Six

103 20 12
                                    

Teriknya matahari menyinari halaman SMA Sevit. Namun nampaknya sang pembina upacara tak kunjung menyudahi amanatnya. Terlihat para siswa justru asik mengobrol dengan teman mereka. Hingga suara pembina upacara itu, tidak terdengar lagi.

Para guru berupaya agar para siswa mau mendengarkan amanat itu. Mulai dari menegur satu per satu, menarik siswa yang membuat ribut ke belakang barisan, berkeliling di sekitar para siswa, dan yang terakhir melempari menggunakan krikil.

Hal ini terus berlanjut hingga, upacara hampir selesai. Para siswa nampak tenang hanya saat membaca doa. Selepas itu mereka ribut kembali seperti semula.

"HARAP DIAM!"

Teriakan lantang dari seorang guru, membuat seluruh siswa diam di posisi masing-masing.

"Selamat pagi! Bagi siswa yang namanya saya sebut, untuk menuju ke ruang BK selepas upacara bendera,"

Seketika suasana menjadi lebih hening dari sebelumnya. Mereka semua tentunya ingin mendengar nama yang panggil. Barang kali salah satu dari mereka di panggil. Apalagi bagi anak yang sering membuat onar, mereka mendadak hening.

"Maladewa 11 IPS 3, Arega 11 IPS 1, Gerry 11 MIPA 4, Lazuardi 11 MIPA 2 dan yang terakhir Aditya Wijaya 11 MIPA 4. Sekarang juga, menuju ruang BK! Sekian, terima kasih,"

Bisik-bisik para siswa pun mulai terdengar. Apalagi ketika nama ketos tercinta mereka di panggil oleh guru bk itu.

Upacara telah selesai, kemudian seluruh siswa membubarkan diri. Ada yang ke kantin untuk mengisi energi, ada yang ke wc untuk membuang hajat, ada yang langsung ke kelas untuk mengerjakan pr dan ada yang ke perpus untuk ngadem.

*****

Ruang Bimbingan Konseling terasa dingin, mungkin karena efek dari AC ada di ruangan ini. Namun bagi Dewa dan ke empat temannya, ruangan ini terasa panas. Tatapan ke dua guru bagian kesiswaan itu sengit dan tajam.

"Siapa yang memprovokasi?" Tanya salah satu guru yang mengenakan kerudung dengan bros sebesar aice mangga.

"Eh cie Bu Rena kepo!" Gerry langsung menyikut perut Lazu, namun ia tidak peka.

"Siapa siapa ya diem aja Bu!" Lanjutnya dengan muka watadosnya.

Nampak Bu Rena, guru ekonomi yang merangkap sebagai bagian kesiswaan memijit pangkat hidungnya perlahan. Ia sudah jengah dengan kelakuan anak didik-didiknya tersebut.

"Saya serius!" Sentak Bu Rena sambil memberi tatapan garang kepada mereka.

"Eh ciee ibu, minta diser..." 

Gerry langsung membekap mulut Lazu. Tak peduli Lazu yang sudah mencak-mencak tidak jelas.

"Biasa lah Bu anak muda, biar keren gitu," sahut Dewa santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Poin kalian itu udah banyak! Baru juga kelas 2! Gimana nanti kalo sudah kelas 3?! Kami bisa saja akan mendrop out kalian!" Ucap Bu Rena menggebu-nggebu.

"Kalian berdua anak ips kan?" Rega dan Dewa mengangguk pelan.

"Kok tau bu?" Celetuk Dewa kepada Bu Rena.

"Ya tau lah! Jangan sampai kalian merusak nama IPS! Karena IPS adalah belahan jiwa saya. Dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi,"

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang