Nara menghembuskan nafasnya pelan. Tangisnya sudah sedikit mereda, namun gadis itu sedikit merasa canggung. Pasalnya, setelah di peluk oleh Aldino tadi, gadis itu justru menangis sejadi-jadinya. Menunjukkan betapa rapuh nya dirinya.
"Minum dulu"
Aldino menyodorkan sebotol air mineral untuk Nara. Nara mengambil botol itu dan dengan wajah datarnya diiringi nada dinginnya mengucapkan, "makasih"
Aldino hanya balas tersenyum sambil duduk di samping gadis itu. Matanya melirik Nara, merasakan jika gadis itu terlalu sakit.
"Lo kenapa? Ada mas—"
"Gue pengen pulang" potong Nara cepat. Gadis itu mungkin sudah tida merasa nyaman lagi.
Nara bangkit berdiri. Namun baru saja ia akan melangkahkan kakinya, ucapan Aldino kembali menghentikan langkahnya.
"Susah ya?"
Nara menaikan satu alisnya, lalu memutar tubuhnya. Menatap Aldino yang kini mulai berdiri dan berjalan ke arahnya.
"Gue tau lo itu pendiem. Gue tau lo itu tertutup. Tapi lo gak akan bisa menyelesaikan masalah lo dengan menutup diri terus, Anara"
"Gak usah sok tau. Gue ga punya masalah sama sekali." ujar Nara dingin.
"Terus, tangisan lo? Cuma settingan?"
Nara mengepal tangannya, merasa kesal. "Tau apa sih lo tentang gue?"
"Gue gak tau apa-apa tentang lo. Dari awal, niat gue hanyalah ingin jadi teman lo. Gue—"
"Gue ga perlu teman" potong Nara.
"Itu pendapat lo. Tapi faktanya, lo butuh. Lo gak bisa nangis sendirian, mendem semua masalah lo sendirian. Gue cuma mau jadi teman lo, gak lebih dari itu. Gue cuma mau lo merasa kalo lo gak sendiri. Banyak orang yang peduli sama lo, tapi semua rasa peduli itu ketutup, karna lo yang gak mau buka diri."
Nara terdiam.
"Menurut lo, orang-orang yang menghina lo sekarang itu kenapa? Karna awalnya mereka peduli sama lo. Banyak yang mau jadi temen lo, kalau lo mau belajar untuk terbuka. Lo boleh egois, tapi jangan egois sama diri lo sendiri. Belajar berdamai sama dunia lo. Gue mungkin gak tau apa-apa tentang masalah lo, seberat apa beban lo. Cuma lo harus belajar sadari satu hal," Aldino menjeda ucapannya.
Sedangkan Nara masih diam, betul-betul mendengarkan ucapan Aldino.
"Masalah lo terasa sangat berat karna lo ga punya sandaran untuk cerita. Mungkin lo punya orang tua, Ayah atau Ibu.. Tapi lo gak berani cerita karna lo takut membebani pikiran mereka. Di situ gunanya lo cari sahabat.Seenggaknya, dengan lo punya sandaran buat cerita, numpahin segala keluh kesah lo, semua masalah itu gak akan terasa begitu berat lagi." jelas Aldino dengan senyuman.
Nara merasakan jika Aldino benar-benar begitu tulus ketika mengatakan itu semua.
Aldino menepuk pundak Nara dengan senyum, "Mungkin berat bagi lo buat cari teman ketika banyak orang yang udah anggap lo aneh karna sifat tertutup lo. Tapi lo gak usah khawatir, gue disini. Bersedia jadi teman lo."
Nara masih diam.
"Ya, mungkin lo masih ragu juga buat cerita. Itu gak masalah. Intinya, kita bisa berteman dulu sekarang. Nanti kalau sudah terbiasa juga lo bakalan cerita dengan sendirinya" lanjut Aldino sambil terkekeh.
Aldino melirik jam tangannya lalu kembali menatap Nara. "Lo tadi mau balik kan? Yaudah hati-hati di jalan. Gue duluan, ada janji ketemu sama temen lama gue. Jangan lupa, saran gue tadi di pikirin baik-baik. Gue cabut duluan ya? See you tomorrow."
Setelah mengatakan itu, Aldino tersenyum dan berjalan meninggalkan Nara yang masih mematung. Ucapan Aldino benar-benar membuat gadis itu berfikir.
Nara tak jadi pergi. Gadis itu justru memilih kembali duduk. Tapi semua yang dikatan Aldino memang ada benarnya. Semua masalah Nara terasa berat, karna gadis itu tak punya tempat untuk berbagi.
Seandainya saja dia punya teman, mungkin masalahnya bisa ia ceritakan. Dia mendapatkan solusi, dan setidaknya ia tak perlu memendam semua nya sendirian lagi.
Gadis itu harus bisa bangkit. Masalahnya akan semakin berat jika ia tak menemukan teman berbagi. Dan lagi pula, Nara sudah lelah menahan semuanya.
Mungkin kali ini Nara harus mengikuti saran Aldino. Dari hal sederhana, namun mungkin mampu mengubah hidupnya.
☀️☀️☀️
Heiyo, i'm back!!
Terima kasih sudah menunggu cerita ini. Lama banget ya update nya?:( sorry ya:) tugas ku sudah menumpuk:(
Makasih yang masi nunggu dan mau ngevote ceritanya, aku senang sekali❤
Salam,
Negita.
KAMU SEDANG MEMBACA
A u t h o p h i l e .
Teen FictionAutophile (n). person who loves solitude, being alone. Anara Glaydia, seorang gadis yang benar-benar penyendiri. Dari SD tidak mempunyai teman, hingga kini gadis itu duduk di bangku SMA. Kisah hidupnya tidak semulus yang kalian bayangkan. Banyak kej...