Semua acara televisi hanya menyiarkan sebuah tayangan yang menurutku tidak pantas di konsumsi publik. Ini bukan karena aku tidak suka dengan konten beritanya, namun ini sungguh menyakitkan. Saat kau melihat dan mendengar nama orang yang kau cintai menghiasi semua layar kaca televisi.
Aku tidak menutup mata atau menyumpal telinga dengan hal ini. Aku sadar dia bersalah dengan hal ini, namun apakah kau tahu yang sebenarnya? Kalian yang menghujat sejatinya hanya mengikuti arus air saja. Padahal kau sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu.
Mungkin, orang akan mengatakan aku gila karena sudah mati-matian membela orang yang terbukti bersalah. Namun, orang yang bersalah itu adalah calon suamiku, calon imam di keluarga nantinya.
Semua sangat mengejutkan dan tidak bisa di percaya, akupun tidak mempercayai hal ini. Namun semua bukti memberatkannya hingga hukuman mati di jatuhkan padanya.
Saat palu itu diketukkan, duniaku runtuh seketika dan mimpiku hanyalah tinggal mimpi saja. Kami terpisahkan oleh takdir pilu yang sampai saat ini masih sangat membingungkan. Aku sudah berusaha dengan pengacara terhebat, namun semuanya percuma saja. Hukum tetaplah hukum dan tidak bisa aku selamatkan dia dari semuanya.
Di tanganku ada sebuah surat yang menyatakan hukuman mati untuknya akan segera dilakukan. Dia akan kembali pulang sehari sebelum eksekusi, dan dia benar kembali ke rumah. Tapi kembalinya dia bukan untuk menetap, ia hanya singgah dan segera pergi dengan keputusannya.
"Tepat pukul sepuluh pagi ini, Arkana Caraka tersangka dalam kasus pembunuhan putri salah satu pejabat daerah akan di eksekusi. Rencananya tersangka akan di tembak mati."
Kalimat itu sudah aku dengar di seluruh stasiun televisi. Rasanya sangat sakit, namun inilah keputusannya. Dia mengaku tidak bersalah pun tidak ada gunanya, karena hukum akan tumpul jika menyangkut seorang pejabat.
Ketidakadilan yang masih merajai dunia hukum di negara ini, dan entah sampai kapan akan musnah ketidakadilan ini.
Tepat pukul sepuluh dan aku tahu apa yang akan aku hadapi dalam sepuluh menit kedepan. Tidak banyak yang aku siapkan, hanya sebuah hati yang senantiasa harus tegar apapun yang terjadi. Hati yang harus kuat melihat orang yang paling dicintainya menebus kesalahan yang bukan haknya.
Kugenggam ponselku dengan sangat kuat saat sebuah pesan masuk dari pengacara yang aku sewa. Dia sudah pergi dan tidak akan bisa kembali lagi, sekuat apapun aku memohon dan sebanyak apapun aku bersujud. Dia hanya akan meninggalkan kenangan untukku dan juga cerita yang akan aku ceritakan di kemudian hari.
Tangis piluku menggema di setiap sudut rumah, benar apa yang telah ia katakan. Dia tidak akan bisa menghapus air mataku. Dia tidak akan bisa merengkuh tubuhku lagi. Aku hanya bisa memukul dadaku yang mulai sesak karena menangis. Kupukul agar dia bisa bernafas dengan baik walaupun aku menangis.
"Aku memang tidak memiliki banyak harta, namun aku hanya bisa berjanji bisa membahagiakanmu walaupun aku tidak memiliki apapun. Aku bukan cinta pada apa yang kau miliki, namun aku mencintaimu karena ketulusanmu. Sebuah perasaan yang bahkan tidak akan dimiliki oleh sepasang suami istri. Namun kau memilikinya, dan aku mecintaimu sampai kapanpun. Teruslah menjadi Caera Ayunina yang selalu bahagia dan tersenyum. Karena aku tidak akan bisa disampingmu untuk waktu yang lama. Hiduplah dengan penuh kebahagian. Aku mencintaimu."
Kata-kata terakhirnya yang akan selalu aku kenang selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
Teen FictionMenunggumu sangat melelahkan dan menyakitkan.. Aku hanya ingin kau pulang.. Kembalilah, karena aku menunggumu...