Enno Kim present
" Dear Y "
No bash.. No flame.. No copy-paste.
Saya cinta damai.
...
...
"Sepertinya ini rumah yang Anda cari, Tuan," sebuah suara membuatnya tersadar dari lamunan dan menoleh sekeliling.
Ia memajukan tubuhnya menghampiri kursi kemudi lalu mengikuti arah pandang lelaki paruh baya itu, menatap sebuah rumah disampingnya. "Ahjussi yakin ini rumahnya?" tanyanya memastikan.
"Jika dilihat dari alamat dan petunjuknya, ini benar rumah yang Anda cari, Tuan," jelas supir taksi yang dipanggilnya ahjussi.
Jae Joong, lelaki yang duduk di bangku penumpang mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, lalu menyerahkan sejumlah uang. "Ambil saja kembaliannya, ahjussi."
Setelah membalas ucapan terima kasih supir taksi, Jae Joong membuka pintu lalu melangkah keluar. Dengan perlahan, ia menghampiri pagar besi setinggi dagu itu.
Tatapan matanya mengarah pada benda kecil di tembok pagar, ia menekannya dengan ujung jari. Entah sudah berapa kali ia membunyikan bel, tapi tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar dari dalam rumah itu.
Jae Joong melirik jam tangannya lalu menghela napas. Kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celana panjangnya.
.
.
"Dia melupakan janjinya menjemputku di stasiun kereta, dan aku sudah memencet bel rumahnya berkali-kali tapi tak ada yang keluar. Jae akan mencari penginapan saja, disini panas sekali," ujar Jae Joong sesaat setelah teleponnya tersambung.
Jae Joong bersandar pada tembok dengan ransel yang sudah diletakkan di dekat kakinya. Cuaca hari ini cerah, hingga pelipisnya sudah berkeringat walau Jae Joong sudah berteduh dibawah pohon maple.
"Permisi, Tuan.. Ada yang bisa saya bantu?," tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari dalam rumah, membuat obrolan Jae Joong dengan seseorang diseberang sana terhenti.
"Sebentar ya, paman" ujar Jae Joong di ponselnya.
"Apakah benar ini rumah Shim Changmin?," tanya Jae Joong.
Wanita paruh baya itu menatap Jae Joong -menyelidik lebih tepatnya- , "Jae Joong-ssi?" ujarnya kemudian.
Jae Joong mengangkat kedua alisnya saat wanita di depannya itu mengenalnya.
"Paman, nanti Jae hubungi lagi ya."
"Jae?, Ada apa, sayang?! Kau-" ucapan itu terpotong begitu saja saat Jae Joong memutus sambungan teleponnya.
.
.
"Duduklah, satu jam lagi mungkin Changmin sampai. Ahjumma sudah menghubunginya. Oh ya, kau ingin minum apa, Jae-yah? "
"Tidak usah, ahjumma. Aku masih ada air mineral di dalam tas," jelas Jae Joong seraya mengeluarkan botol air dari dalam ranselnya dan meletakkannya di depan mejanya tempat ia duduk bersandar.
Ahjumma Lee hanya tersenyum lembut saat melihat kelakuan Jae Joong. Tadi selama perjalanan dari halaman ke dalam rumah, mereka sudah berkenalan dan berbagi cerita sedikit.
Ia dan Changmin adalah saudara sepupu yang akan bertemu kembali setelah satu tahun terpisah kota. Pantas saja Changmin terdengar ribut saat ia memberitahu perihal tamunya ini.
"Ahjumma, apakah anak itu sering merepotkanmu?" tanya Jae Joong akhirnya.
"Changmin sangat mandiri. Ia hanya minta tolong ahjumma agar datang dua hari sekali untuk membersihkan rumah. Seperti saat ini, sebelum membuka restoran, aku akan datang kerumahnya."
"Ahjumma, jika saat ini kau bersamaku, bagaimana dengan restoranmu?" tanya Jae Joong.
Seketika ahjumma Lee beranjak dari duduknya dan berkata, "Jae, nanti akan ahjumma panggilkan keponakanku untuk menemanimu selama menunggu Changmin, namanya Kim Junsu. Tunggulah sebentar," dan dengan tergesa, wanita paruh baya itu membuka pintu.
Meninggalkan Jae Joong sendirian diruang tamu.
...
...
...
Tok..
Tok..
Suara ketukan pada pintu berwarna hitam yang berjarak sekitar lima meter dari tempatnya duduk mengalihkan tatapan Jae Joong dari frame yang terisi fotonya bersama Junsu. Tak terasa, tiga tahun sudah mereka menjadi akrab.
"Halo, sayang?"
Lelaki bersuara baritone itu membuka pintu dan melangkahkan kakinya menuju meja Jae Joong. "Aku ingin mengajakmu makan siang", lanjutnya saat tak mendapat sambutan atas kedatangannya.
Jae Joong hanya mengangkat bahunya sambil menghela nafas. Lalu ia beranjak dari duduknya dan berdiri dihadapan orang yang mengajaknya makan.
"Tidak bisa dihubungi dalam seminggu ini lalu tiba-tiba kau datang dan mengajakku makan, Mr. Jung?"
Jae Joong menatap mata Yunho seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Menunggu jawaban dari lelaki dihadapannya.
"Maaf, sayang, aku sedang mengurus sesuatu hingga tak sempat membalas chat-mu."
"Telepon pun tak kau angkat, Yun"
"Maaf, sayang, aku ta-"
"Kau berbohong, kau tak sayang padaku!"
Yunho melangkah, menghapus jarak antara ia dan Jae Joong. Memang satu minggu ini ia sibuk menyelesaikan pekerjaannya.
Yunho mengulurkan kedua tangannya lalu mengusap lembut kedua pipi Jae Joong. "Kau ingin kita berlibur, bukan? Nah aku sedang menyelesaikan pekerjaan bulan depan agar bisa mengambil cuti," jelas Yunho.
Ia melihat raut terkejut dari wajah Jae Joong dan kemudian mengecup bibir cherrynya. "Jangan marah lagi, hmm?"
Jae Joong mengerjapkan matanya. "Kau serius, Yun?" tanyanya memastikan.
.. dan Yunho mendapat pelukan erat setelah ia menganggukkan kepalanya.
.
.
..To be continued..
.
.
.
Review...?Voted...?
Comment...?
![](https://img.wattpad.com/cover/138887857-288-k762599.jpg)