Bab 03 - Posesif

285 21 3
                                    

3.

Alsa mendesah lesu saat Delo tidak bisa menjemputnya pagi ini. Mengingat hari ini dirinya ada jadwal pagi. Bahkan Alsa rela melewatkan acara sarapannya dan memilih membawa bekal agar dapat sarapan di kampus saja. Nyatanya Delo mengacaukan semuanya.
Rasanya ia ingin menangis saja.

"Loh, belum berangkat kamu Al? Om pikir udah sampai kampus."
Alsa memutar badannya menatap Penda yang baru saja keluar dari dalam rumah, pria itu memakai celana jeans hitam yakni dengan sobekkan dibagian lutut, kaos putih dan sweater hitam corak garis dibagian lengan.

Alsa sendiri pun tidak yakin dengan Penda jika umur lelaki itu sudah memasuki usia kepala tiga. Gayanya bahkan nampak seperti pria muda berusia dua puluh tahunan.

"Kenapa cemberut gitu? cantiknya hilang nanti."
Ledekkan Penda tidak membuat Alsa tertawa ataupun tersipu malu seperti hari biasanya. Kali ini bahkan bibirnya ia manyunkan layaknya anak kecil.

"Om, bisa anterin Alsa ke kampus nggak?"
Penda terkekeh melihat tingkah keponakkannya yang kelewat gemas ini.
Hatinya selalu menghangat tiap kali disuguhi berbagai macam ekspresi dari wajah Alsa.

Tiap malam pun ia selalu dipersulitkan dengan bayangan dimana Alsa tertawa lepas dengan wajah manisnya. Tak urung membuatnya sulit tidur sampai membuat mata pandanya terlihat jelas.

Awalnya Penda berpikir jika rasa sukanya pada Alsa hanya sebatas rasa sayang seorang Om kepada keponakkannya. Namun nyatanya, rasa tidak karuan itu semakin menjalar didalam tubuhnya sampai tak terkontrol. Ya, Penda jatuh cinta pada Alsa. Itupun hanya dirinya yang tahu.
Serta berharap tidak ada orang lain yang ikut mengetahui perasaannya ini.
Penda tidak mau dicap sebagai lelaki brengsek yang mencintai keponakkannya sendiri. Mengingat hal itu membuat rasa perih dihatinya kembali lagi.

"Om penda!"
Penda berjengit menetralkan dirinya yang barusan memikirkan hal konyol bagi pemikiran orang lain.

"Iya, bisa. Lagipula Om mau berangkat ke tempat syuting," jawab Penda dengan ekspresi gugup luar biasa. Namun jiwa aktingnya mampu menutupi segala kegugupannya tanpa membuat Alsa curiga sedikitpun.

Alsa memang tidak pernah canggung untuk meminta bantuan kepada Penda. Pasalnya pria itu selalu menuruti apapun yang Alsa ucapkan. Namun bagi Penda apapun yang diucapkan Alsa memang harus ia turuti. Entahlah, cinta membutakkan mata hati Penda.

Tak sampai disitu, dengan senang hati Penda membukakan pintu mobil untuk Alsa. Dan respon gadis itu hanya tersenyum manis layaknya anak kecil.
Penda berjalan memutar kearah samping dan ikut masuk kedalam mobil lalu mendudukan diri disebelah Alsa.
Untuk beberapa detik ia tersenyum getir merutuki dirinya sendiri yang sama sekali tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada gadis disampingnya ini.

Meski seringkali Penda selalu menggoda keponakkannya dengan ucapan-ucapan bak lelaki yang tengah mendekati seorang wanita, namun gadis itu tidak pernah menganggapnya serius. Padahal guyonan yang selalu Penda lontarkan berasal dari lubuk hatinya.

"Kenapa tadi nggak ikut sarapan?"
Alsa menoleh, jari lentiknya meminggirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajahnya.
Dan Penda, lelaki itu selalu terpesona dengan apapun yang dilakukan oleh Alsa.

"Alsa ada jadwal matkul pagi, tapi Delo nggak bisa jemput."
Penda mendesah, nama lelaki yang barusan Alsa sebut membuatnya sedikit hilang fokus tapi setelahnya ia kembali normal.

"Besok lagi nggak usah suruh cowok nggak bertanggung jawab itu buat jemput kamu." Penda memegang stir mobil kuat-kuat seolah yang tengah ia cengkeram adalah lelaki bernama Delo.
Dari dulu ia tidak pernah suka Alsa dipermainkan oleh seorang lelaki, meskipun sekedar hal sepele.

"Dia yang nawarin ke Alsa."

"Lain kali tolak tawarannya," ketus Penda serius dengan wajah kesal, membuat Alsa bergeming. Selanjutnya gadis itu kembali sibuk menekuri ponselnya.

Saat SMA Alsa mengenal kata pacaran, sama seperti remaja pada umumnya. Alsa dimabuk asmara dengan sosok pria tampan populer disekolahnya. Wajah manis Alsa pun menjadi sorotan bagi kaum laki-laki. Lalu terjalinlah sebuah hubungan anak remaja, dengan kata lain 'pacaran'. Hari itu untuk pertama kalinya bagi Alsa mengenal kata 'pacaran'. Dan saat itu Penda masih menjadi mahasiswa diperkuliahan. Saat tahu keponakkannya menjalin hubungan dengan seseorang, sebuah rasa tidak terima muncul didalam dirinya. Ia dulu berpikir jika rasa yang timbul hanya sebatas rasa ingin melindungi. Sampai suatu hari Alsa pulang dengan keadaan mata sembab. Penda yang masih satu rumah dengan keluarga Wisnu mengetahui hal itu dan segera mencari tahu alamat pria yang membuat keponakkannya menangis.
Malam itu juga Ia menemui pria yang membuat Alsa menangis dan menghajarnya dengan brutal tanpa ada satu orang pun yang tahu aksi gila Penda tersebut.

Dan setelah kejadian itulah ia sadar jika Penda mempunyai rasa kepada Alsa, keponakkannya sendiri.
Mungkin banyak orang akan bahagia jika mengetahui dirinya jatuh cinta kepada seseorang. Tapi tidak bagi Penda. lelaki itu mengurung diri didalam kamar, merutuki dirinya yang bodoh karena menyimpan perasaan kepada Alsa. Dan saat itulah ia berpikir jika dirinya adalah lelaki brengsek.

Mobil berhenti tepat didepan kampus Alsa, dan gadis itu buru-buru membuka sealtbeat yang ia kenakan lalu keluar dari dalam mobil.
Tak lupa ucapan terimakasih ia berikan kepada Penda.

"Alsa."

"Iya," Alsa menghentikkan langkahnya saat suara Penda memanggilnya dari dalam mobil, lalu membungkukkan badan melongokkan kepala.

"Jangan lupa sarapan."
Alsa meringis lalu mengangguk dengan patuh. Dan disaat seperti inilah Penda benci. Penda benci dengan keadaan yang semakin ia rumitkan sendiri. Bagaimana ia bisa melupakan gadis polos ini jika semakin hari semakin membuatnya mabuk kepayang.

"Nanti Om jemput kamu disini."
Tak ada penolakkan dari gadis itu. dengan riang Alsa mengacungkan jempolnya tanda setuju.

Penda benar-benar telah dibuat gila oleh gadis sepolos Alsa.
Terbukti selama ini ia tidak pernah menjalin cinta dengan perempuan lain. Penda sama sekali tidak pernah berpacaran sampai sekarang.

____

yang merasa tertypu dengan kekosongaan dipart selanjutnya, maafkan diriku ye!
karena emang awalnya ini cerita bukan milik Om Penda. dan kuhapus trus kuganti jadi lapak Om penda.

intinya betah-betah ya dilapak ini.
moga syuka:)

muach~~~

Nikah, Om?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang