Bab 06 Gangguan!

15.7K 2.3K 77
                                    

Jantungku terus berdegup kencang sejak menjawab lamaran Mas Rasyid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantungku terus berdegup kencang sejak menjawab lamaran Mas Rasyid. Ayah dan bunda langsung tersenyum senang dan memelukku. Bahkan ayah mencium keningku dan mengatakan kalau beliau bahagia aku mendapatkan Rasyid.

Lamaran resmi pun di laksanakan. Dan mengurus semuanya sudah ada di tangan bunda dan Ayah. Aku tinggal menunggu. Tapi selama itu kami tidak boleh berduaan. Atau berkhalwat. Dalam artian meski kami berdua ada di tempat umum, tapi mereka tidak mendengar pembicaraan kami berdua maka itu tetap berdosa. Jadi sejak menerimanya aku menjadi istri Mas Rasyid. Dan menunggu pernikahan yang Insyaallah akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Maka, Rama atau Fatur juga selalu ikut. Bahkan aku tidak pernah berbicara berdua. Mas Rasyid kalaupun ingin menyampaikan sesuatu kepadaku pasti lewat dua adikku itu. Jadi mereka diikutkan dalam pembicaraan. Tiap hari pula aku diantar jemput ke kampus. Dengan Fatur sebagai pendamping kami.

"Assalamualaikum Zahra."

Aku terkejut mendapatkan sapaan itu. Sore ini aku berada di lobby kampus. Duduk berselonjor di lantai begitu saja seperti teman-teman yang lain.
Menunggu Fatur yang kuliah secara nonstop. Dari jam 1 siang tadi sampai jam 5. Aku sendiri sudah selesai kelasku 1 jam yang lalu. Dan memutuskan menunggu Fatur di lobby. Sendiri karena sahabatku yang selalu menemaniku tadi tidak masuk ke kampus.

"Waalaikumsalam."

Aku terpana saat Satya...si K-pop kw itu menghampiriku dan kini duduk agak jauh dariku.

"Lagi nungguin Fatur Ya?"

Aku menganggukkan kepala dan melihat Satya kini tersenyum sopan kepadaku.

"Zahra sudah shalat ashar?"

Pertanyaan Satya membuatku teringat kalau aku belum melaksanakan kewajibanku itu. Otomatis aku langsung beranjak berdiri.

"Astaghfirullah. Belum."

Satya juga ikut beranjak.
"Aku imami ya?"

Bagaimana aku bisa menolaknya? Akhirnya aku hanya menganggukkan kepala.

Aku berjalan terlebih dahulu menuju mushola kampus yang ada di ujung lantai satu ini. Dekat dengan taman. Jantungku berdegup kencang. Dan aku terus beristighfar. Aku berdosa kalau seperti ini. Bukankah aku wanita yang sudah dikhitbah?

Tapi bagaimanapun juga aku kan cuma shalat berjamaah. Ampuni hambamu ini Ya Allah.

Sampai di depan mushola aku segera masuk ke tempat wudhu wanita. Aku mengenyahkan semua pikiran yang kini menggelayut di otakku.

Setelah berwudhu aku segera masuk ke dalam mushola dan mendengarkan si Satya adzan. Ada beberapa mahasiswa juga yang ikut shalat berjamaah. Aku tertegun. Satya yang dikatakan Fatur seorang playboy ternyata jauh dari kata itu.

Sekali lagi aku menepis semua tentang hal itu. Lalu mulai memakai mukena yang selalu aku bawa dan shalat ashar berjamaah.

*****

Insyaallah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang