Bab 01 Rasyid Faturohman!

21.1K 2.5K 67
                                    

"Ecieeee yang baru aja ketemu calon imamnya pipinya kok merah gitu ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ecieeee yang baru aja ketemu calon imamnya pipinya kok merah gitu ya?"

Tuh rese. Aku menatap galak ke arah Fatur. Adik kandungku yang kini sudah berjalan bersamaku di koridor kampus. Iya aku dan Fatur itu cuma berjarak satu tahun. Dan kuliah di kampus yang sama tapi beda jurusan. Dia satu tingkat dibawahku.  Kadang pas awal-awal dia masuk ke kampus ini dikira cowokku.  Tingginya yang jauh di atasku  memang membuat aku  seperti temannya saja. Bukan kakak kandung. Dia juga yang jadi semacam bodyguard untukku. Kemana-mana aku dan dia memang selalu bersama. Kadang Rama, adik bungsuku  juga ikut mengekori kami. Tapi karena dia masih di bangku sma dan sibuk terus jadilah kita sering berduaan saja.

"Calon imam Apa? Dia jadi kayak ayah. Aku gak mau nikah sama yang lebih tua."

Tentu saja ucapanku langsung menghentikan langkah Fatur. Dia kini merangkulkan lengannya di bahuku membuat setiap orang yang lewat di depan kami sedikit melirik ke arahku.

Bagi sebagian mahasiswa yang tidak mengenalku  atau yang mengenalku karena ayah. Iya aku kuliah di kampus ayah mengajar. Jadi mereka pikir aku ini anaknya ayah yang alim  tidak tersentuh dan pilih-pilih. Kebanyakan mahasiswa pria  takut kalau ketemu sama aku. Gak apa-apa sih soalnya aku juga gak mau terlalu bergaul dengan mahasiswa pria.

Tapi banyak juga yang nekat memberiku surat atau mengajakku Kencan. Hanya saja aku tolak secara halus.

"Dih  dikasih yang dewasa kok gak mau. Mas Rasyid itu pinter loh mbak. Bahasa arabnya  bagus. Lulusan dari Al azhar yang pasti imannya juga baik. Kurang apa coba?"

Fatur kadang kalau nasehati suka kayak orang tua.

"Kurang muda."

Akhirnya ucapanku itu membuat Fatur mencibir. Kini dia membenarkan ranselnya dan menoleh kepadaku.

"Nikah kok cari anak kecil."

"Bunda ama ayah kan juga gitu."

Aku memprotes ucapan Fatur. Kali ini dia tersenyum dengan manis.

"Ya kan bunda ama ayah itu pengecualian. Pokoknya mereka emang jodoh itu. Lah mbak, dikasih jodoh yang tampan gitu kok gak mau."

Deg

Jantungku berdegup kencang saat mendengar kata tampan dari Fatur. Jadi teringat kemarin saat aku tidak sengaja menatapnya. Subhanaallah. Wajahnya memang benar-benar tampan. Hidung mancung, alis tebal, mata tajam, rambutnya hitam tebal. Dan kulitnya yang putih itu loh. Aku kayaknya kalah deh.

"Ah pokoknya mau yang kayak ayah."

Akhirnya aku mengatakan itu membuat Fatur tergelak. Lalu dia menjauh dariku dan kini menyentil hidungku.

"Bohong. Padahal situnya  juga mau tuh. Udah ah ada kelas."

Setelah mengatakan itu dia berlalu begitu saja. Meninggalkanku dengan bayangan raut wajah si Rasyid. Haisshh.

Insyaallah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang