'Lo berubah, Res.'
Kalimat singkat itu seakan jadi boomerang dikepalaku. Aku yang saat ini sedang melakukan pemanasan pun tidak fokus dengan instruksi di depan.Aku hanya tidak habis pikir dengan manusia satu itu. Bagaimana dia bisa mengatai aku berubah kalau penyebab perubahan diriku ini sejatinya adalah dirinya.
"Res! Resha!"
Panggilan dari Nita serta merta menyentakku dan mengembalikan fokusku saat ini. Aku mengernyit samar. Ternyata semua orang sudah pindah ke pinggir lapangan untuk diberi instruksi tentang permainan bola volly. Aku pun menghampiri Nita dan Ara yang saat ini sedang melambaikan tangan padaku.
"Kenapa sih, Res? Ngelamun mulu perasaan." tanya Ara sesaat setelah aku mengembil barisan disampingnya.
"Tau tuh! Mikirin apaan sih?" tambah Nita.
"Gak papa. Gue tadi lagi kepikiran aja sa-"
"Sama gue ya Resh? Jelas sih. Gue kan ganteng." potong Zero tiba-tiba sebelum aku menyelesaikan kalimatku.
"Iya kan Resh?" tambahnya sambil menaikturunkan kedua alisnya.
"Hiiihhh.. Apaan sih lo? Yakali gue mikirin elo. Kebanyakan liburan otak lo tambah geser ya." jawabku bercanda.
"Padahal gue bawa oleh-oleh dari Lombok. Tapi elo jahat ke gue, Res."
"Yaudah, buat gue aja, Ro." sela Nita.
"Ogah banget. Mending gue kasih ke Resha lah. Ehh, btw sebelah lo siapa Nit? Cantik hehe."
"Giliran liat yang bening aja cepet." jawab Nita ketus.
"Ohh jelas dong. Populasi cewek cantik tuh semakin berkurang akhir-akhir ini."
Nita pun hanya memutar kedua bola matanya malas. Sementara Ara disebelahnya, sudah cekikikan dari tadi. Menurutnya, sosok bertubuh tinggi yang dipanggil 'Ro' oleh Nita tadi sangat lucu.
"Hai cantik. Kenalin, gue Zero. Temennya dua curut nih berdua. Mereka cuma manfaatin kegantengan gue doang buat diajak jalan, biar dikira gak jomblo. Nasib orang ganteng tuh emang gitu. Susah emang. Tapi gue masih jomblo kok. Lo sendiri gimana? Masih jomblo juga? Jangan-jangan kita jodoh lagi." kata Zero sambil mengedipkan sebelah matanya.
Akupun hanya memutar bola mata jengah. Temanku yang satu ini selalu saja kambuh otaknya. Gak jelas. Kasihan juga Ara harus meladeni sikap Zero yang aneh itu.
**
Jam pelajaran olahraga telah selesai sejak lima menit yang lalu. Sekarang disinilah aku dan teman-temanku berada. Tempat yang menjadi tujuan utama pelampiasan rasa lapar dan dahaga. Kantin.
Aku, Nita dan Ara sama-sama diam. Kami semua fokus dengan mie ayam kami masing-masing. Aku begitu tenang menikmati makanku kali ini. Mungkin karena tidak ada pengganggu seperti biasanya.
"Woy! Bagi dong gua aus!" tanpa dipersilahkan olehku pun Zero sudah meminum es tehku dan mengambil duduk di sampingku. Aku mengehela napas. Ternyata aku salah. Dimana pun hidupku pasti akan selalu ada pengganggu.
"Beliin baru gih! Masa gue minum bekas lo!" mintaku pada Zero setelah dia meminum es tehku.
"Yaelah. Bekas gue doang juga, Res."
"Ya masa kita minum di sedotan yang sama? Kan gak lucu. Lagian itu es teh belum gue minum. Makanya lo beliin baru!"
"Ya emang gak lucu, Res. Yang lucu kan elo. Iya gak?" kata Zero sambil menaik turunkan kedua alisnya genit.
"Woy! Nggombal mulu. Udah cepet pepet aja, lama lo, cowok bukan si? lama-lama gue tikung juga lo!" kata Yundi tiba-tiba mengambil duduk di depan Zero.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi
Teen FictionIni tentang ilusi mimpi dalam pias senja kini biarlah kupetik sedikit rona sebelum pergi untuk menemani sekali lagi untuk menemani hanya sampai esok saja biarlah menghangat dalam dekap biarlah mendingin dalam gelap sekali lagi ini tentang ilusi biar...