Enno Kim present
" Dear Y "
No bash.. No flame.. No copy-paste.
Saya cinta damai.
...
...
Malam yang menyenangkan. Angin yang berhembus tidak terlalu dingin, karena kini sudah memasuki musim semi. Jae Joong mengedarkan pandangannya sesaat setelah pembawa acara mempersilahkan mereka menyantap jamuan makan malam.
Rumah keluarga Shim sangat sederhana untuk seorang chef wanita yang dinobatkan sebagai salah satu chef terbaik di Seoul oleh majalah Elle. Denting piano menemani para undangan yang sedang menyantap makanan di taman belakang. Acara kali ini digelar dalam rangka menyambut dan memperkenalkan anak bungsu keluarga Shim yang baru saja tiba dari Jepang.
Shim Changmin.
Changmin akan mengikuti jejak ibunya untuk terjun dalam bisnis kuliner. Kecintaannya pada makanan, mengantarkan lelaki itu untuk membuka sebuah restoran masakan Jepang. Bukan Changmin yang menjadi chefnya walaupun ia sempat mengikuti les memasak beberapa tahun yang lalu. Changmin mengambil konsentrasi pada manajemen bisnis, sama seperti sang ayah yang sudah bergelut dalam bisnis properti.
Jae Joong menahan nafas saat pandangannya bertemu kembali dengan seseorang yang ia lihat pertama kali saat tiba dirumah ini. Lelaki dengan tubuh tegap dan tatapannya yang tajam. Jas hitamnya sangat pas ditubuh lelaki itu, oh jangan lupakan surai hitamnya yang membuatnya makin mempesona.
Jae Joong berdeham dan melangkahkan kakinya ke taman belakang. Sepertinya ia butuh udara segar.
.
.
"Selamat malam semuanya"
Jae Joong sedang mengambil segelas jus jeruk saat mendengar sapaan dari dalam. Ia menatap sekeliling dan para tamu satu persatu mulai kembali masuk ke rumah. Segera menghabiskan minuman ditangannya, Jae Joong mengikuti tamu lainnya.
"Perkenalkan, dia adalah anak bungsuku, namanya Shim Changmin. Dia baru saja kembali dari Jepang setelah 3 tahun. Aku tak pernah memintanya mengikuti jejak aku dan istriku dalam berbisnis, tapi lihatlah sekarang, ia ingin membuka sebuah restoran dan berniat mengelolanya sendiri. Anak ini membuat kami terkejut, padahal baru 1 minggu yang lalu ia pulang ke rumah."
Para tamu undangan tersenyum bahkan ada yang tertawa melihat Changmin ditarik dalam rengkuhan sang ayah. Tak terkecuali Jae Joong, lelaki itu bahkan menggelengkan kepala saat melihat wajah Changmin yang bersemu merah. Oh ia yakin sang adik sepupu sedang menahan malu diperlakukan seperti itu. Paman Shim memang masih senang memeluk erat Changmin, padahal anak bungsunya itu sudah 21 tahun.
Setelah beberapa saat, pelukan mereka terlepas dan Changmin berdiri di depan microphone lalu berkata, "Ayahku sangat berlebihan bukan? Dia masih tak percaya bahwa aku mampu berbisnis walau baru saja lulus dari Universitas. Bahkan pada tahun pertama, ia sering mengunjungiku di Jepang untuk memastikan apakah aku bisa hidup mandiri atau tidak."
Changmin memutar tubuhnya menghadap sang Ayah, ia mengulurkan tangannya lalu menggenggam erat jemari lelaki paruh baya itu kemudian berkata, "Terima kasih untuk perhatian dan kasih sayangmu selama ini, ayah tapi aku sudah dewasa, jadi biarkan aku bertanggung jawab atas diriku sendiri, hmm?"
Ruang tamu keluarga Shim mendadak hening. Mereka semua terdiam karena adegan diatas panggung, didepan sana. "Ayah percaya padamu, nak tapi jika kau berhasil, jangan pernah lupa bahwa kau masih memiliki kami, eoh?"