Being alone is happy. Why? Because no one can hurt me.
🌙️🌙️🌙️
"BOLANYA SINIIN GEBLEK!"
"LEMPAR SINI!"
"LIPSTIK GUE MANA?!"
"ADUH STOP KONTAK UDAH HABIS APA YA, GA BISA NYATOK NIH"
"PR DONG PR! GUE BELOM!"
Keributan di kelas dan teriakan-teriakan semacam itu sudah biasa terjadi di kelas dua belas IPS. Teriakan macam itu seperti sudah nyanyian wajib yang selalu terdengar. Kelas selalu heboh. Tentu saja. Biang kerok selalu ada dimana-mana.
Lemparan kertas, pesawat-pesawatan dari kertas menjadi salah satu pendukung ributnya kelas itu. Gadis-gadis yang asik dengan make up nya, dan para pria yang asik dengan vidio HD nya.
Namun di balik kehebohan itu, seorang gadis tengah fokus dengan buku novelnya. Telinganya yang di pasangkan earphone seakan tak mendengar suara heboh di dalam kelas itu.
Gadis tadi asik membaca kata demi kata di dalam novelnya, dari pada melihat keadaan kelasnya yang sudah seperti kapal pecah ini. Dan di kelas itu, tidak ada satupun orang yang menyapa gadis tadi. Seakan gadis tadi hanyalah patung di dalam kelasnya.
Kringg..kring...
Teriakan dan keributan tadi bertambah bising kala mendengar suara menyebalkan. Apa lagi kalau bukan bell masuk. Selesai bercekcok dan saling berbacotan, akhirnya kelas tadi menjadi hening. Di tambah dengan langkah seorang wanita paruh baya dengan high heels -nya dan buku di tangannya.
"Pagi semuanya" sapa wanita tadi, yang tak lain adalah Bu Fika, wali kelas anak-anak bandel tadi.
"Pagi buu" balas murid seadanya.
Bu Fika mengangguk, "Hari ini kalian kedatangan teman baru. Aldino, ayo masuk"
Dan seketika seorang pria berperawakan tinggi dengan jambulnya, beserta seragam yang berbeda masuk dengan santainya.
Wajah si murid baru yang tampannya bukan main itu membuat hampir kaum hawa di dalam kelas menjerit dan tersenyum. Banyak yang langsung merapikan rambutnya, hingga diam-diam memakai lipstik di dalam kelas.
Berdiri di samping Bu Fika, laki-laki yang bernama Aldino itu tersenyum manis, menambah kesan ramah yang membuat semua gadis melemah.
"Pagi semuanya. Kenalkan, saya Aldino. Pindahan dari SMA Nusantara. Senang bertemu kalian" ujar Aldino dengan suara bassnya, membuat kaum hawa lagi-lagi tersenyum manis.
"Ganteng banget, bwang"
"Bagi id line sabi lah"
"Ketemu orang tua kamu, boleh?"
"SUDAH, TENANG" teriakan bu Fika membuat genitan dari gadis-gadis centil tadi terdiam. Bu Fika hanya bisa menggeleng, sedang Aldino masih memasang senyum manisnya.
Bu Fika mengarahkan pandangannya, lalu matanya menangkap ke arah gadis yang masih asik dengan dunianya. Telinganya yang masih di sumpel earphone dan novel yang masih dibacanya.
Bu Fika berdecak sebal, "Nara" panggil bu Fika.
Anara Glaydia—gadis yang asik membaca novel tadi belum mendengar ucapan sang guru.
Hal itu mengundang atensi dari seluruh siswa, tak terkecuali Aldino. Aldino dan seluruh siswa sontak mengalihkan perhatiannya ke arah Nara yang masih saja asik dengan dunianya.
"Anara" panggil bu Fika lagi.
Nara masih asik membaca novelnya, seakan belum sadar akan situasi yang akan menimpanya.
Kesabarannya habis, bu Fika berteriak dengan kencangnya, "ANARA GLAYDIAAA!!"
Hal itu sontak membuat Nara tersentak. Novelnya terjatuh dan gadis itu langsung melepas earphonenya. Tak lupa gadis itu mendongak dengan tatapan 'habislah-aku.'
"Gak denger bel udah bunyi?! Masih asik saja dengan novel!" omel bu Fika.
Nara tersenyum kecil, "Maaf bu, keasikan"
Bu Fika berdecak sebal. "Sekarang coba kamu bilang, siapa nama murid baru ini"
Nara mengalihkan pandangannya ke samping bu Fika. Melihat seorang pria yang kini tengah menatapnya juga.
Nara terdiam sejenak, "Gak tau—"
"Nama saya Aldino. Salam kenal" potong Aldino cepat yang langsung di beri tatapan nyalang oleh bu Fika.
"Harusnya jangan kamu kasih tau, Al. Biarin dia sendiri yang mikir. Biar lain kali gak asik dengan dunianya sendiri" ujar bu Fika kesal.
Aldino hanya menampilkan senyum manisnya.
"Ya sudah, kamu duduk di samping Nara aja sana. Sekalian, biar Nara ada teman" putus Bu Fika akhirnya.
"Gak bu!" tolak Nara cepat. "Saya nyaman sendiri" lanjutnya.
"Jangan asik sama duniamu terus, Ra. Bergaul sedikit. Dari kelas sepuluh sendiri terus" ujar bu Fika.
"Sudah Al, kamu duduk sana. Yang lain, buka buku paket kalian halaman 82. Kita bahas sekarang" titah bu Fika.
Aldino langsung berjalan ke arah kursi Nara. Baru saja sampai, Nara langsung menggendong tas nya dan memilih pindah duduk di bangku belakang.
"Duduk sana, gue mau sendiri" jelas Nara.
Aldino menatap Nara dengan tatapan heran. Sedangkan para siswi lain mengumpat dalam hati, merutuki kebodohan Nara yang menolak duduk di samping lelaki tampan.
Nara memilih duduk dan mulai asik dengan dunianya. Dan Aldino, karna tidak ingin membuang waktunya, memutuskan untuk duduk sendiri di tempat Nara yang sebelumnya.
Rasa heran bersarang di benak pria itu, apalagi Nara berbeda dari gadis lain. Rasa heran yang menjadi awal mula rasa ingin tau lebih seorang Aldino dengan gadis yang berambut sebahu itu.
🌙️🌙️🌙️
Baru pembuka nih, hehehe:)
Vote and comment di tunggu yah!
Salam,
Negita.
KAMU SEDANG MEMBACA
A u t h o p h i l e .
Teen FictionAutophile (n). person who loves solitude, being alone. Anara Glaydia, seorang gadis yang benar-benar penyendiri. Dari SD tidak mempunyai teman, hingga kini gadis itu duduk di bangku SMA. Kisah hidupnya tidak semulus yang kalian bayangkan. Banyak kej...