Bab 05 - Mungkin menyerah?

197 10 0
                                    

05.

Tangan Alsa melambai kepada sosok lelaki bernama Delo, dirinya baru saja diantar oleh lelaki itu. Saat dirasa Delo sudah cukup jauh barulah ia masuk kedalam area rumah. Alsa diam sebentar saat dihalaman rumahnya sudah terisi mobil Penda yang terparkir disana, spontan ia hanya mengedikan bahu begitu saja.

"Alsa pulang!" serunya lirih namun masih terdengar oleh dua orang lelaki yang tengah duduk diruang tamu.
Alsa mendongak sebentar memberi senyum kepada Ayahnya dan juga Penda, lalu kembali sibuk melepas sepatunya.

"Om Penda udah dateng aja. Mau nginep sini lagi?" tanya Alsa setelah selesai melepas sepatunya tanpa melihat langsung kearah Penda, pasalnya ia kini fokus mencari minuman dikulkas yang bisa membantu tenggorokkannya tidak kering lagi.

"Kemana aja Al?"
Bukan sebuah jawaban, melainkan pertanyaan balik yang dilontarkan oleh Penda.

"Urusan kampuslah Om."

"Urusan kampus, Jam 11 baru pulang!"
Alsa tidak tahu jika sekarang Penda menahan amarahnya, namun Penda jaga sebab tidak sopan jika ia luapkan dirumah kakaknya sendiri.

Wisnu tidak ikut campur, ia hanya diam dan mendengar saja. Penda sudah ia anggap seperti dirinya sendiri yang mampu menasehati Alsa selayaknya.
"Pen, Om kekamar dulu," Wisnu menepuk pelan pundak Penda dan mengisyaratkan kalau dirinya akan naik keatas untuk istirahat serta memberikan amanah kepadanya untuk menasihati anaknya itu, Penda mengangguk mengiyakan tanda tidak keberatan.

Saat Wisnu sudah tidak lagi disana, Penda buru-buru beranjak dari sofa dan mengahmpiri Alsa yang sedang meneguk air putih.
"Kenapa baru pulang?" tanya Penda saat sudah berdiri didepan Alsa.

"Tugasnya baru selesai jam segini, jadi ya baru pulang Om," jawab Alsa setelah ia selesai minum dan meletakkan gelas kotornya di atas meja.

"Lain kali jangan sampe pulang larut Sa!"

"Om, Aku udah gede. Jadi ini gak terlalu bermasalah banget kan."
Alsa bedecak diakhir kalimat.

"Al, kamu itu cewek. Nggak seharusnya kayak gini." Penda mendesah frustasi, baru kali ini Alsa-nya membantah setiap ucapannya. Apa selama ini gadis itu muak dengan segala perlakuannya? entahlah.

"Om mending pulang, Alsa mau mandi terus istirahat. Ini udah malem."

"Itu tahu kalau sekarang udah malem, tapi kamu sendiri baru pulang jalan sama cowok."

Kaki Alsa terhenti saat baru dua langkah ia selesaikan, Ucapan Penda barusan terdengar aneh ditelinganya.

"Om, ini udah malem aku capek."
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Alsa benar-benar beranjak dari sana menghiraukan panggilan yang masih menggema dari Penda.

***

Penda fokus pada jalanan, namun isi otaknya tidak. Ia masih memikirkan keanehan Alsa saat dirumah tadi. Ucapan gadis itu tak lagi lembut seperti tadi pagi. Aneh, kenapa Alsa berubah begitu cepat. Apa setelah sekian lama, baru malam ini gadis itu sadar jika Penda memiliki perasaan lebih kepadanya. Dan gadis itu merasa risih sebab Omnya sendirilah yang menyukainya.

Penda mendesah, tangannya terulur membuka dashboard mobil dan mengeluarkan sekotak rokok dan korek api disana. Bukan, Penda bukan perokok pasif. Ia hanya membutuhkan benda itu saat sedang stress berat;seperti sekarang inilah momennya.
Penda memberhentikan mobilnya disebuah jalanan sepi, lalu mengambil sebatang rokok yang sudah ia genggam sebelumnya dan menghidupkan api dari koreknya. Hampir satu bulan ia tidak merokok dan sekarang terasa begitu lega saat kepulan asap memenuhi setiap sisi mobilnya. Ia sengaja tidak membuka kaca mobilnya.

"Aku bodoh ya, Al."
Satu hisapan kuat membuat Penda meringis tanpa sebab.

"Suka sama kamu."
Penda frustasi, sungguh. Sebenarnya ia tidak ingin terjebak dalam perasaan ini. Sungguh. Ia hanya menuruti kata hatinya.

"Aku harus gimana Al?" lirihnya pelan. Rokok yang ia hisap tinggal setengah, Penda membuka kaca mobil dan melempar asal sisa rokoknya.

"Aku harus gimana Al?" lagi, Penda berucap dan membenturkan kepalanya di stir mobil beberapa kali. Ia melupakan rasa sakit di dahinya sebab hatinya lebih sakit saat ini. Selanjutnya hanya sebuah getaran dibahunya, Penda menangis.

Tidak mau dibilang lemah oleh dirinya sendiri, Penda mengusap kasar bekas air mata yang masih membasahi kedua pipinya. Menyalakan mobil menuju sebuah minimarket untuk membeli lima kaleng beer. Ini baru pertama kalinya Penda nekat untuk mencoba minuman memabukkan itu. Pikirannya kacau. Dan saat pikiran kacau maka otak akan berbuat apapun agar dapat meredakkan kekacauan didalam kepala, bahkan sampai ada yang rela mencelakakan diri.
Seusai membayar minuman yang ia beli, Penda memasuki mobilnya dan melajukannya menuju rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Penda sudah masa bodoh dengan jadwal syutingnya. Yang ia butuhkan hanya waktu sendiri dengan terus mengumpati kebodohannya yang masih mencinta Alsa;keponakkannya sendiri.

**

Ini sudah yang ketiga kalinya Penda meneguk beer-nya. Diruang tamu, sendiri tanpa ada siapapun yang akan memarahinya sebab ulah gilanya. Kedua Mata Penda sudah sayup pertanda ia mabuk, bahkan berbagai ucapan aneh sudah ia keluarkan dari mulutnya. Merasa tak puas, ia kembali membuka dua botol kaleng beer-nya lalu meminumnya asal membuat bajunya basah akibat air yang terciprat.

"Apa aku harus pergi Al, supaya perasaan ini hilang?" gumam Penda lemah, kali ini badannya sudah limbung dilantai. Melupakan dinginnya keramik itu.

"Ya. Aku harus pergi," desisnya lagi semakin meringkuk.

"Al, Aku sayang kamu Al. Aku cinta kamu Al," desisnya disertai segukan menyedihkan. Sampai akhirnya Penda terlelap begitu saja.

___________

Oke maap ya kubuat Penda menderita wkwk:v
i hope u alaways healty guys:*

Nikah, Om?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang