05. Ayah

7.9K 803 19
                                    

"Aku hanya ingin melihat dia. Sosok yang di sebut seorang kepala rumah tangga."

—Anara

🌙️🌙️🌙️

"Nara pulang"

Tamara segera menyambut anak semata wayangnya itu dengan senyuman manisnya menggunakan kursi roda.

"Ra? Baru pulang?"

Melihat sang Ibu, Nara memilih untuk menyalim ibunya lebih dulu. Lalu setelah itu, Nara meletakan tasnya, dan duduk di sofa.

"Iya bu"

Tamara mengerti keadaan gadisnya yang terlihat lelah itu. "Kamu sudah makan?"

Nara terdiam sejenak, "Hanya minum kopi, tapi udah bikin Nara kenyang kok, bu"

"Makan dulu. Gak baik sudah malam cuma minum kopi" titah Tamara. Nara menggeleng.

"Nara ngantuk. Nara pengen tidur. Ibu udah minum obat kan? Ibu istirahat ya. Malam, bu"

Setelah mengatakan hal itu, Nara segera bangkit berdiri. Mengambil tasnya, dan tak lupa mencium kening sang Ibu. Nara langsung masuk ke dalam kamarnya. Rasanya memang tubuhnya terasa sangat lelah hari ini.

Nara langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Rasanya gadis itu ingin menangis saja, tapi terlalu cengeng bagi gadis itu. Di balik rasa ketidak peduliannya, Nara tetap merindukan sosok seorang ayah.

Nara hidup selama 17 tahun, dan gadis itu bertemu dengan ayahnya hanya dua kali. Itu pun tidak ada pembicaraan, dikarenakan gadis itu terlalu sakit untuk mengatakan semuanya.

Ayahnya memang rutin mengirimkan uang bulanan, tapi Nara dan sang Ibu tak menyentuhnya sama sekali. Jikalau memang ingin di ambil, setidaknya Nara ingin agar Ayahnya yang memberikan uang itu sendiri. Bukan hasil transfer.

Nara memang membenci sosok ayah, tapi gadis itu juga ingin mempunyai Ayah. Ingatan gadis itu kembali terputar saat gadis itu di Sekolah Dasar.

Flashback On

Ini adalah hari ayah. Semua ayah dari masing-masing anak datang ke acara itu. Akan ada acara nyanyi untuk Ayah dan juga pemberian bunga. Acara itu di selenggarakan di Aula.

Dari semua senyum yang terukir di bibir para siswa, hanya Nara yang terlihat menahan tangis. Melihat banyak pria paruh baya ber jas yang datang dengan menggendong putri atau putranya.

Memeluk dan mencium mereka.

Mengusap dan membelai rambut anaknya.

Sedangkan Nara?

Gadis itu hanya terdiam sambil melihat betapa besar kasih sayang seorang Ayah kepada anaknya.

Namun, mengapa Nara tidak mendapatkannya?

"Nara? Kamu kok di sini sendiri?"

Suara sang Ibu membuat Nara segera mendongak.

"Ayah mana, bu?"

A u t h o p h i l e .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang