One

183 58 55
                                    

"Heh, buru Ga! Lelet amat sih lu." Teriak seorang lelaki berjaket biru berlambang 'S' dibelakangnya.

"Yaelah, udah telat, telatin sekalian palingan poin dua." Jawab lelaki dipanggil "Ga" santai sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abunya. Jika dilihat-lihat penampilannya mirip dengan Dilan, tokoh di sebuah novel yang sedang booming saat ini. Baju yang dikeluarkan, tanpa dasi tentunya. Ditambah tas selempang dan jaket denim yang terkesan usang. Serta helm model batok berwarna coklat.

Lelaki berjaket biru itu berdecak kesal, "Rega, lo sama Lazu lewat gerbang situ, gue sama Gerry lewat belakang."

"Zu, buru sana, ngga usah stalk officialnya Aw receh terus, idup lo uda receh kok" Sahut lelaki berbadan sedikit gempal sambil menepuk bahu Lazu.

"Ahahahaha bego! Ngakak njing!" Rega kemudian menarik jaket Lazu untuk segera mengikutinya. Sementara Gerry menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya tersebut.

"Motor kita kita gimana, Dew?" Tanya Lazu sebelum memasuki gerbang.

Yap, mereka adalah peranakan dari Maladewa Bagaskara.

"Biasa," jawab Dewa singkat sambil berjalan menuju gerbang belakang.

Belum sampai tiga langkah mereka berjalan mereka dikagetkan dengan

"AREGA, GERRY, LAZUARDI, MALADEWA MAU KEMANA KALIAN?!!!!"

"Shit!"

Mereka berempat berlari bak atlit marathon, tanpa memperdulikan teriakan dari guru tersebut. Gerry dan Dewa segera menuju gerbang belakang sekolah. Gerbang tersebut memang jarang dilalui oleh guru. Tak perlu waktu lama, Dewa sudah berhasil memanjat gerbang tersebut.

"Bruk!"

"Astagfirullah!"

Dewa menoleh ke arah sumber suara tersebut, ternyata ada seorang perempuan yang sedang berdiri tak jauh dari posisinya. Perempuan tersebut buru-buru memutus pandangan dengan Dewa.

"Hei! Diem ya!" Ucap Dewa sambil menempelkan jari telunjuknya di depan bibirnya.

Perempuan itu hanya mengangguk dan bergegas pergi dari tempat tersebut. Sekilas Dewa melihat wajah perempuan itu "manis, boleh juga tu"
Batinnya sambil menyeringai menatap bahu perempuan itu yang semakin menjauh.

"Wa, baju gue nyangkut nih? Tolongin napa!"

Dewa tersadar dari khayalannya dan berdecak kesal, kemudian ia menggoyang-goyangkan gerbang tersebut.

"WA, WA, GUE MASIH MAU IDUP. GILA! WA UDAH PUSING GUE ANJIR!" Rancau Gerry sambil berpengan erat di gerbang tersebut. Sementara Dewa sudah tertawa terbahak-bahak, ia lalu menendang gerbang tersebut dan Gerry pun jatuh dengan posisi yang kurang mengenakkan. Seperti dugong terdampar.

"Sialan lo Wa, untung lo temen gue" umpat Gerry sambil membersihkan pakaiannya yang sedikit kotor.

"Hahaha, cabut yuk!"

"Tungguin gue" teriak Gerry sambil mengejar Dewa.

*****

Berbeda dengan Dewa dan Gerry yang berhasil lolos dari kejaran guru, Rega dan Lazu justru tertangkap oleh seorang guru yang sedang berjaga di gerbang samping. Alhasil mereka mendapat poin 4 karena terlambat dan tidak mengenakan atribut lengkap. Mereka tanpa malu menenteng sepasang sepatu yang telah berubah warna menjadi hitam polos. Peraturan di SMA Sevit memang mengharuskan anak didiknya mengenakan sepatu hitam polos, boleh mengenakan sepatu bebas saat hari kamis dan saat olahraga.

Mereka berdua memustuskan untuk melewati kantin karena lebih dekat dengan kelas mereka. Saat mereka memasuki kantin, semua pandangan tertuju mereka.

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang