E ~ 1

123 11 0
                                    

'Ayah, Ibu. Putrimu ini berjuang lagi'

-Rain-

🍁🍁🍁

Terik matahari langsung menyambut cewek cantik dengan bergigi kelinci itu. Bola mata hazell-nya membuat kesan imut diwajahnya. Hanya orang bodohlah yang mengira dia cewek baik-baik. Nyatanya, jika sudah di dekatkan, dia lebih mirip seorang psikopat yang siap membunuh siapapun saat menganggunya.

Kaki mungilnya melangkah keluar menuju pintu luar bandara. Jari lentiknya dengan lincah mengetik keybord di handphone-nya. Setelah menunggu berapa lama, orang yang ia tunggu datang.

"Non, ada yang bisa saya bantu?" Suara berat pria paruh baya tersebut, mampu membuat cewe itu-Rain menengok.

"Ambil barang!" Jawab Rain. Singkat, padat. Hanya 2 kata itu yang mampu keluar dari bibir mungilnya.

Dengan cepat pria paruh baya itu mengambil barang dan membawanya menuju mobil. Rain segera mengikuti langkah pria tersebut dan masuk ke dalam mobil menuju apartemennya.

Dalam hati kecilnya, Rain sangat menyesal kembali ke Indonesia. Percuma jika ia pulang.

Takkan ada yang menyambutnya dengan hangat

Tak ada kata rindu,

Dan senyuman yang hangat.

Ya..., sejak umur 8 tahun. Rain hanya hidup sendiri, seperti sebatang kara. Kedua orang tuanya telah meninggalkan ia di dunia yang kejam ini sendirian. Sejak itulah Rain berubah 360° layaknya lingkaran.

Rain yang dulu ceria kini berubah menjadi anak pendiam.

Rain yang duli ramah dan murah senyum kini menjadi cewek pemarah.

Sopan santun?

Jangan tanyakan lagi, ia bahkan tak mengerti apa arti sopan santun.

Tak ada yang mengajarinya sama sekali. Ia bahkan malas untuk bersosial dengan orang lain. Hanya membuang waktu bagi dirinya.

🍁🍁🍁

Setelah setengah jam. Akhirnya, mobil yang ditumpakinya berhenti tepat di depan pagar hitam yang menjulang tinggi.

"Pak!" Panggil Rain dengan tegas. Hanya satu kata, namun bermakna banyak dalam kata tersebut.

Matanya memanas. Tanpa Rain sadari, bulir bening dari matanya jatuh membasahi kedua pipinya. Mata Rain seakan menerawang kejadian 8 tahun yang kelam. Dadanya sesak, sangat sesak.

Tapi harus bagaimana lagi? Rain harus kuat!

"Maaf non. Tapi, ini pesan nyonya.. Agar setelah non kembali, non harus tinggal dirumah ini" Jelas pria paruh baya tersebut menatap Rain dengan iba. Ia mengerti bahwa hidup putri majikannya ini begitu kejam.

"Cihhh..." Desis Rain penuh amarah.

Baginya, kembali kerumah ini sama saja membuka luka lama yang telah ia pendam selama ini.

Dengan kasar, Rain menghapus air matanya dari kedua pipinya.

Tak lama kemudian, pagar yang menjulang tinggi tersebut terbuka dengan lebar. Menampakkan halaman rumah yang sangat luas. Disetiap sisi jalan terdapat tanaman yang dirawat dengan baik. Sehingga memberi kesan mewah pada rumah tersebut.

RaiNathan [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang