10.) Fakta

4.8K 715 87
                                    

Please give me a vote. 🌟 and comment. 💬

--------------------------------------


Jillian masih kaku dalam posisi berdirinya. Ia bahkan patuh saja saat Ayudya menuntunnya menuju beranda. Gadis itu shock, terlihat dari perubahan raut wajahnya yang menegang dan pucat.

"Anda baik-baik saja, nona?"

Teguran Ayudya mengembalikannya dalam kesadaran. Butuh beberapa detik untuk bereaksi, "Itu tadi apa?"

"Sihir. Jangan khawatir, nona. Semua bangsa Elf memiliki kemampuan sihir--tergantung ras-nya masing-masing. Begitu juga, anda." Ayudya menjelaskan.

Jillian tergugu. Merasakan energi asing yang memenuhi dirinya, hingga takjub menjadi euforia yang tak bisa ia lukiskan.

Satu fakta terkuak. Ia memiliki kemampuan sihir. Segi baiknya karena memilih bertahan disini untuk mengetahui jati dirinya.

Sejenak Jillian memperhatikan gadis mungil bersurai hitam disebelahnya. "Kau adalah--"

"Ayudya. Anda bisa memanggil saya, Ayudya." Ia menunduk sebagai bentuk penghormaan.

"Tidak perlu terlalu formal padaku, Ayudya." Pinta Jillian.

Gadis itu tersenyum. Kehilangan ingatan tidak membuat seseorang kehilangan jati dirinya, itulah yang Ayudya lihat dari sosok Jiliian--perempuan itu masih sama, lembut dan rendah hati. Sikapnya sedikitpun tidak mengurangi derajatnya yang begitu tinggi dan paling dimuliakan oleh kaumnya-- Light Elves.

"Baiklah," jawab Ayudya kemudian.

Tampak Jillian menghela napas panjang seraya memperhatikan sekitar. "Aku merasa sangat asing disini--" Menoleh ke arah Ayudya. Percaya bahwa gadis itu bukanlah ancaman baginya, ia penasaran."--apakah kita dulu akrab?"

"Anda--maksudku--kau, akrab dengan semua orang." Ayudya meyakinkan.

"Semua orang? termasuk dengan pria kejam itu?"

"Namaya Elbarack Bennedict dan ya-- terutama dengannnya." Tegas Ayudya menjawab, membuat Jillian mendelik tak percaya.

Elbarack Bennedict--aura dominan pria itu bahkan terasa pekat meski hanya dalam sebutan sebuah nama.  Entah kenapa pria itu seakan memiliki pegaruh besar terhadap reaksi tubuhnya. Reaksi yag tidak bisa Jillian artikan.

"Cukup tentang dia. Kita bicara yang lain saja."

Ayudya melihat gestur penolakan Jillian begitu kentara. Kalau bukan karena peringatan Tyga tadi--ingin rasanya Ayudya membeberkan semua fakta dihadapan gadis itu.

Tapi lagi-lagi Tyga benar, bukan wewenangnya untuk melangkahi kehendak sang Alpha. Yang bisa ia lakukan hanya menahan diri agar bicara seperlunya saja.

"Tapi pria itu adalah pasanganmu, dia datang untuk menjemputmu agar kembali bersamanya--kembali ke tempat seharusnya kau berada." Ayudya mencoba memilah kata, namun tetap mendapat reaksi kejut dari Jillian.

"Pa--pasangan?! tidak mungkin. Aku tidak mungkin punya hubungan dengan pria kejam seperti dia." Jillian menggeleng tak percaya. Kembali diingatnya sosok Elbarack yang sedang dikuasai amarah--itukah alasannya hingga menghajar Danzel dengan brutal? Karena ia yang berlari mendekap pria lain dihadapan pasangannya sendiri.

"Kau hanya sedang tak bisa mengingatnya, tapi percayalah, dulu kalian sangat saling mencintai. Kalian adalah pasangan yang bahagia."

Pasangan bahagia yang saling mencintai? Itu terdengar mustahil bagi Jillian, tapi entah kenapa, seperti ada desiran aneh yang menyusup masuk ke hati Jillian akan kalimat Ayudya barusan.

Elf Mine (ON HOLD) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang