Chapter 2.2: Not A Great Day Again

12.2K 1.4K 51
                                    

*Playlist di atas: Dua Lipa - IDGAF 

Sambil baca, sambil dengerin lagunya ya hihi enjoy<3

------

Happy Reading💋

Elle kembali melihat sosok Aldric yang berdiri tegap sambil menyilangkan tangannya di dada. Wajah pria itu tampak angkuh dan menyebalkan. Jangan lupakan senyum tipis nan licik milik Aldric yang terukir di wajahnya. Dia berusaha menahan diri karena bicara dengan pria seperti Aldric harus ekstra sabar, apalagi kalau sudah kelewat sombong. Rasanya hal itu sudah melekat dan akan membuat Aldric besar kepala kalau dia terkesan memohon.

"Tidak mau. Aku yakin kerusakan seperti ini tidak butuh uang sebesar itu. Kau sendiri tahu aku barista, lantas bagaimana caranya aku ganti rugi? Apa kau ingin memerasku tuan Stark?" 

"Aku tidak peduli darimana. Yang penting, kau harus ganti rugi." 

Di tengah perdebatan mereka, ada banyak klakson yang berbunyi karena lampu lalu lintas sudah berganti menjadi warna hijau. Beberapa orang berteriak mengucapkan banyak kalimat kasar, atau kalimat lain yang menunjukkan mereka tidak sabar. 

Namun semua mendadak diam dan menyingkir dengan sendirinya setelah Aldric memberikan tatapan setajam mungkin. Semua orang yang berada disana segera melajukan mobilnya dengan cara menyinggir menuju jalan lain dan membiarkan mereka berdebat di tengah jalan yang pastinya akan mengundang polisi untuk menegur.

"Dengar ya tuan Stark yang kelewat sombong dan kaya raya. Aku tidak punya waktu untuk meladenimu. Sekarang aku akan memberikan uang seadanya dan jangan meminta lagi karena aku bukan dari kalangan borjuis sepertimu." kali ini Elle mengambil selembar uang kertas dollar. Dia mengamit tangan Aldric lalu meletakkan uang miliknya di atas telapak tangan Aldric.

Aldric tertawa meledek. "Kau pikir uang 5 dollar bisa membereskan masalah seperti ini? Aku tetap minta nominal yang ku katakan tadi." 

"Kalau begitu aku tidak punya uang. Kau pikir mobilku tidak rusak? Lihat, mobilku juga lecet karena mobil mewahmu itu!" geram Elle.

"Kalau mobilmu rusak ya bagus. Sudah saatnya di buang ke tempat pembuangan barang bekas!" Aldric menekankan kalimatnya dengan tatapan setengah melotot. 

Benar ya, ternyata hampir rata-rata orang kaya sombong selangit. Ya meskipun tidak semua, karena Alvin—bosnya itu juga kaya tetapi hatinya selembut kapas alias baik. 

"Aku tidak mau tahu, itu urusanmu. Uangmu banyak, kau bisa membereskan hal sepele semacam ini." Elle berbalik badan.

Namun belum sempat melangkah jauh, Aldric menarik lengannya. Pria itu tampak tak senang, rahangnya mengeras, begitu pula sorot matanya yang memancarkan ketajaman yang jelas.

"Ada perlu apalagi?" tanya Elle sedikit ketus.

"Ganti rugi atau aku laporkan polisi." jawab Aldric dengan gaya songong.

Elle terperanjat. Dia rasa telinga Aldric sudah tuli. Sudah jelas-jelas dia mengatakan kalau dirinya tidak memiliki uang, sekarang malah di tagih begini. Menggunakan cara mengancam dan akan melaporkan pada polisi segala. Memang ya, uang adalah faktor dari segalanya. Ini juga yang menjadi kebencian Elle. Dia paling benci tipe-tipe sombong, menyebalkan, dan menggunakan kekayaan untuk bertindak semena-mena. Ya, tipe-tipe pria seperti Aldric yang reputasinya sudah melekat sebagai 'pria arogan nan sombong.'

"Aku berikan segitu dulu, besok akan ku berikan lagi. Kalau kau tidak percaya, kau datang saja ke tempatku bekerja." kata Elle seenaknya. Padahal kepalanya sedang berputar, kemana dia harus mencari uang sebanyak itu seperti yang Aldric minta. Minta pada Alvin ... lagi? Ya Tuhan ... dia selalu saja menyusahkan bosnya itu.

"Tidak mau, aku maunya sekarang." paksa Aldric tidak mau mengerti.

Elle menghela napas kasar. Dia menepis tangan Aldric dari lengannya lalu memberikan tatapan tak kalah tajam dari pria itu. Memang dasar kepala Aldric mungkin terbuat dari batu bata, jadi di beritahu susahnya minta ampun.

"Kau lulus kuliah darimana sih? Memangnya tidak mengerti kalimat tidak punya uang ya? Heran, kau kaya raya tapi masih saja memeras orang lain." geram Elle dengan nada kesalnya.

"Dengar ya barista sombong, kalau ada masalah memang seharusnya kau menyelesaikan. Kau pikir mobilku bisa benar dengan sendirinya? Ya harus membutuhkan uang untuk membenarkannya." sekali ini, Aldric tidak mau kalah dari Elle. Dia harus mendapatkan keinginannya, walaupun ujung-ujungnya uang yang nantinya Elle berikan tidak berarti untuknya.

Elle tertawa meledek. "Butuh uang? Orang sepertimu sudah tidak membutuhkan uang lagi tuan Stark. Jadi tolonglah, jangan mengatakan hal bodoh semacam itu." 

Omongan Elle sukses membuat Aldric semakin geram. Tangannya mengepal sempurna. Wajahnya memerah menahan diri agar tidak meledak-ledak. Elle salah telah melawan orang sepertinya. Lihat saja gadis sombong, aku akan membuatmu menyesal telah melawanku. 

"Setidaknya aku tidak sebodoh dirimu yang tidak melihat lampu lalu lintas dengan benar." balas Aldric semakin tak mau kalah.

Suara sirine polisi mulai terdengar dari jauh. Mungkin beberapa orang sudah melaporkan kejadian yang mengganggu ketenangan sekaligus mengundang banyak mata yang menjadikan mereka tontonan hangat. Beberapa malah mengabadikan foto mereka berdebat, entah untuk apa, mungkin untuk melaporkan pada pihak pers agar tahu perilaku minus pria yang sering di dambakan banyak wanita di luar sana itu. Elle tidak mau dirinya terlibat masalah hanya perkara masalah seperti ini. 

"Berdebat denganmu sama saja seperti berdebat dengan anak kecil. Tunggu disini." kata Elle yang kemudian segera berjalan menuju mobilnya. Dia membuka pintu mobil lalu mengambil sesuatu setelah itu dia kembali menuju Aldric.

"Ini ambil! Aku tidak tahu berapa harganya sekarang kalau di jual, tetapi hanya itu yang bisa ku berikan. Jangan meminta apapun lagi."

Elle kembali mengamit tangan Aldric lalu menaruh jam tangan mahal pada telapaknya. Sesungguhnya jam itu adalah hadiah termahal yang pernah Elle terima dari seseorang. Tetapi karena mendesak, dengan sangat terpaksa dia harus memberikan itu pada Aldric agar mulut pria itu diam.

Setelah selesai memberikan jam tangannya, Elle segera membalik tubuhnya dan meninggalkan Aldric yang masih terkejut melihat barang yang berada dalam genggamannya. Raut wajah pria itu tampak bertanya-tanya, mungkin ingin tahu darimana Elle yang hanya sebatas barista mendapat jam tangan semahal ini. Tapi apa urusannya pula.

Elle segera memasuki mobil, mengunci pintu lalu melajukan mobilnya secepat mungkin. Dia meninggalkan Aldric yang tampaknya belum juga puas dengan apa yang dia berikan. Tidak mau peduli, apapun yang Aldric terima ya itu adalah balasan darinya. Hanya perkara mobilnya rusak sedikit, dia harus merelakan hadiah berharga itu. 

"Dasar pria sombong!" gerutu Elle kesal.

💋 💋 💋

Jangan lupa tinggalkan komen, vote dan share ya ^^ 

Chapter 3 akan di share di lapaksi barbie ya! @LintangSafriana

Jadwal CJ: Selasa dan Jumat hihi ^^ 

Drive Me Crazy [SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang