Chapter 2

626 88 1
                                    

Enno Kim present

" Dear Y "

No bash.. No flame.. No copy-paste.

Saya cinta damai.

...

...

Ibu mengantarku ke stasiun kereta, membiarkan jendela mobil yang kami naiki sedikit terbuka. Suhu kota Seoul hari ini 15 derajat, wajar saja karena saat ini musim semi, musim favouriteku. Aku mengenakan kaus hitam tanpa lengan dengan jaket kulit berwarna coklat serta jeans yang senada dengan kausku. Tak lupa tas LV dan sebuah koper Moldir yang kuletakan di jok belakang.

Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Sebenarnya enggan untuk meninggalkan ibu di Seoul hanya berdua dengan paman itu, tapi aku tak mau membuang kesempatan ini.

"Ini untuk masa depanmu, Jae." Itulah yang ibu katakan ketika aku bercerita tentang perjalanan ini.

Di Gwangju lah aku akan menghabiskan musim semi dan musim panas.

"Jae Joongie," ibu berkata seraya mengusap rambut hitamku.

Aku memperlambat laju mobil dan akhirnya menghentikannya di pinggir jalan ketika mendengar isakan lirih. Aku menoleh dan mendapati wajah ibu sudah berlinang air mata. Ahh ibuku tersayang, minggu lalu ia senang dengan rencana perjalananku tapi kini menangisi kepergianku.

Aku melepas seat belt dan memundurkan kursi kemudi. Mengubah posisi duduk menjadi menyamping dan perlahan merengkuh tubuh wanita paruh baya itu ke dalam pelukanku.

"Jangan menangis, bukankah ibu yang paling bersemangat saat aku bercerita tentang pekerjaan di Gwangju?," ujarku ketika ibu membalas pelukanku.

"Ibu pasti merindukanmu. Rumah akan terasa sepi nantinya," ujarnya membuatku tersenyum.

"Bukankah ibu senang jika kutinggal berdua dengan paman itu? Tak akan ada yang mengganggu kalian," ujarku dan mendapat cubitan di lengan.

"Ssshh~ itu sakit bu" ujarku ketika ibu melepas pelukannya.

Aku mendengar ibu menarik napas dan kembali duduk tenang. "Jja~ lanjutkan perjalanan ini sebelum ibu berubah pikiran," ujarnya dan membuatku menggelengkan kepala.

"Kim Heechul yang kusayang, kau tak bisa melakukan itu lagi padaku. Aku sudah berumur 23 tahun, bukan bocah berumur 10 tahun," ujarku pada wanita yang sedang bersedekap itu. Aku tahu ia kesal karena aku sudah menyebut namanya.

"Jangan memasang wajah seperti itu, cinderella akan kehilangan kecantikannya nanti," tambahku dan berhasil, ia menoleh dan tersenyum padaku.

Selalu seperti ini, jika ibu dalam mode mood swing, tapi jika itu aku, pasti aku bisa mengatasinya. Lain halnya dengan paman yang bernama Choi Siwon itu, ia selalu mengikuti kemauan ibuku yang terkadang berlebihan. "Aku menyayangi ibumu, maka aku akan memenuhi keinginannya," itulah jawabannya ketika aku menolak sebuah mobil di ulang tahunku tahun lalu.

Hahh~ sudahlah, lebih baik aku kembali melanjutkan perjalanan.

...

...

"Yoochun-ah?"

Jung Yunho duduk disampingku ketika Yoochun menganggukan kepalanya.

Apakah ada yang kulewatkan?

Oh sial, bagaimana mungkin disaat seperti ini aku mengingat bagaimana perjalanan pertama kali ke Gwangju? Aku jadi tak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Jung Yunho" Yunho mengulurkan tangannya padaku, menunggu aku menyambut uluran tangannya.

Jantungku berdebar, saat aku menggenggam tangannya. "Kim Jae Joong," ujarku akhirnya.

Genggaman tangannya terasa hangat, membuat jantungku semakin berdebar.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi, Jae Joong-ah. Selamat datang di Gwangju dan selamat bergabung di Jung Corp."

Yunho melepas tautan tangan kami dan kemudian tersenyum.

Senyum yang membuatku tak ingin mengalihkan pandangan.

Oh, Yunho masih ingat padaku?.

.

.

"Kau tunggu saja di mobil. Aku ke toilet sebentar," ucapku pada Yoochun setelah ia mengantarkan Moonbin -anak kecil yang tadi bersama Yunho- ke tempat ibunya.

Setelah mengajak Moonbin membeli ice cream, Yoochun langsung mengajakku melanjutkan perjalanan. Yoochun tadi menggantikan Yunho, karena lelaki itu mendapat telepon dari kantor. Sekretarisnya memberitahu bahwa ada tamu dari Jepang, yang mengharuskannya hadir.

"Baiklah, aku menunggu di parkiran," ujarnya dan setelah itu langsung pergi dari hadapanku.

Aku menatap cermin dan tersenyum, Jung Yunho masihlah sama. Aku harus memberi Seung Hyun hadiah karena mengizinkanku absen dari kantor utama selama 3 bulan. Awalnya yang akan menggantikan Sung Hee cuti adalah Seo Hyun tapi tiba-tiba saja wanita itu memintaku menggantikannya.

Tadinya Seung Hyun tidak setuju, karena perusahaan akan mengikuti project untuk desain sebuah cafe yang akan dikelola oleh cucu sang Presiden. Dengan mengusulkan satu ide tema cafe dan satu desain untuk ruang kantor, akhirnya aku diizinkan ke Gwangju.

Tidak mau membuat Yoochun menunggu lama, akhirnya aku berjalan dengan tergesa keluar dari kamar mandi.

"Aw~ Ya!"

Saat berbelok, aku menabrak seseorang.

"Dimana matamu huh? Kau tak melihat ada seseorang di depanmu?" ujar orang itu seraya mengusap-usap bahunya.

Ahh suara itu mengingatkanku pada seseorang.

"Tsk~ Lain kali perhatikan jalanmu," ujarnya dan setelah itu ia pergi dari hadapanku.

"Junsu?" aku memperhatikan siluetnya yang semakin menjauh.

Suara teriakan dan wajahnya yang familiar, ah itu memang Junsu.

"Junchan~" aku memanggilnya dan ia menghentikan langkahnya.

Kami saling menatap dan sesaat kemudian, Junsu berkata seraya melipat kedua lengannya di depan dada "Siapa kau? Kenapa kau memanggilku dengan panggilan itu huh?"

...

...

Review...?

Voted...?

Thank you~

Dear YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang