Prolog

14.2K 1.3K 54
                                    

Please give me a vote. 🌟 and comment. 💬

---------------------------------------

Rasa lelah yang mendera membuat larinya menjadi langkah yang kian gontai.

Memilih untuk berpegangan pada pohon di sekitar hanya untuk mengatur nafasnya yang tersengal-- gadis itu kehausan. Tenggorokannya kering bahkan untuk menelan salivanya terasa sulit.

Sesekali menoleh ke belakang bersamaan dengan ketakutan memuncak seolah sedang berlari dari sesuatu yang mengerikan. Mengabaikan peringatan untuk tak menapaki hutan yang disebut 'terlarang'.

Rasa sesak kembali bergemuruh di dadanya. Sakit. Teramat sakit. Gadis itu tahu--inilah konsekuensi yang harus diterima ketika memutuskan untuk meninggalkan 'nya'---

---yang artinya sama dengan melukai dirinya sendiri.

Entah untuk keberapa kali...ia menghapus jejak airmata yang sudah bercampur peluh di wajah cantiknya, bahkan noda tanah yang ikut menghias disana~tak sedikitpun membuat pesonanya berkurang. Sayang, kecantikan sempurna itu berbanding terbalik dengan garis takdirnya---

---dimana ia tak sanggup lagi menjalani hingga memilih pergi.


Seketika suara kegaduhan mengalihkan perhatiannya. Berbekal rasa penasaran yang tinggi, gadis itu nekat mendekati.

Dihela ranting-ranting yang menutupi pandangan namun tetap berusaha untuk tak menarik perhatian~ia memilih mengintip di balik pepohonan.

Takjub tatapannya mengarah pada pertarungan tak seimbang yang sengit di hadapannya. Seorang pemuda bertubuh jangkung dengan hoodie yang menyamarkan sebagian wajahnya, menghadapi tiga orang berpakaian serba hitam yang diyakini gadis itu sebagai Assassins---melihat dari gaya bela dirinya yang mumpuni.

Berbekal sebuah belati di tangan, pemuda itu dengan mudahnya menghabisi ketiga Assassin kurang dari sepuluh menit.

Bulu roma gadis itu meremang melihat ketenangan sang pemuda yang bergeming, menyaksikan para Assassin meregang nyawa---seolah itu merupakan tontonan menarik baginya.

Sampai kemudian suara tarikan busur membawa netra gadis itu menuju pada seorang Archer yang siaga di atas pohon dan bersiap membidik targetnya--si pemuda.

Entah dorongan keberanian darimana saat gerak refleks gadis itu menyamai kecepatan anak panah yang melesat mengarah pada tujuannya.

Sang pemuda tersentak oleh terjangan seseorang yang tak diketahui kedatangannya--memeluknya bersamaan dengan anak panah yang menancap di punggung itu.

Keduanya terbanting kuat ke tanah dengan posisi menyamping. Kejadiannya begitu cepat bahkan gadis itu tak bisa mengelak dari benturan menyakitkan di kepalanya pada sebongkah batu yang keberadaannya tertutupi semak belukar.

Tercengang melihat genangan darah di belakang kepala gadis itu namun hanya sekian detik sebelum ia melayangkan belati pada Archer yang berusaha kabur.

Suara berdebam kuat jatuh dari atas pohon, menandakan sang Archer berhasil di lumpuhkan. Bisa dipastikan bahwa logam tajam berlumur racun itu telah mengakhiri nyawanya.

Kini fokusnya hanya tertuju pada gadis yang tak sadarkan diri dalam rengkuhannya. Hembusan angin lembut menerpa keduanya. Membuat hoodie yang sedari tadi menutupi kepala pemuda itu tersibak,menunjukkan raut adonis tak bercela~bersamaan dengan helaian rambut si gadis yang berterbangan, menampilkan bentuk telinga dengan ujungnya yang meruncing berciri khas,

"Elf," bisiknya kemudian.






Cerita romance berbau fantasy. Hanya ingin menyalurkan imajinasi tak masuk akal dalam kepala Al.
459~300318

Elf Mine (ON HOLD) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang