Andai saja ini bukan mansion pria itu, maka Elle akan menyambitnya dengan sepatu. Oh, sungguh sombong sekali cara bicara dan ucapannya. Benar-benar pria tersombong sepanjang masa!

Tanpa banyak basa-basi, Elle segera menaiki mobil Lamborghini tersebut. Hanya berselang beberapa menit, mobil mewah itu sudah melaju cepat meninggalkan mansion super mewah yang di miliki keluarga Stark.

Sepanjang jalan, mereka hanya diam. Aldric memakai kacamata hitam. Pandangan pria itu terus mengarah pada jalanan. Sedangkan Elle, sesekali matanya melirik tajam sosok Aldric yang terlihat sangat sombong dengan gaya khasnya. Mengenakan kacamata hitam, berjas, dan mengendarai mobil mewah. Ck. Sungguh tipe khas pria itu.

"Kau terpesona karena ketampananku makanya terus-menerus menatapku?" suara Aldric membuat Elle tersentak kaget.

Namun bukan karena suara itu juga dia tersentak, melainkan kalimat gila yang akan menjadi nomor kesekian jika tertarik dengan pria itu.

"Terpesona? Dunia akan runtuh jika aku terpesona oleh pria macam dirimu. Sombong, arogan, angkuh, tidak ada yang bagus dari dirimu, tuan Stark." cicit Elle sembari memutar bola matanya malas.

"Lagi pula siapa yang mau disukai gadis kampungan macam kau. Seleraku tinggi, bukan wanita sombong dan miskin sepertimu." cicit Aldric tak mau kalah.

Elle menghela napas kasar. Andai saja Tuhan tidak menciptakan manusia seperti Aldric di luar sana maka hidup seluruh umat manusia akan tenang. Sayangnya ada saja manusia seperti Aldric, seperti contohnya sekarang. Dia sebagai salah satu yang sedang diberikan ujian berat karena di pertemukan oleh manusia paling sombong. Kalau ada penghargaan manusia tersombong, Elle akan memberikan pada Aldric secara cuma-cuma.

"Iya, seleramu wanita-wanita keluaran pabrik yang sama. Wajah cantik bak boneka Barbie, kulit putih bersih, tubuh langsing, tapi otaknya kosong. Iya, aku tahu seleramu serendah itu sehingga memutuskan mengencani wanita-wanita boneka hidup." ledek Elle dengan nada mengejek. Dia menarik senyum penuh kemenangan telah membuat raut wajah Aldric berubah.

Wajah Aldric tampak memerah menahan amarah. Rahangnya mengeras semakin mempertegas pria itu akan meledak-ledak sebentar lagi.

"Oh, kau tahu sekali tipeku. Apa kau mencari tahu semua tentangku, gadis kampungan?" kali ini Aldric beruntung memiliki balasan untuk mengejek Elle.

Elle mendesis. "Cari tahu tentangmu? Kurang kerjaan sekali. Seantero New York juga tahu tuan Stark kalau tipemu seperti itu. Bukan rahasia umum seleramu hanya selera rendahan yang menyukai wanita cantik yang otaknya kosong. Mungkin hanya segelintir mantanmu yang memiliki isi otak seluas samudera." Elle kembali mengejek dengan senyum miringnya.

Aldric semakin kesal. Dia kebingungan harus menepis dengan kalimat apalagi ejekan Elle. Dia tidak boleh kalah dari gadis kampungan itu. Dia harus menang, supaya wanita itu tidak besar kepala.

Sial! Aldric tidak bisa memikirkan kalimat apa yang tepat untuk menangkis ejekan Elle. Dia jadi kesal sendiri.

Sementara Elle menahan tawa melihat Aldric tak bisa menepis kalimatnya. Memang dasar fakta, sehingga mau di elak pakai sejuta alasan juga akan kalah.

Secara tiba-tiba Aldric menepikan mobilnya. Elle terkejut ketika mobil mewah yang dia tumpangi berhenti mendadak. Bagusnya dia memakai safety belt, jika tidak entah apa yang terjadi.

"Aku mengantarmu sampai sini saja. Sisanya pulang sendiri."

Elle mengerutkan dahinya, membuat alisnya nyaris bertemu. Dasar pria arogan, baru adu mulut segitu saja sudah begini. Dalam hati Elle, dia terus mengucapkan kalimat yang menenangkan hati. Kalau tidak, dia bisa mengeluarkan umpatan yang bukan kebiasaannya.

"Terima kasih atas tumpanganmu, manusia sombong."

Tanpa mau terus berada di dalam mobil, Elle segera keluar dari mobil milik Aldric. Ya paling tidak dia ditinggal di tengah keramaian yang jalannya masih dia hafal. Ada taksi dan kendaraan umum lainnya yang bisa dia manfaatkan.

"Cih! Gadis miskin saja sombong!"

Elle mendengar hinaan itu, namun dia tidak mau menggubris. Selain karena Aldric sudah melaju pergi meninggalkannya, tidak penting juga menyahuti mulut sombongnya.

Dia segera menghentikan taksi yang lewat. Setelah itu, Elle menaiki taksi untuk menuju apartemennya.

💗 💗 💗

Jangan lupa vote, komen dan share ya! 😘😘

Anyway baca Chapter 3 dan 6 di lapak LintangSafriana ya ! Chapter 6 ada disana hehe jangan lupa cek besok ya ^^

Jadwal CJ tiap hari Selasa dan Jumat😘😘

Drive Me Crazy [SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang