[28] stay

633K 48.3K 3.8K
                                    

WARNING!!!
Jangan mau jadi silent reader!! Untungnya buat kamu apa? Hargailah karya author dengan memberikan voment. Lagian vomentkan gratis nggak mesti bayar. Sebuah voment itu memiliki arti tersendiri bagi penulis.
















Mika berjalan dengan tergesa menyusuri koridor rumah sakit. Pikirannya kacau tak kala Ia mendapatkan telpon dari Ibu mertuanya bahwa Angkasa mengalami kecelakaan saat berkendara dan dibawa ke rumah sakit.

"Kenanga 203." Gumamnya melihat setiap nomor pintu yang tertera.

Mika menghela napas lega ketika menemukan ruangan tersebut. Tanpa fikir panjang Ia memasukinya.

Ceklek

Sontak semua pandangan yang berada didalam ruangan terfokus pada Mika yang berdiri diambang pintu.

Mika berdiri canggung ditempatnya. Ia tak menyangka akan ada orang lain didalam ruangan Angkasa kecuali mertua dan Angkasa sendiri tentunya.

"Sini sayang." Ujar Emi dengan nada lembutnya.

Mika berjalan dengan ragu mendekati mertuanya.

"Gimana kejadiannya Ma?" Tanya Mika to the point. Lagian Angkasa belum sadar jadi Ia tak bisa bertanya langsung pada orangnya.

"Mama juga nggak tau. Tapi dari para saksi yang liat, tadi Angkasa nabrak pembatas jalan." Tuturnya. "Kamu yang sabar yak sayang." Ujar Emi tulus begitu melihat raut kekhawatiran dimata Mika.

Mika memgangguk. "Terus sekarang keadaan Angkasa gimana Ma?"

"Kaki kanannya patah karena kehimpit badan motor sama rusuknya ada beberapa juga yang patah. Tangannya keseleo sama beberapa luka goresan dimukanya. Tapi kata dokter sejauh ini keadaan Angkasa nggak terlalu parah."

Barulah setelah itu Mika dapat menghela napas lega.

"Lagian udah malem suami malah disuruh keluar." Ucap seorang dengan nada congkaknya yang menyadarkan Mika bahwa Ia telah mengabaikan seseorang.

Mika menoleh dan mendapati sosok wanita baya yang menatap dirinya tidak suka.

Mika menelan ludah susah payah, Ia lupa siapa orang tersebut.

"Kamu lupa sama Saya?" Tanyanya yang sepertinya tau gelagat Mika.

Mika tersenyum canggung.

"Ini Oma Sayang. Wajar kamu lupa soalnya pas nikahan kalian Oma cuma dateng sebentar karena ada keperluan." Ujar Emi yang iba pada Mika.

Mika mengangguk lalu tersenyum canggung pada Oma. "Maaf Oma Mika agak lupa."

"Udah keliatan." Ketusnya.

Mika yang tak mengerti maksudnya mengernyitkan dahinya. "Maksudnya Oma?"

"Udah keliatan Cewek kayak kamu itu nggak punya sopan santun. Keluarga suami sendiri aja dilupain."

Yakali Mika harus mengingat semuanya, emang situ pahlawan bangsa apa. Ingin sekali Mika berkata kasar.

"Maaf Oma." Alih-alih mengeluarkan umpatan Mika malah meminta maaf daripada urusannya makin berabe kan?

"Dari awal Saya udah punya fel__

"Angkasa!!" Seru Mika ketika melihat kedua mata Angkasa mengerjap.

Sontak semua yang ada didalam ruangan ikut menoleh pada Angkasa.

Mika meraih sebelah lengan Angkasa yang tidak terluka lalu menggenggamnya.

"Sa, Lo bangun?" Tanya Mika dengan senyum mengembangnya.

Dahi Angkasa mengernyit berusaha menetralisir cahaya yang masuk kedalam retinanya, belum lagi seluruh tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa.

Married With SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang