Semua pasti tahu, bagaimana perasaan orangtua saat mendapat titipan Tuhan, yaitu anak bayi. Anak dari darah daging mereka sendiri.
Ya, bahagia bahkan tak cukup untuk mendeskripsikan perasaan orangtua di seluruh dunia, apalagi ketika mereka mendapat bonus, yaitu anak kembar.
Pak Syarif tak berhenti bersyukur, memuja asma Allah Swt. akan lahirnya anak perempuannya.
Kartika-istri dari pak Syarif-terus tersenyum. Dengan kedua bayi di sisinya, dia berkata, "Ayah," godanya kepada sang suami.
Sang suami membalas, "Bunda." Dan mereka tertawa bersama.
Ketukan pintu terpaksa membuat mereka menoleh ke arah pintu, sang kakak berjalan masuk dengan senyum sumringah.
"Wah, si kembar dah bangun. Gimana perasaannya dek? Dah enakan?" tanya sang kakak. Kartika mengangguk.
Kakak kandung dari Kartika tersenyum sesaat, sebelum akhirnya keluar ruangan dengan kepala tertunduk sedih.
Kedua pasangan suami-istri itu saling pandang, seolah tahu pikiran masing-masing.
Kartina, kakak kandung dari Kartika, divonis tak dapat memiliki anak lagi, semenjak kecelakaan sepuluh tahun silam.
"Huft." Kartika mengeluh dengan pipi menggembung lucu.
Dia tampak berpikir sesaat, sebelum akhirnya dia berseru, "Gimana kalo salah satu dari bayi kita, kita kasih ke kak Kartina?"
Pak Syarif terkejut, tak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut sang istri.
"Bunda?" tanyanya tak percaya.
Kartika memasang wajah murung, frustrasi akan peristiwa yang dialami kakak kandungnya.
"Yah, Bunda mohon. Demi kak Kartina. Lagipula kita masih bisa lihat salah satu dari mereka, 'kan?" ucap sang istri enteng.Tidak, bukan bermaksud dia rela memberikan anaknya kepada orang lain, walaupun itu kakak kandungnya sendiri.
Dia hanya kasihan.
Syarif mendecak, ikut frustasi. "Mereka mau ke Sulawesi Bun, inget nggak? Kalo kita kasih salah satu anak kita, kita akan sangat jarang bisa bertemu langsung."
Kartika tersentak, dia melupakan hal itu. "Ah," desahnya semakin frustasi.
"Terus? Sekarang bagaimana? Bunda tetep mau kasih ke mereka?"
Kartika menimbang dengan muka penuh raut ragu. "Iya," ucapnya dengan mantap. Walaupun keraguan masih tercetak di wajah cantiknya.
Syarif mendesah berat. "Oke, kita kasih nama dulu, yang bungsu Bunda bisa kasih ke kak Kartina."
"Mawar dan Melati," gumam Kartika, "gimana? Mawar Adindan Rahma dan Melati Adinda Rahma."
"Oke."
***
Sang kakak terkejut, tak bisa berkata-kata saat sang adik datang, memberi sumber kebahagiaannya.
"Ini beneran, Dek?" Sang kakak masih tak percaya.
"Iya kak," ucap Kartika sembari memegang kuat tangan sang suami.
Kartina menghambur ke pelukan sang adik, terisak bersama di sana. Terharu akan keputusan tak terduga dari adik kandung dan adik iparnya.
Dan kini, Melati resmi menjadi anak dari Kartina dan Abdullah.
"Besok, besok kakak ke Sulawesi, kalian berdua ikut nganter 'kan?"
Kartika dan Syarif saling pandang. "Ah, nggak kak, besok aku akan ke kantor."
"Secepat itu?" Syarif mengangguk.
Kartina menghembuskan napas. "Kamu, Dek? Nggak bisa juga?"
Kartika mengangguk dengan kepala menunduk.
"Yasudahlah."
Beberapa menit kemudian, mereka berdua pamit. Kartika tersenyum dengan setetes air mata jatuh ke pipinya saat melihat Melati tenang di gendongan sang kakak.
***
Enambelas tahun berlalu, Mawar kini telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik.
Sama halnya seperti Melati.
Akankah takdir mempertemukan mereka?
Atau justru semakin membuat mereka menjauh?
Hanya Tuhan yang tahu jawabannya.
****
-Seputihkertas
![](https://img.wattpad.com/cover/142400903-288-k857109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship and Friendzone
Teen FictionAmazing cover by : Ris Mawar, Chika, Adam, Malik dan Irfan. Mereka berlima, bersahabat. Siapa sangka, mereka yang berteman lama-bahkan sejak zaman mereka masih TK-ternyata saling memendam rasa? Ya, seperti kata orang, "Persahabatan antar lelaki d...