Part 4|Irfan Sakit Apa?

38 9 0
                                    

"Fan?" panggil Mawar. Dia tersenyum seraya melangkahkan kakinya.

"Eh, ada apa ibu ketua? Apa yang bisa saya bantu?" Mawar justru memutar bola mata bosan. Dia berjalan semakin mendekat lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Irfan.

"Irfan! Nunduk dulu dikit ini ih! Nggak sampe!"

Irfan tertawa terbahak-bahak sampai dia tak sadar, tertunduk terlalu ke bawah seperti orang yang sedang berlutut.

"Eh, napa malah gitu ih. Goblok ah si Irfan mah." Kini, tangan mungil Mawar sudah melayang ke bahu Irfan.

"Sakit woi, udah!" Irfan terus tertawa dan menggapai tangan Mawar.

"Udah sayang!" Dan kini, tatapan mereka bertemu. Tangan mungil Mawar dipegang oleh Irfan.

Mawar mengerjap. Dia tertawa melihat ekspresi Irfan yang terlalu serius.

"Lo sih ah. Kan gue mau ngomong ih!" Irfan melepas pegangan tangannya.

"Yaudah. Apaan?"

"Telinganya sini ih! Gue nggak sampe!" Irfan tertawa lagi.

Dan akhirnya Mawar berbisik pelan. Bukan, bukan berbisik. Melainkan meniup telinga Irfan.

"MAWAR!" teriak Irfan menggosok telinganya. Mawar sudah berlari. Berlindung di balik punggung Ishaq.

Ishaq sendiri sedikit tersentak saat tangan mungil Mawar dengan santainya memegang bahunya.

"Ishaq, itu tolongin gue." Ishaq menoleh ke belakang. Dia mengangkat sebelah alis tak mengerti.

Irfan mendekat. Dia menatap tak suka kepada Ishaq yang menghalanginya untuk menangkap Mawar.

Ishaq kini menoleh ke depan. Menatap Irfan tanpa ekspresi sama sekali.

"Ishaq, pindah sono!" Irfan menyentak, membuat Mawar semakin menutup diri dari pandangan Irfan.

Ishaq menyingkirkan tangan Mawar dari bahunya dan bergeser satu langkah ke kanan.

Mawar mengerjap. "Astaga!" serunya saat Irfan menangkap pergelangan tangannya.

"Nah, sekarang Ibu Ketua mau ngapain?" Mawar menggeleng. Dia menoleh ke arah Ishaq yang hanya menatapnya acuh.

"Mawar! Gue bicara sama elo, bukan sama Ishaq!" Pipi Mawar dipegang Irfan dan dipaksa untuk menghadap ke arahnya.

Mawar tertawa gugup. Dia tersenyum lebar dan berkata dengan nada yang dilembut-lembutkan, "Maaf, tadi kan cuma bercanda."

Irfan tersenyum miring, panas matahari tak menghalanginya untuk menjaili Mawar.

"Aduh, panas," keluh Mawar saat Irfan tak kunjung berbicara. Ishaq juga justru terdiam membisu di sampingnya.

"Ka-"

"Jangan berbicara!" sela Irfan. Mawar dan Ishaq tersentak kaget.

"Bercanda ya Mawar? Yaudah lah ya. Karena gue nggak tega lihat lo masang tampang takut kek gini, gue maafin. Tapi lo harus tau satu hal, jangan main-main dengan gue." Irfan tersenyum licik penuh rencana, Mawar sampai merinding mendengarnya.

"Ke kelas gih!" perintah Irfan. Mawar menurut, dia melambai ke arah wakilnya, Ishaq.

***

"Sshhss," rintih Irfan. Kepalanya terasa sakit dan berat sekali.

Tak sengaja, dia memegang hidungnya. Dan cairan melengket di tangannya. Dia mengernyit, saat bau amis tercium olehnya.

Friendship and FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang