Bab 1: Sesi Instruksi - Contoh Program (Bagian 1)

43 3 0
                                    

Apa itu keseharian? Apa yang dimaksud sebagai hari-hari biasa yang kita jalani? Rutinitas, kebiasaan, kegiatan yang selalu menjadi bagian dari diri kita tak peduli berapa banyak hari, minggu, bulan, hingga tahun berlalu tak akan semudah itu berubah.

Dan aku, adalah orang yang selalu menatap sinis ke masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.

"Membosankan."

Selagi aku mengatakan itu kepada jati diriku yang entah mau tak mau berada di dalam diriku sendiri, aku menghela napas.

Mungkin banyak dari orang-orang di luar sana ... tak, tak perlu berpikir ke mayoritas orang asing yang berkeliaran dalam satu kota. Dalam kelas ini saja yang setidaknya beberapa orang sudah kukenal? Pasti mereka memiliki pengertian dari "keseharian" yang berbeda.

Ada yang dari mereka menikmati masa muda mereka dengan menumpuk seluruh kegiatan yang menurut mereka menyenangkan hanya dalam kurun waktu satu minggu. Bukankah itu terlalu memaksa? Ada dengan tubuh tak normal yang melebihi batas itu? Yah, bukan urusanku juga.

Ada yang setiap akhir pekan pasti bepergian setidaknya untuk makan malam di kafe-kafe atau restoran yang akhir-akhir ini sedang masuk dalam jajaran tren terpopuler. Mereka pasti memiliki uang terlalu banyak sehingga bisa masuk ke dalam tempat makan yang bisa dibilang sangat, sangat, sangat menguras kocek. Tapi herannya, uang jajan mereka selalu menebalkan dompet mereka lebih, lebih dari dompet tipisku.

Ada juga yang setiap jam pulang sekolah selalu berkumpul bersama kumpulan orang-orang yang mereka bilang sebagai "teman" mereka untuk setidaknya makan-makan kecil sambil bercakap ria membahas hal yang sama sekali tidak penting. Bukannya aku tak mampu mengusahakan diriku untuk bersama mereka, tapi apa mereka sebegitu putus-asanya ingin mendapat tempat di dalam lingkaran keegoisan yang saling menjatuhkan satu sama lain yang termasuk ke dalam istilah "pertemanan".

"Dwi."

Yah, bukannya aku sendiri tak membutuhkan atau tak memiliki sama sekali teman. Buktinya, ada seseorang yang repot-repot mau memanggil namaku meski hanya beberapa huruf dari keseluruhan kalimat.

"Apa?" jawabku.

"Boleh kulihat tugas yang diberikan minggu lalu tidak? Aku lupa mengerjakannya semalam, haha ... kurasa aku sendiri terkadang bisa ceroboh. Ya, aku harus memastikan agar diriku tak akan mengulangi ini untuk kedua kalinya! Jadi, bolehkah aku meminjam bukumu sebentar saja? Please."

Dengan nada suara yang berusaha seperti mencoba untuk menghipnotis dirinya sendiri di depan cermin kamar, Rina, sedang memelas dari tempat duduknya di sampingku.

Lebih tepatnya, dia berada di kursinya sendiri sehingga tak ada konsep dari "teman sebangku" di sekolah ini, di kelas ini. Tak seperti SMA negeri yang mendapat meja dan kursi dengan panjang cukup untuk dua orang, di SMA swasta ini setiap kelas mendapat kursi yang menjadi satu dengan meja seperti dalam universitas. Jadi, tak perlu ada rasa iri dengki karena ingin semeja dengan orang yang dikagumi.

Tapi, eh?

Aku sedikit lambat memroses kejadian yang baru saja terjadi, mungkin dikarenakan lamunan tak berguna seperti biasa.

Tapi, eeeeeeeeeeeeeeeeehhhhhh?!!!

Ini merupakan kejadian yang sangat, sangat, sangat langka seperti misalnya RNG dengan tingkat keberhasilan di bawah 0,0000001%. Dan untuk mendapatkannya, orang-orang dengan putus asanya mencoba berbagai ritual untuk mendapatkan "bentuk" dari hasil persentase kecil tersebut.

Dia adalah Rina Adhyapurnama si ketua kelas yang merangkap menjadi ketua OSIS dengan tiga kesatuan; sifat, perilaku, dan penampilan yang sempurna.

HeksenjachtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang