Five

1.7K 39 2
                                    


London, 02.15am

Ana, gadis itu sudah sadar sejak pukul 10 pagi tadi. Dia hanya duduk diam diatas tempat tidur sembari menggigiti ujung kuku jempol tangannya. Yup! Dia sedang berpikir. Jika dia mengamuk ataupun memberontak, berarti jarum sialan itu akan menancap lagi di tubuhnya dan dia benar benar benci jarum suntik.

"Nona.. nona? Anda baik baik saja?"

Seorang pelayan wanita melambaikan tangan didepan wajah Ana dan membuatnya tersadar.

"Ya ada apa?"

Ana menatap pelayan itu dengan wajah yang biasa. Pelayan itu terlihat sedikit kebingungan.

"Saya membawakan makanan untuk anda"

Pelayan itu meletakkan nampan berisi makanan yang membuat Ana susah payah menelan sallivanya. Well- seingatnya terakhir kali dia makan sebelum kejadian konyol yang menimpanya. Sudah berapa hari? Oh astaga pantas saja otaknya macet. Tapi sesaat kemudian gadis cantik itu mengerutkan dahinya. Bukankah dia tawanan? Kembali, dia memperhatikan sekelilingnya. Sejak kapan tawanan diberikan fasilitas mewah seperti ini? Dan juga makanan yang menurutnya sangat layak. Aneh, sangat aneh.

Baru ingin membuka suara, Ana sudah tidak melihat pelayan yang tadi berdiri di dekatnya. Selalu saja, tenggelam dengan pemikiran sendiri.
Bergegas, gadis 'pemakan segala' itu mengambil makanan dan memakannya dengan lahap. Masa bodoh dia tawanan atau apa untuk sekarang, yang jelas dia lapar dan ingin makan. Sayangnya makanan itu terlalu sedikit untuk lambungnya, ingin keluar meminta makanan pun dia sadar kalau kakinya masih dirantai. Parahnya lagi, kedua kakinya!

"What the hell! Arrgh!"

Gadis itu menggeram tertahan sambil menjambak rambutnya. Kenapa tidak membunuhku saja, pikirnya.

"Hei kau! Siapapun di luar sana, hello!! Aku masih lapar, bisakah kau membawakan makanan untukku?!"

Persetan dengan statusnya, dia masih lapar dan ini tidak bagus untuk kondisi otaknya untuk berpikir. Gadis konyol.

*Taak*

Suara tendangan pintu terdengar.
"Diamlah gadis berisik!"

Ana membulatkan matanya, kaget, marah, kesal menjadi satu. Ia ingin sekali mengumpat dan memukul wajah seseorang sekarang.

"Sialan- Aku lapar!!"

*Blam*

Pintu tiba-tiba terbuka dengan kasar, tentu saja gadis itu terkejut. Suara pintu yang keras ditambah pria besar berotot memelototinya dengan tajam. Berjalan kearahnya dengan cepat dan melemparkan remahan roti ke wajah gadis itu. What the hell, Ana terkejut bukan main. Dia menatap pria jelek itu dengan penuh amarah.

"Sampah, beraninya jalang sepertimu berteriak memerintah!"

Cukup, Ana benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Gadis itu berdiri diatas tempat tidur dan mengambil peralatan makan yang ia gunakan tadi untuk melempar pria besar yang jelek itu hingga ujung kepalanya mengeluarkan darah.

"Dasar jalang rendahan tidak tahu diri!!"

Pria itu menarik rantai yang membelit kaki Ana hingga gadis itu terjatuh, masih diatas tempat tidur. Pria itu menariknya semakin mendekat dengan perlawanan kuat dari gadis yang menjadi monster saat amarah memakannya. Pria itu menjambak rambut panjang itu dan satu tangannya siap melayangkan tamparan sebelum....

*Door!*

Suara tembakan terdengar, darah mengenai wajah gadis yang kini terdiam sambil membulatkan matanya terkejut. Bagaimana tidak, pria jelek yang tadi menghinanya kini berlumuran darah. Ana tidak bodoh, dia melihat dengan jelas jika pria itu tertembak tepat dibagian kepalanya. Bahkan bedcover yang tadinya putih bersih, kini berwarna merah karena darah.

Pria yang terkulai di atas lantai itu ia yakin sudah tidak bernyawa. Kemudian Ana melirik dengan perlahan si pelaku penembakan dan ternyata dii, si pria tinggi yang sangat tampan- ralat! Dia si pembunuh itu!

Dia tersenyum! Pembunuh itu tersenyum kearahanya. Bukan, itu bukan senyuman. Itu adalah seringaian. Sialan, apa aku akan mati sekarang?. Gadis itu diam menatap kearah pria tinggi yang berjalan mendekat kearahnya. Dia masih amat sangat terkejut dengan peristiwa penembakan yang terjadi tepat didepannya. Bahkan aroma darah sangat jelas di indera penciumannya. Kali ini apalagi?, Pikirnya.

Ana memang menyukai film action, horror ataupun bergenre psycho. Hanya saja, dia bahkan tidak pernah berpikir jika dia yang berada diposisi sang korban. Hidupnya memang selalu sial.

"Tidak ada yang boleh menyakitimu selain aku"

Tunggu, apa yang dikatakan pria tinggi ini. Ana mengerutkan dahinya.

"Huh?"

Pria itu berdecak pelan, gadis ini benar-benar suka sekali membuatnya mengulang apa yang sudah diucapkannya.

"Key, panggil pelayan dan bersihkan semua yang ada disini. Aromanya seperti tikus busuk"

Ana membulatkan matanya, dia benar benar tersinggung. Yang menempati ruangan itu kan dia!

"Kau lah tikus busuknya, harusnya kau mati saja" Dengan suara yang pelan gadis itu mengatakannya, jujur dia bahkan tidak sadar saat mengatakan itu. Dia benar benar dibuat kesal. Sayangnya, pria tinggi itu mendengarnya. "Okay, I'm going to death now", batinnya berucap sambil menelan ludah dengan berat.

Pria itu mencondongkan tubuhnya, memperhatikan wajah gadis cantik di depannya. Meskipun wajah itu sedang berlumuran darah namun pria itu dengan jelas dapat melihat kilatan amarah dan ketakutan di dalamnya. Dia tersenyum di sudut bibirnya.

"Well- si tikus ini akan segera bermain dengan keju busuknya"

Kembali menegakkan tubuhnya "Cepat bersihkan dan pindahkan dia". Pria itu berjalan keluar dengan angkuh.

Perintah itu mutlak. Segera beberapa pelayan masuk, Ana panik. Dia akan dibawa kemana lagi.

"Hei jangan menyentuhku!"

Dia mulai memberontak, Key mengambil sesuatu di dalam kotak. Gadis itu melotot, dia sudah paham apa yang akan diterimanya.

"Fine!! Jangan lagi, aku tidak akan memberontak"

Key tersenyum mengangguk kemudian menyimpan kembali kotak yang berisi benda sialan yang dibenci Ana. Setidaknya dia akan tahu akan dibawa kemana dan mencari jalan untuk melarikan diri dari si psikopat gila itu.




~~~~~~~~~~~~

[TBC]

Hayoloh mau dibawa kemana 😌

Your Destiny Belong To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang