"Kak Mawar!" Inna tersenyum lebar, menghampiri kakaknya yang kini tengah berkumpul bersama teman-temannya yang merupakan anggota OSIS aktif di sekolah ini.
"Apa, Dek? Gue sibuk nih." Inna meringis. Dia berjalan lebih dekat dan melipir ke samping Ishaq. Senior terdingin menurutnya.
"Kak Ishaq? Nggak istirahat yak? Kan dah masuk waktu istirahat tuh. Inna mau ngomong sama kak Mawar, eh bukan cuma kak Mawar. Sama kakak semua yang ada di sini. Hihihi." Ishaq memutar mata bosan. Walaupun dalam hati terpukau dengan cara bicara adik kelasnya ini.
"Tanya kakak lo, kan dia ketuanya." Ishaq sangat ingin tersenyum. Dia menatap Mawar memberi kode.
Dan beruntung Mawar menangkap kode itu dengan benar.
"Oke, guys. Kita istirahat sebentar. Kita dengerin dulu nih, apa yang ingin dibicarakan sama adinda Inna." Mawar tersenyum manis. Bukan, bukan senyum yang dipaksakan. Dia tersenyum tulus. Tak tega melihat wajah polos itu.
"Oke. Kakanda sekalian. Kenalkan Adinda, Adinda bernama Inna, Azkaria Inna Malik." Inna tersenyum lebar, menampilkan gigi kelincinya. Membuat beberapa senior di depannya ikut tersenyum.
"Kakanda. Inna mau nanya nih. Perasaan itu apa sih?"
Chika mengernyit, dia baru saja ingin membuka suara, tetapi keduluan oleh temannya, Ani.
"Perasaan apa dulu nih? Cinta? Takut? Atau apa?"
Inna menggaruk kepalanya, ikutan bingung. Membuat Ishaq hampir saja kelepasan tersenyum.
"Perasaan cinta. Menurut kakanda sekalian, perasaan cinta itu … apa?"
Terdiam, para senior itu kini saling pandang-memandang.
"Dari kak Mawar dulu yak! Dijawab dong kakanda Mawar."
"Cinta? Cinta menurut gue tuh, sebuah rasa. Rasa di mana kau ingin melindungi, menyayangi, dan bahkan rela berkorban demi orang yang dicintai. Tapi satu hal yang pasti. Cinta tak selamanya selalu terjadi antara perempuan dan lelaki. Tapi cinta itu bisa dirasakan siapapun. Bahkan cinta manusia kepada hewan."
Di akhir ucapan panjangnya itu, sukses membuat mereka yang berada di sana memandang takjub. Tak terkecuali Chika dan Irfan.
"Oke, pendapat yang cukup bagus. Sekarang kak...." Inna mengantung ucapannya sembari menatap satu persatu kakak kelasnya.
"Kak Irfan deh? Hihih." Inna mengangkat tangan, menutup mulut. Entah kenapa merasa geli sendiri.
"Gue?" Irfan menunjuk dirinya sendiri. Dia tiba-tiba teringat si Nida. Perempuan paling cerewet yang pernah ditemuinya.
Inna mengangguk. Kini, semua mata menatap penasaran ke arah Irfan.
"Cinta itu gila. Serius. Cinta itu bisa membuat semua orang yang sedang merasakannya menjadi gila. Intinya, cinta itu … gila." Irfan bergidik ngeri.
Wow. Inna tercengang dengan jawaban itu. Dilihat dari ekspresi Irfan, dia terlihat sungguh-sungguh.
"Oh, oke." Inna mengerjap, tersadar dari ketercengangnya.
"Next, kak Ishaq. Yey, kak Ishaq jawab yak kak!"
Ishaq kini terdiam. Dia tanpa sadar tersenyum manis. Membuat semua yang berada di sana tanpa sadar terpukau dengan senyuman yang singkat itu.
Dia tiba-tiba teringat dengan adik kelas yang membuatnya tergila-gila.
"Cinta itu pendapat. Pendapat, pilihan dan hal yang hanya diri kita sendiri yang tau," ucapnya dengan ekspresi datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship and Friendzone
Подростковая литератураAmazing cover by : Ris Mawar, Chika, Adam, Malik dan Irfan. Mereka berlima, bersahabat. Siapa sangka, mereka yang berteman lama-bahkan sejak zaman mereka masih TK-ternyata saling memendam rasa? Ya, seperti kata orang, "Persahabatan antar lelaki d...