3.) Ramalan atau Kutukan

6.3K 850 77
                                    

Please give me a vote. 🌟 and comment. 💬

------------------------------------------------

Peluh dingin membasahi tubuh Ivy ketika Danzel menerobos ke dalam kamarnya sesaat setelah mendengar teriakan.

"Ivy, bangunlah!" menggoncang pelan, Danzel berusaha menarik gadis itu dari alam bawah sadarnya.

Terengah. Ivy mengatur nafasnya yang memburu ketika berhasil terjaga dari mimpi buruk. Tubuh gadis itu gemetar. Sosok mengerikan yang hadir di mimpinya berhasil menguasai pikiran sampai rasa takut itu terbawa hingga ke alam sadarnya.

Ditatapnya Danzel di tepian ranjang. Raut kecemasan tercetak jelas disana.

Mencoba mencari perlindungan dari rasa takut yang mendera, Ivy serta merta memeluk Danzel erat.

"A...aku takut." Dingin. Badan Danzel dingin namun ketakutan yang melanda Ivy lambat laun teredam tergantikan rasa aman yang menenangkan.

Danzel bisa merasakan getaran dari tubuh yang berada dalam pelukannya. Lembut ia membelai surai gadis itu. "Tenanglah, aku disini."

Memejamkan mata~Ivy menikmati sentuhan Danzel yang mengusap pelan punggungnya.

"Aku bermimpi. Ada seseorang yang sangat mengerikan sedang mengejarku. Ia mendapatkanku dan memperlakukanku begitu kejam."

Tubuh Danzel menegang. Tahu benar bahwa itu bukanlah mimpi melainkan kilasan kejadian yang mungkin pernah Ivy alami.

Danzel tidak tahu bagaimana pria itu memperlakukan Ivy dulu sehingga menyisakan ingatan-ingatan pahit yang tertinggal disana.

Membuat Danzel bertambah yakin bahwa keputusannya menahan Ivy disisinya merupakan hal yang benar.

"Apa kau ingat dengan wajah pria itu?"

"Tidak. Semuanya terlihat buram."

Bagus. Sebaiknya memang kau tak perlu mengingatnya. Batin Danzel menimpali.

"Mungkin itu hanya efek obat. Ramuan penetralisir racun yang rutin kau minum itu memang memberikan efek halusinasi."

Lagi-lagi Ivy terbuai oleh senyuman yang setia menghiasi wajah rupawan Danzel.

"Semua itu hanya mimpi, Ivy, jadi jangan cemas. Lagipula kau aman bersamaku, akan kupastikan itu."

Ivy pun membalas senyumannya. Percaya sepenuhnya pada setiap perkataan yang Danzel lontarkan.

Sepersekian detik ketika ia menyadari bahwa tubuh mereka masih saling menempel, membuat Ivy tersentak dan refleks melepaskan pelukannya.

"Maaf. Aku tidak bermaksud---" malu. Ivy tak berani melanjutkan kalimatnya.

Danzel terkekeh melihat sikap gadis itu yang salah tingkah dan berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.

Sejenak hati Danzel menghangat. Sudah lama ia tidak merasakan ini. Danzel bahkan sudah lupa bagaimana kesan saat tubuhnya bereaksi terhadap lawan jenis.

Tak disangka, sosok elf dihadapannya ini mampu membangkitkannya lagi. Meskipun itu hanya sekedar sikap sipu malu...tapi sanggup menumbuhkan rasa yang tak perlu dia sebut.

"Oya, besok aku ada urusan di Canwood. Tidak apa-apa kan, kalau kau sendirian disini?"

Dia pria bebas. Tak perlu meminta izin siapapun untuk setiap tindakannya. Kali ini dia melakukannya.

"Tidak apa-apa lagipula kondisiku sudah lebih baik sekarang."

Danzel mengangguk, tak bisa menahan tangannya untuk kembali membelai surai gadis itu.

Elf Mine (ON HOLD) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang