Suara musik elektro yang mengentak-entak merasuki indera pendengaran Gendhis. Sesekali kepala dan tubuhnya ikut bergerak mengikuti alunan musik yang mengalun. Malam ini dia sedang berada di sebuah club malam yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Sebenarnya Gendhis tidak begitu menyukai kegiatan dunia malam seperti ini. Tetapi, semua ini harus dilakukannya agar bisa bertemu dengan Dean Tan si artis papan atas yang HARUS menjadi model utama untuk proyek iklan yang akan digarapnya. Gendhis sengaja memberikan penekanan pada kata harus, karena ini merupakan request dari Miss Mel atasannya. Wanita genit itu tahu sekali dengan 'barang bagus'.
Gendhis melirik timex putih yang memeluk pergelangan tangan kanannya. Pukul 02.00 am dan makhluk berlabel Dean Tan itu belum muncul juga.
"Huh! Ke mana perginya sih pria nyebelin itu? Biasanya dia selalu dateng ke sini!" gerutu Gendhis.
Sebenarnya, selain Gendhis masih ada lima orang lagi yang tergabung dalam tim proyek pembuat iklan ini, tetapi sayangnya kelima orang temannya itu kompak menunjuk dirinya untuk menjalankan misi ini. Misi mendapatkan Dean Tan sebagai model mereka. Karena dulu, jauh sebelum Dean terkenal seperti saat ini, Gendhis pernah menjalin hubungan yang cukup dekat dengannya. Pria oriental itu mantan kekasihnya.
Gendhis meraih gelas bir yang ada di hadapannya dan meneguk isinya sampai tinggal setengah. Kalau boleh jujur, Gendhis tidak bisa menoleri minuman keras, tetapi entah kenapa malam ini dia ingin minum. Tiba-tiba Gendhis merasakan ponselnya yang ada di dalam tas bergetar. Cepat, tangannya merogoh mencari ponsel yang terus berbunyi.
"Halo!" ujar Gendhis dengan sedikit berteriak.
"Dhis! Lo udah berhasil belum jalanin misi yang kita kasih?"
Gendhis mengenali suara ini. Suara Sita, salah satu anggota timnya.
"Belom!" jawab Gendhis ketus. "Kayaknya nih malem, tuh pria bodoh ngga dateng deh."
Terdengar kekehan Sita dari seberang sana. "Makanya, Neng, kalau mau berbuat apa-apa itu lo kudu cari tahu dulu," ujar Sita disela-sela tawanya.
"What? Emangnya ada yang salah, ya?"
"Biar sampe lebaran panda, lo ngga akan ketemu sama Dean di sana. Karena tadi sore dia pergi ke LA."
"Maksud lo Lenteng Agung? Ngapain Dean ke Lenteng Agung?"
"Yaelah nih anak kalo udah malem begonya kambuh deh," gerutu Sita di seberang sana. "Bukan LA Lenteng Agung, tapi LA Los Angeles."
"Rencananya besok gue mau ngajakin lo buat nego sama Miss Mel, biar dia ganti Dean sama artis yang lain aja," tambah Sita.
"Bencooong! Kenapa lo ngga ngasih tahu gue dari tadi sore? Kalau tahu makhluk jelek itu ngga ada di Jakarta, gue ngga usah repot-repot nongkrong di sini kali!" omel Gendhis.
"Sorry, Neng. Gue juga baru dapet kabarnya dari Akbar tadi pas abis meeting sama klien, gue mau kasih tahu lo, tapinya lo udah kagak ada di kantor," ujar Sita penuh penyesalan.
"Udah ah, mending gue cabut dari sini, ngantuk!" Gendhis langsung memutuskan pembicaraannya dengan Sita dan beranjak dari tempatnya.
Saat Gendhis baru bangkit dari duduknya, dia merasakan kepalanya sedikit berputar. Tidak salah lagi, ini pasti akibat bir yang diminumnya tadi. Dengan terhuyung-huyung, Gendhis berjalan menuju pintu keluar. Karena sedikit mabuk, Gendhis tidak begitu memperhatikan jalan di hadapannya, sehingga di pintu keluar dia dengan tidak sengaja menabrak seseorang.
"Ups! Sorry!" Gendhis meminta maaf dan segera berlalu sebelum orang yang ditabraknya tadi mengomel. Saat ini kepalanya benar-benar pusing, dia ingin segera tidur di kamarnya yang nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Sempurna
RomanceApa yang ada dipikiran kalian saat mendengar kata Tuan Sempurna? Tampan? Kaya raya? Pemilik perusahaan besar? Gendhis si pegawai biasa di perusahaan periklanan akan bertemu dengan sosok tuan sempurnanya. Penasaran? Ayo kita ikuti ceritanya