There's always a reason why i hate you.
🌙️🌙️🌙️
Kini halaman sekolah SMA Harapan Negara sudah ramai. Jam sudah menunjukan pukul 2.30 siang , artinya sudah jam pulang sekolah.
Motor dari beberapa siswa sudah ada yang keluar gerbang. Banyak juga siswi yang menunggu angkutan umum.
Nara berdiri di salah satu halte dengan buku novel di tangannya. Telinganya di pasangkan earphone. Gadis itu menghentak-hentakan kakinya pelan, mengikuti irama hatinya.
Sedang asik dalam pikirannya, seorang gadis dengan ramahnya menepuk pundak Nara, membuat si empunya pundak menoleh.
"Rahel?" desis Nara.
Rahel—gadis yang kini ada di hadapan Nara itu tersenyum manis.
"Mau pulang bareng?" tawar Rahel.
Nara berdecak sebal, "Tidak usah sok peduli. Sana pergi"
Senyum Rahel luntur. "Kenapa?"
"Tidak sudi" jawab Nara tegas.
Rahel memaksakan senyumannya, "Sebenci itu ya lo sama gue?"
"Gak usah di tanya. Pertanyaan bodoh" lanjut Nara. Nara memilih untuk menjauh, menghindari Rahel yang hanya bisa menatapnya dengan tatapan nanar.
Tak lama, bis yang di tunggu oleh Nara tiba. Tanpa berpamitan sedikitpun kepada Rahel yang masih setia berdiri, Nara langsung menaiki bus itu.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, bus itu mulai melaju. Meninggalkan Rahel yang masih senantiasa berdiri di halte. Kepergian bus itu membuat setetes air keluar dari pelupuk matanya.
"Apa begitu bencinya lo sama gue, Ra?"
🌙️🌙️🌙️
"Nara pulang"
Sapaan dari gadis itu tidak mendapatkan balasan. Segera Nara melepas sepatunya dan berlari ke kamar sang Ibu. Begitu gadis itu membuka pintu kamar, terlihat sang Ibu yang tengah tertidur pulas.
Nara menghela nafasnya panjang, lalu berjalan perlahan mendekati ranjang sang Ibu. Gadis itu berjongkok, lalu memegang tangan sang Ibu yang masih tertidur.
"Cepet sembuh, Bu. Nara gak kuat liat ibu nahan sakit seperti ini terus" lirih gadis itu.
Lirihan Nara rupanya tak luput dari pendengaran sang Ibu. Perlahan, Tamara—ibunda Nara membuka matanya. Tamara tersenyum melihat anak putri semata wayangnya kini sudah pulang dan ada di sisinya.
"Ra? Sudah pulang?" ujar Tamara yang membuat Nara tersentak. Gadis itu cepat menghapus air matanya, lalu menatap sang Ibu yang tengah tersenyum, menutupi sakit yang tengah di rasakannya.
"Udah bu, baru tadi. Ibu gimana? Udah agak sehatan?" tanya Nara.
"Syukur saja, ibu sudah mulai membaik. Kamu hari ini ada jadwal manggung?" tanya Ibu.
Nara terdiam sejenak lalu mengangguk. "Ada bu, nanti pulangnya jam delapan malam"
Tamara menghela nafasnya. "Ayahmu rutin mengirimkan uang bulanan. Kenapa tidak kamu pakai saja? Jadi, kamu tidak perlu bersusah payah bekerja manggung di Cafe"
Nara tersenyum, "Kalau bisa menghasilkan uang sendiri, kenapa harus bergantung dengan orang lain, Bu?"
Tamara memaksakan senyumnya. Jika saja ia sedang dalam keadaan sehat, pasti ia bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai direktur keuangan. Hanya saja kondisinya memaksa agar ia harus istirahat, membuat sang anak yang harus mencari nafkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A u t h o p h i l e .
Teen FictionAutophile (n). person who loves solitude, being alone. Anara Glaydia, seorang gadis yang benar-benar penyendiri. Dari SD tidak mempunyai teman, hingga kini gadis itu duduk di bangku SMA. Kisah hidupnya tidak semulus yang kalian bayangkan. Banyak kej...