Dictator 1; Kimboo Zebra's Ice Cream.

132K 11.7K 127
                                    

Dictator 1; Kimboo Zebra's Ice cream.

~°~

Ghea merapikan ujung kemejanya yang terlipat. Wajahnya penuh minyak, tampak berkilau ketika tertempa sinar matahari siang. Lengan kanannya terangkat untuk menyeka keringat sebiji jagung yang menetes di dahi. Ia mendesah pelan, memarkirkan sepedanya di samping sebuah sedan hitam dan melenggang santai ke dalam kedai.

Kimboo Zebra's ice cream.

Sebuah plang besar tertempel di atas pintu kedai, terbuat dari kayu berukir yang ia pesan khusus dari Jepara, dengan bercak khas sapi jenis firesian holstein sebagai tema utama. Ya, setidaknya Ghea tidak menyesal karena mengeluarkan uang sedikit lebih banyak untuk memesan itu. Karena hasilnya bagus sekali, terkesan membuat kedainya lebih hidup.

Bunyi lonceng khas sapi terdengar ketika pintu kaca terbuka. Suasana kedai gaya eropa kuno berbalut furniture modern langsung menyapa pertama kali. Dinding kayu berlapis bercak putih dan hitam, pajangan dinding lukisan sapi, sampai miniatur woody menunggang sapi di sudut kiri kedai.

Ya, setidaknya, tempat ini terasa jauh lebih nyaman dari pada kandang sapi. Harusnya Ghea juga menambahkan jerami buatan agar kedai miliknya ini lebih menyatu dengan alam.

Gadis itu tersenyum ramah pada beberapa pelanggan yang berpapasan dengannya. Sesekali juga menyapa anak-anak kecil yang tidak sengaja bersinggungan. Ghea memasuki pintu kecil yang menyatu dengan bagian kasir dan melangkah menuju dapur.

Setidaknya, sekarang ini Ghea memiliki lima pegawai yang membantunya mengurus kedai. Enggak terlalu banyak karena Ghea sendiri masih fokus dengan ice cream sebagai menu utama. Entah beberapa bulan lagi. Mungkin Ghea juga akan menambahkan beberapa menu seperti tiramissu, pie, atau serabi. Kalau Ghea enggak lagi malas, sih.

"Pagi boss Ghea." Arman--teman SMA sekaligus pegawainya yang bertugas menjaga kasir itu menyapa ramah. Ya, setidaknya untuk sekarang Ghea hanya bisa mempercayai Arman untuk membantunya mengurus kedai.

Ghea terkekeh kecil dan menepuk bahu Arman kuat. "Pagi apanya! Udah jam 11 siang ini. Sengaja nyindir ya?"

Arman meringis. "Ya enggak usah kenceng-kenceng juga kali mukulnya."
Tawa Ghea kian lebar. "Sorry."

Arman hanya memutar bola mata. "Eh, persediaan cokelat kita udah mau habis nih. Kamu yang beli sendiri atau kita pesen aja?"

Ghea tampak berpikir. "Gue yang ke sana sendiri deh. Sekalian nanti ngecek barang-barang apa aja yang udah mau habis di gudang."

"Oke. Nanti kalo butuh tumpangan bilang aku aja ya."

"Sip." Ghea mengacungkan kedua jempolnya sebelum berlalu menuju gudang persediaan.

Ya, karena kedai ini masih tergolong baru, jadi Ghea sendiri yang mengurus semuanya, mulai dari bagian produksi sampai pemasaran. Walaupun memang capek, tapi karena Ghea menjalaninya dengan ikhlas, jadi enggak kerasa.

Lagian, Ghea juga suka sama anak-anak. Jadi ketika melihat mereka datang dengan mata berbinar-binar memasuki kedainya, dia jadi ikut seneng juga.

Ghea belum sempat memasuki gudang saat seorang pegawainya berteriak panik dari bagian dapur. Cepat, Ghea berlari ke sana dan mengecek keadaan.

L'amour Difficile (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang