Sebuah Kunjungan

1.1K 61 11
                                    

Typo everywhere
Kalau nemu tolong dikomen
Kalau enggak, yaudah
Enjoy...

Suara televisi yang menayangkan acara komedi terdengar diseluruh penjuru rumah. Beberapa kali terdengar suara tertawa karena lelucon yang dilontarkan para komedian di televisi itu.

"Yaa! Tidak bisakah kau pelankan suara mu itu? Eoh!?" Teriak seorang namja yang tengah duduk di pantry.

Namja yang duduk di depan televisi itu kemudian menoleh kebelakang. "Tidak bisa." Jawabnya enteng.

"Aku jadi tidak bisa belajar gara- gara kau!"

"Kalau begitu jangan belajar didekatku. Pergi ke kamarmu dan belajarlah dengan tenang disana." Suruhnya tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Wah, sekarang kau sudah berani menyuruhku ya? Lihat apa yang akan kau dapatkan setelah ini." Namja itu bangkit dari duduknya dan menghampiri namdongsaengnya itu.

"Terima ini!" Ia lalu menggelitiki namdongsaengnya itu tanpa ampun.

"Hyung... Ah, Hyung!... Geumanhae.. Jebhal ahahah... Ah Hyung! Ahahah"
Meskipun dongsaengnya merintih karena kelelahan tertawa, Ia tetap menggelitikinya.

Hingga suara bel yang berbunyi nyaring menghentikan suara tawa mereka. Mereka bersitatap satu sama lain.

"Buka pintunya." Suruh namja yang lebih tua.

Tapi, dongsaengnya menggeleng kuat- kuat sambil mengambil remote televisi. Ia menghela nafas, mengalah. Iapun berjalan menuju pintu.

"Mencari siapa?" Tanyanya ketika membuka pintu.

"Jimin!" Seru orang itu.

Nafasnya tercekat mendengar namanya diserukan oleh yeoja dihadapannya kini. Jantungnya berdebar- debar. Ia mematung, tak tahu harus melakukan apa.

"O, Seulgi Noona!"

To(get)her

Jimin menyandarkan punggungnya di kursi meja makan. Ia menatap meja marmer didepannya dengan tatapan kosong. Kejadian tadi benar- benar mengejutkan.

"Hyung, micheosseoyo?!" Jihoon-- namdongsengnya Jimin-- berkata sambil berjalan mendekati Jimin.

Jihoon lalu menarik kursi yang ada di hadapan Hyungnya dan duduk disana. Jihoon menatap Jimin tak percaya. "Seulgi Noona datang jauh- jauh kemari hanya untuk menemuimu dan menjelaskan semuanya. Tapi apa yang kau lakukan padanya? Kau mengusirnya!" Nafas Jihoon memburu.

Jimin masih diam ditempatnya. Dan masih menatap meja marmer dihadapannya dengan tatapan kosongnya.

"Apa kau tidak tahu betapa sakit hatinya dia? Tapi dia tetap mau menunggumu sampai akhirnya kau benar- benar menolak kedatangannya. Aku benar- benar kecewa Hyung." Tambahnya.

Kali ini, Jimin tidak berdiam diri. Ia menatapa Jihoon tajam. Tangannya mengepal. Ia berdiri dari duduknya, menggebrak meja dan berkata, "Apa yang kau tahu tentang aku dan dia?! Kau tidak tahu apa masalahnya karena memang ini masalah ku denan dia. Jadi, jangan pernah sok tahu tentang masalahku! Mengurusi masalahmu sendiri saja tidak becus, mau sok mengurusi masalahku!" Ujar Jimin dengan nada bicara yang tinggi.

Jihoon menatap Hyungnya tak percaya. Hyungnya belum pernah semarah ini padanya. Hyungnya selalu menunjukkan sikap yang menyenangkan dan terlihat bagaikan malaikat baginya. Kini, berubah menjadi seperti ada iblis yang merasukinya.

Jihoon menatap punggung Jimin yang semakin menjauhinya. Hingga hilang dari pandangannya. Jihoon menghela nafas kecewa dan berbalik, berlawanan arah dengan Jimin.

"Aku kecewa padamu Hyung." - Park Jihoon.

"Jihoon- ah, mianhae." - Park Jimin.

To(get)her

Saran dan kritik sangat dibutuhkan ...
Dan aku harap, kalian enggak menggunakan peran yang diperankan tokoh² disini untuk saling membully (tau maksudkukan?) oke gais?
cinta damai kan? Yaudah sih itu aja.

Hope you like it guys :)

At least,
Saranghae chingudeul

Nanas.

Secret Admirer (15+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang