Kafe itu terlihat ramai. Alunan piano terdengar mengiringi suara si penyanyi. Entahlah judulnya apa, yang Kaela tau itu lagunya Ariana Grande. Pasangan muda-mudi lebih mendominasi, bahkan sepertinya tidak ada orang tua di sini. Matanya menelusuri setiap jengkal ruangan mencari-cari keberadaan Fela dan Gio. Kaela menemukan wajah mereka diantara pengunjung lain, duduk di bangku lebih dekat dengan panggung musik.
Kaela datang sendirian. Sudah berkali-kali menelpon Luke tapi tidak diangkat. Chatnya pun tidak dibalas. Cowok itu memang ingin namanya tertulis di death note sepertinya. Khawatir, bagaimana ia harus menjelaskan ketidakhadiran Luke, sedangkan dirinya tidak tau apa yang sedang cowok itu lakukan sekarang.
Jangan tanya apa Kaela sudah menanyakan posisi Luke pada Seli. Jawabannya sudah, dia sudah melakukan itu. Seli pun tidak tau, karena anak itu tidak terlihat di rumah sejak siang. Memang setiap orang punya urusan masing-masing tapi Kaela tak habis pikir Luke bisa mengingkari janjinya. Ya, ya baiklah, Luke memang gak janji tapi Kaela yang memaksa.
"Sorry ... Gue telat," ucap Kaela begitu sampai di depan Fela dan Gio. Lalu duduk di hadapan mereka.
"Nope. Kami juga baru sampai," jawab Fela. Ia tersenyum memamerkan gingsulnya. Yang demi apapun, Kaela juga menginginkan gigi gingsul. Walaupun terkesan tidak rapi tapi terlihat begitu manis. "Luke mana?"
"Ng ... Lagi ada urusan sebentar, nanti juga datang." jawab Kae sekenanya. Menghembuskan nafas lega karena bisa menjawab tanpa tergagap.
"Oh. Kenapa gak berangkat bareng?" Fela memandang curiga. Mati sudah.
Gio ikut menatapnya. Kaela begitu terintimidasi sekarang. Takut rahasianya terbongkar. "Anu ... Itu ... Duh, gue udah bilang kan kalau dia ada urusan sebentar. Jadi gak bisa jemput gue."
Fela terkejut mendengar jawaban yang cenderung kasar. Kebiasaan sahabatnya saat sedang tertekan, masalah apa yang ia lewatkan? Dia sadar dirinya begitu egois, hingga meninggalkan sahabatnya karena kesalahpahaman.
"Kaela ...." Kae mendongak, terukir raut bersalah pada wajah Fela. Buru-buru ia melempar senyuman, suasana hatinya benar-benar tidak stabil. "Lo kenapa? Luke nyakitin lo?"
Bukan, bukan! Kenapa Fela malah menyalahkan Luke? Memang Luke salah karena tidak datang. Tapi Kaela hanya sedang berusaha menutupi kebohongannya saja. Sekali mengucapkan kebohongan maka akan timbul kebohongan yang lain. Kaela takut dicap pembohong, tapi ia terus melemparkan kebohongan. Ironi.
"Gue gak apa-apa kok. Luke anaknya baik," kata Kae, berusaha meyakinkan. Yang nampaknya kurang berhasil.
"Kalo dia nyakitin lo, bilang aja ke gue. Gue yang bakal ngehajar dia pertama kali," ucap Fela membela. Benar-benar terlihat seperti sahabat sejati. Kaela mengamini dalam hati.
Gadis itu tertawa sumbang. "Bisa aja lo, Fel. Udah ah, pesen makan gih, gue lapar."
"Oke." Fela memanggil pelayan, lalu sibuk memilih menu. Serahkan semua pada Fela, ia tau makanan apa saja yang disukai Kaela.
Penyayi solo sudah digantikan dengan band rupanya. Lagunya terdengar ngebeat. Kaela mengangguk-anggukan kepala mengikuti irama.
Saat dirinya sibuk menatap kesana-kemari, matanya tak sengaja bertemu dengan Gio. Gio menatapnya tajam. Ia menaikan satu alis, menantang. Dibalas senyum miring khas cowok itu.
"Hai gengs. Sorry baru datang." Suara Luke merusak acara tatap menatap antara Kaela dan Gio, ia datang dari belakang Kaela.
Mendudukan pantatnya disebelah gadis itu, lalu mencium keningnya dengan cepat sebelum anak itu sadar. Kae mengatupkan mulut, sejak tadi mulutnya terbuka karena terpesona akan kegantengan Luke yang bertambah sekian kali lipat. Kemeja hitam dipadukan dengan vest abu-abu. Rambutnya ia beri pomade sehingga terlihat rapi tidak seperti biasanya yang acak-acakan seperti baru bangun tidur. Kae menggelengkan kepala cepat, bisa-bisanya ia memuji Luke. Dan apa-apaan tadi? Luke mencium keningnya?! Kaela memukul lengan pemuda itu, kesal.
"Apa-apaan sih lo?" bisik Kaela tajam.
"Ngasih nafas buatan karena lo keliatan megap-megap kehabisan udara. Gue emang ganteng, tapi gak usah gitu juga kali ngeliatnya." bisik Luke sambil terkikik.
Disadari atau tidak, kegiatan itu terlihat manis menurut Fela. dan begitu mengganggu untuk cowok di sebelahnya, karena Gio sudah terbatuk-batuk sekarang.
"Ngasih nafas buatan kok di jidat?!"
"Oh, lo maunya di bibir?" goda Luke, kembali dihadiahi pukulan. "Duh, sakit tau. main pukul-pukul aja."
"Bodo amat."
Gio berdehem. Menyadarkan mereka berdua bahwa masih ada manusia lain.
"Halah, ketemu lo lagi. Di kelas aja gue bosen liat lo," celetuk Luke. Tatapannya datar.
"Sama." hanya satu kata yang terucap dari bibir Gio untuk menanggapi ocehan Luke.
Kae mencium bau permusuhan antara Luke dan Gio. Ia melirik Luke. Wajah yang biasa ceria kini terlihat masam.
"Woi Kulkas!" bisik Kaela tepat di telinga Luke takut terdengar yang lain. "Lo ada masalah sama Gio?"
Luke menoleh hingga wajah mereka berhadapan, hidung mereka bahkan sampai bersentuhan. Kaela menahan nafas, semburat merah muncul di pipinya lagi.
"Shit!" Gio tersedak minumannya sendiri. Bajunya sampai basah. Fela menepuk bahu Gio.
"Kalian emang senang berbuat mesum dimanapun ya," kata Fela. Tertawa melihat wajah syok Kae yang telah membuang muka dari hadapan Luke.
"Biasa, Kaela gak sabaran orangnya." celetukan Luke malah membuat darah Kaela mendidih.
Malu!
"Gue ke toilet dulu," ucap Kaela, buru-buru meninggalkan meja mereka.
"Aku juga ke toilet bentar, ya. Bajuku basah."
Fela mengagguk. Gio melepaskan tangan Fela dari bahunya berjalan cepat mengikuti Kaela ke arah toilet.
***
"Ngapain sih kamu mesra-mesraan sama dia segala? Aku tau kamu gak cinta sama dia, kamu pacaran sama dia cuma mau buat aku cemburu kan?!" bentakan Gio tak membuat Kaela takut sedikitpun. Bahkan sekarang ia menatap Gio meremehkan. Ge'er amat ini anak, buat dia cemburu? Hah, ke laut aja.
"Terus? Masalahnya buat lo apaan?"
"Aku gak terima! Kamu tau, aku masih sayang sama kamu." Gio menatap Kaela memelas, dibalas tatapan dingin Kaela.
"Hubungan kita udah berakhir ya. Dan gue gak mau, gara-gara lo persahabatan gue sama Fela juga ikut berakhir." Kaela menatap langit-langit toilet pria, tangannya bersedekap. Ya, dirinya sekarang berada didalam toilet pria karena Gio memaksanya. Kebetulan toiletnya kosong.
"Fela lagi, Fela lagi. Kamu tau? Aku bisa mutusin dia kapanpun."
"Dan ngebuat gue sedih lagi karena Fela bakalan benci sama gue? Cukup dua tahun lalu lo campakin gue ya, Yo! Gue gak mau dicampakin Fela! Dia sahabat pertama gue di SMA. Dan tega-teganya lo pacaran sama dia cuman buat deketin gue lagi! Nggak sudi gue."
Gio berteriak frustasi. "Maafin kesalahan aku waktu itu. Aku khilaf!"
"Lo selingkuh! Bukannya khilaf!"
Matanya terasa terbakar, cairan di dalamnya memaksa untuk keluar. Untuk sesaat, menelan ludahpun rasanya menjadi hal tersulit bagi Kaela.
"Kita udah pernah kepergok Fela sekali, gue gak mau kejadian waktu itu terulang. Gue benci sama lo." Kaela menghentakan kaki keluar dari toilet. Gio tercenung, hanya menatap punggung Kaela yang telah berlalu.
Saat membuka pintu, seorang laki-laki yang juga memegang kenop pintu menatapnya kebingungan. "Toilet wanita rusak," ujar Kae ketus. Kembali menghentakan kaki meninggalkan tempat itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Boyfriend [Revisi]
Teen Fiction"Gila gila gila! Semuanya gila! Ngga mungkin kita bisa pacaran secapat itu!" "Kenapa ngga mungkin?" "Lo ngga suka sama gue! Gue juga ngga suka sama lo!" "Lo mau gue suka sama lo? Oke." "Engga... Ngga gitu, ..."