Till I find You Mr.Bieber

TIFY Mr.Bieber 3

aku menyetir mobil dengan hati-hati, aku tidak ingin ganti rugi jika mobil ini rusak akibat menabrak sesuatu. jika saja justin bukan boss ku mungkin aku tidak mau melakukan ini, betapa menyebalkan dirinya, dia asik-asikan bercumbu dengan yovana (yang kuyakini sebagai kekasihnya ini) dibelakang, sedangkan aku? aku layaknya seorang supir. sesekali aku melirik ke belakang melalui rearview mirror dan betapa menggelikanya melihat sepasang kekasih itu sedang berciuman, tidak hanya ciuman. tangan justin juga mengelus2 punggung yovana yang mulus itu,  entahlah kapan yovana menlepas bajunya aku tidak tahu, saat aku melirik kekaca rearview yovana sidah sudah tidak memakai bra dan baju. sungguh ini hal menjijikan bagi ku, aku merasa sebagai obat nyamuk disini. aku sedang sibuk menyetir dan. setiap saat harus mengecek GPS untuk tau jalan ke penthouse justin tapi mereka asik-asikan bercumbu. oh tuhan aku muak.

"sebentar lagi akan sampai dan aku akan keluar dari mobil yang membuatku jijik akibat ulah mereka bedua" bisik ku dalam hati.

Dan beberapa saat kemudian, aku sudah sampai dipenthouse justin.

Oh tidak, saat aku membalikan badan untuk memberi tau bahwa kita sudah sampai tetapi aku melihat pemandangan yang benar-benar membuat ku muak sekaligus geli. apa tidak salah justin sedang memainkan puting yovana dengan tanganya? oh tidak, betapa menjijikanya yovana dan justin, aku yakin pasti cia akan berhenti mengagumi CEO tampan ku ini saat dia mengetahui hal ini. "maaf justin, kita sudah sampai dan aku ingin pulang sekarang. sampai jumpa" ucaku sambil menundukan kepala dan segera keluar dari mobil justin.

saat aku berjalan untuk mencari taxi tiba-tiba saja ada yang menarik tangan ku. jantungku berdetak 3x lebih cepat. bagaimana kalo yg menarik tangan ku ini hantu? tapi yang lebih kutakuti jika yg menarik tanganku adalah perampok atau penjahat. "Lepaskan aku, kau mau merampok ku? percayalah aku tidak punya uang. hidup ku saja susah. lepaskan aku"  dengan lantang aku mengucapkan kalimat tersebut. "aku bukan perampok. aku lebih kaya darimu bahkan jauh lebih lebih kaya, jadi untung apa aku merampok?" suaranya begitu familiar untuk ku. ya aku tahu pasti ini justin, ingin rasanya aku menyobek mulutnya saat dia sedang meremehkanku atau memamerkan hartanya dan memuji dirinya sendiri.

"maaf justin, ada apa lagi?" tanyaku saat sesudah membalikan badan dan menghadap ke justin "siapa yang menyuruh mu pulang?" tanya dengan nada dingin "tidak ada"  jawab ku setengah berbisik. "kau harus menginap dirumah ku karena aku sedikit membutuhkan bantuan mu" dia membutuhkan bantuan ku? bantuan apa? aku tidak mau membantunya jika dia menyuruhku untuk merekam adegan nya dengan yovna dikasur "bantuan apa?" aku sunguh penasara, bantuan apa yg dia butuhkan.

"kau masuk saja kedalam dan kau akan tahu" dengan sabar ku ikuti dirinya.

"daaaaddddddyyyy" aku sungguh terkejut saat ada mendapati seorang anak lelaki kecil yang memanggil justin dengan sebuat dady. apakah CEO ku ini seorang duda? atau yovana ini istrinya? tapi jika yovana ini istrinya, tidak mungkin mereka pisah rumah. sudah cukup aku dibuat pusing dengan keluarga ini

"heyyy jaxon, did u miss me baby?" yovana yang mengendong anak kecil itu yg bernama jaxon. "yes I miss ya mom" Damn! he called yovana with mom? now I'm really confused with this family.

"yovana bisakah kau bawa jaxon kekamar dan tidurkan dia. jangan lupa berikan dadamu kepadanya." dengan nurut yovana menjalankan tugas yg diberikan justin.

"wave," dia memanggil ku

"ya?"

"kau ku pecat!" Apa?  dia memecat ku? apa salah ku? bukankan aku sudah menghantarkan dia kerumahya? sometimes life is unfair.

"hey apa salahku? ini hari pertamaku kerja dan kau memecatku? lebih baik kau tidak usah memerima ku" nada ku naik 2 oktaf.

"hey dengarkan aku dulu. kau mulai sekarang menjadi baby sister jaxon"