04. Peduli

7.9K 872 16
                                    

"Sedinginnya kamu, secuek-cueknya kamu, kamu tetap punya hati untuk peduli, bukan?"

🌙️🌙️🌙️

Nara menjatuhkan bokongnya di bangku belakang panggung. Sudah malam, dan seharusnya ia sudah harus pulang. Namun gadis itu memilih untuk berdiam sejenak sambil menikmati kopi hangat yang sudah di pesannya.

"Leva?"

Suara seorang gadis yang sedikit lebih tua darinya membuat Nara mendongak.

"Apa?"

Gea—seorang mahasiswi yang sudah lama manggung di Cafe yang sama dengan Nara hanya bisa tersenyum kecil. Rasanya, Gea sudah kebal dengan kecuekan Nara. Berbeda dengan Nara yang ramah di atas panggung.

"Tadi cowo yang manggil kamu Nara itu, memang teman sekolah kamu?" tanya Gea sambil duduk di depan Nara.

Nara memilih menggeleng.

Gea menganggukan kepalanya, "Iya sih, seragamnya beda sama seragam sekolah kamu"

Nara hanya diam. Gea tersenyum. Rasanya mahasiswi kedokteran itu masih saja berniat ingin berteman dengan gadis cuek ini.

"Kamu punya temen gak di sekolah?" tanya Gea.

Nara menghembuskan nafasnya panjang. "Kenapa sih lo kepo banget? Urus aja urusan lo sendiri. Gue mau pulang"

Nara segera bangkit dari duduknya, lalu mengambil tasnya dan meninggalkan Gea yang tersenyum hambar.

"Kalau bukan karna fans nya yang banyak, sebenarnya Pak Rio juga mau memecat dia" ujar seorang wanita paruh baya yang segera mengambil atensi Gea.

"Maksud bibi?"

Arum—atau biasa di sebut bibi oleh Gea, yang bertugas membersihkan Cafe saat sudah mau tutup  itu memang kurang suka dengan Nara.

"Leva itu gak ada sopan-sopannya sama senior. Apa lagi kamu kan mau dinikahkan sama Pak Rio, masa iya dia berani seperti itu dengan calon istri bosnya sendiri?" ujar Bi Arum.

Mengingat hal itu, Gea justru emosi. Rasanya lebih baik dia tidak di hargai dari pada harus di hargai sebagai istri dari pria mata keranjang.

"Gea pamit pulang, bi. Malam" ujar Gea yang langsung menggendong tasnya, meninggalkan bi Arum yang masih menyapu lantai.

"Ck, dasar. Tidak yang muda, tidak yang dewasa, semuanya tidak ada sopan-sopannya"

🌙️🌙️🌙️

Nara tidak langsung pulang. Gadis itu menyempatkan diri untuk duduk dan menikmati angin malam di taman. Entahlah, rasanya Nara sedang malas pulang. Walau sebenarnya hatinya tengah khawatir dengan keadaan sang Ibu.

Pandangan Nara tertuju kepada seorang gadis yang familiar di wajahnya. Gadis berambut panjang yang memakai cardigan itu tengah terisak, lalu duduk tepat di bangku sebrang tempat Nara duduk.

Gadis itu adalah Gea.

Nara hanya mengeryitkan dahinya heran tanpa berniat untuk menyapa, walau mereka berdua tentu sudah saling kenal.

A u t h o p h i l e .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang