E ~ 6

55 6 8
                                    

'Lo tau 2 hal yang paling gue benci di dunia ini?
Pertama keramaian
Kedua rumah sakit
Karena keduannya, gue harus kehilangan semuanya'

-Rain-

🍁🍁🍁

Seorang gadis tengah duduk pasrah. Sesekali ia mendengus kesal menatap kelima orang yang ada di hadapannya.

Ya– siapa lagi jika bukan Natasya, Michell dan Rival. Namun 2 orang yang lain, ia tak mengenali namanya. Hanya saja orang itu lah yang berusaha masuk ke dalam hidupnya.

Terkadang ia memegangngi kepalanya yang agak sedikit pusing. Bukan karena sakit, namun karena keramaian di sekitar lingkungan ini. Ia benci dengan keramaian.

Gadis itu memilih untuk bungkam ketimbang harus ribut dengan temannya. Ia bahkan sengaja menulikan pendengarannya karena lelah mendengar ocehan yang tak jelas menurutnya.

"Rain lo denger gak sih gue ngomong?!!" Ujar Natasya menatap Rain dengan kesal.

"Lo lagi Kak. Katanya disuruh jaga Rain tapi kalian berdua gak bisa. Terus mana Kak Raka?! Ngakunya Kakak tapi kagak jaga Adeknya!!" Kesal Natasya menatap James dan Dino tanpa rasa takut bahwa kedua orang itu adalah seniornya.

"Dan elo. Michell sama Rival. Kenapa tadi ngasih tau guenya telat sihh?!!" Lanjut Natasya.

"Liat ajah gue bakal bikin balesan nohh sama si setan lewat Adeknya. Gue jamin pulang nanti dia bakal di marahin sama Adeknya"

"Udah lah Nat, lagi pula Rain udah kembali dengan selamat" Ujar James berusaha menenangkan Natasya.

"Nih ya Kak. Kalau si setan itu gak di kasih pelajaran mana kapok dia. Dan lo Rain. Lo gak kasian apa sama ortu lo, mereka pasti khawatir lihat lo kek gini.. Ahh, mungkin kalau mereka denger mereka langsung terbang ke sini kali yahh??"

Ucapan Natasya sontak membuat Rain tersenyum miris. Bahkan sangat miris.

Khawatir???

Bahkan rasa itu sudah luput sejak kejadian 8 tahun lalu. Rasa itu tak pernah ia rasakan kembali sejak kejadian sadis itu. Ia bahkan sudah lupa bagaiman rasanya di khawatirkan oleh kedua orang tuanya.

Merasa ada yang aneh dengan sahabat barunya, sontak Natasya segera menatap ke hadapan Rain. Jika Natasya boleh jujur.. Ia tak marah sama sekali dengan Rain, ia hanya khawatir dan tak ingin hal buruk terjadi pada sahabat barunya itu.

"Lo kenapa Rain? Ada yang sakit?? Atau Nathan ngelukain lo??? Bilang sama gue. Mana yang sakit" Tanya Natasya dengan lembut, dari matanya tersirat rasa khawatir. Sedangkan Rain hanya dapat menggelengkan kepala.

"Dari tadi lo megangngin kepala mulu. Ke rumah sakit yuh"

Mendengar ucapan Natasya, hati Rain berdetak begitu cepat. Rain memilih untuk memejam kan matanya sesaat untuk menetral kannya. Ia mengirup udara dengan rakus. Fikirannya tengah kacau.

Ia sangat benci dengan keramaian, ia pula benci dengan rumah sakit.

"Rain lo gapapa kan? Kalau Raka tau kita berdua bisa kena amuk dia" Ujar salah satu pria yang tak Rain kenali namanya.

Rain menggelangkan kepalanya. Ia berusaha menyakinkan ke lima orang yang ada di hadapannya bahwa ia baik-baik saja.

"Rain kalau boleh jujur, gila ya lo.. Lo hebat banget tau gak" Ujar Rival di sertakan tepuk tangan.

"Ia gue juga akui itu. Kok lo bisa balapan sih? Lo gak kasian sama diri lo, kalo ada kenapa-napa gimana??" Sahut Michell.

Michell sendiri heran, ia fikir waktu kedua seniornya memberi tau bahwa Rain balapan adalah omong kosong belaka.

RaiNathan [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang