3

297 8 0
                                    

Pangeran ke-8 Kerajaan Dong Yue yang berwibawa yakin bahwa istrinya, wanita yang pernah mencoba bunuh diri demi Pangeran Pertama, adalah mata-mata yang dikirim oleh keluarga Qu. Tapi dia heran, kenapa sikap istrinya agak aneh? Lian Cheng jadi penasaran dengan mangsanya yang satu ini.

Yu Hao datang melaporkan perbuatan Lian Cheng yang menghajar kedua selir dengan tangannya sendiri. Lian Cheng tentu heran mendengarnya, sepertinya istrinya ini bukan wanita biasa karena dia bahkan tidak mengikuti pola normal. Karena itulah dia memerintahkan Yu Hao untuk terus mengawasi istrinya itu.

Tiba-tiba Lian Cheng pusing. Yu Hao sontak cemas. Tapi Lian Cheng bersikeras kalau dia baik-baik saja. Dia mengaku kalau terkadang, dia bisa mendengar suara mendiang Kaisar (Kakeknya).

Yu Hao menduga kalau Lian Cheng pasti sangat merindukannya karena dulu Lian Cheng tumbuh di sisi Kakeknya. Mungkin saja. Setelah mendiang Kaisar menyerahkan Segel Kerajaan kepadanya, beliau pergi selama-lamanya.

"Seandainya ia bisa kembali, aku sungguh ingin bertanya padanya. Kenapa ia memberikan Segel Kerajaan padaku alih-alih menjadikanku Putera Mahkota?"

Jing Xin memijat kaki Xiao Tan yang sakit gara-gara jatuh tadi. Xiao Tan menggerutu kesal, dia sudah tahu tidak akan ada hal baik yang akan terjadi dengan menikahi Lian Cheng itu.

"Sepertinya aku harus menjadi seperti Zhen Huan dan Mi Yue. Siapapun yang berani mengangguku, akan kuhancurkan mereka." Geram Xiao Tan.

Jing Xin malah senyam-senyum menatap nonanya itu. Xiao Tan kesal, apa Jing Xin sedang menertawainya? Tidak, tidak. Jing Xin hanya merasa, saat Xiao Tan menghajar kedua wanita nyebelin tadi, Xiao Tan tampak sangat hebat. Sangat...

"Keren?"

"Iya. Sangat keren."

"Tentu saja. Jing Xin, kukasih tahu kau. Ini namanya 'Di mana ada penindasan, di situ ada perlawanan'."

Jing Xin semakin kagum mendengarnya. Xiao Tan sangat berbeda dari sebelumnya. Jika saja Xiao Tan sekeren ini sejak dulu, maka dia pasti tidak akan disiksa oleh Nyonya Qu dan Kakak Pertamanya.

"Benar. Mau menyiksaku? Jangan harap! Pepatah mengatakan bahwa jika putri seorang selir tidak mampu mengubah sesuatu, bukankah itu artinya jalan buntu?"

Biarpun pepatahnya begitu, tapi tetap saja Jing Xin merasa kalau Xiao Tan harus mencari seseorang yang bisa mendukungnya.

Bagaimana kalau dia memberi salam pada Pangeran ke-8. Xiao Tan harus memberi kesan yang baik agar kelak Pangeran ke-8 memperlakukan Xiao Tan dengan baik. Apalagi Xiao Tan belum mengunjungi Pangeran ke-8 sejak malam pengantinnya.

Xiao Tan jelas menolak. Lebih baik Lian Cheng mengabaikannya saja. Lagipula dia akan pergi dari sini cepat atau lambat. Jadi kenapa juga dia harus menjilat Lian Cheng hanya untuk mendapatkan dukungannya.

"Si Mo Lian Cheng itu memang tampan. Tapi dia juga hidung belang yang punya banyak selir."

"Dia kan seorang pangeran, wajar kalau dia punya satu atau dua selir. Pangeran yang lain malah punya lebih banyak."

Mengalihkan topik, Xiao Tan mengingatkan Jing Xin untuk terus mencari tempat tidur itu. Jing Xin langsung mengeluh. Dia masih harus mencari tempat tidur itu? Ini kan kediaman Pangeran ke-8. Jing Xin tidak familier dengan tempat ini dan mengenal siapapun. Bagaimana caranya menemukan tempat tidur itu?

"Jing Xin, sejak awal aku bisa tahu kalau kau itu Ratu Gosip. Tidak ada apapun yang bisa luput dari matamu. Kau harus mengerahkan seluruh usaha terbaikmu. Semangat! Kau pasti bisa!"

"Ratu Gosip yang nona sebut itu, apa itu pujian?"

Xiao Tan mengiyakannya dan Jing Xin dengan polosnya mempercayainya. Senang, Jing Xin pun berjanji akan mencarikan tempat tidur itu.

The Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang