Kesan Pertama

7 0 0
                                        

"Ruangan ini asyik juga ya kalo dilihat-lihat.. " Aku senyum-senyum sendiri memperhatikan sudut-sudut ruangan guru yang aku tempati saat ini. Berbeda dengan ruangan kelas di sekolahku terdahulu yang hanya seadanya saja. Ruang kelas yang sekarang sudah didesain lebih kreatif. Tembok di cat dengan warna biru agak toska dan dengan wallpaper bermotif macam-macam. Ditempel sesuai dengan mata pelajaran. Seperti meja guru matematika. Ada motif angka dan lambang-lambang aritmatika. Ada juga motif tanaman dan hewan untuk pelajaran pengetahuan alam. Paling kusuka adalah motif tangga nada dan alat musik Namun hanya beberapa guru saja yang punya spot tempat duduk dilengkapi wallpaper seperti itu.

Aku sendiri cukup bersyukur memiliki meja kerja yang pemandangannya enak dipandang. Ada kolam ikan yang langsung bisa kulihat lewat jendela. Ditambah suara gemericik air yang mengalir dari pancuran kolam. Satu lagi yang membuat sejuk di mata adalah sekitar kolam dibuat taman mini dan banyak ditanam bunga-bunga yang cantik disana. Tak lupa pohon palem botol pun tumbuh menghiasi taman ini. Menikmati pemandangan ini membuatku lupa waktu. Kulihat jam menunjukkan pukul 10 lewat 20 menit. Sepuluh menit lagi waktu istirahat habis. Ada perubahan jam mengajar di hari ini. Harusnya aku mengajar kembali jam 2 siang nanti. Tapi karena ada pertukaran jam akibat ada guru yang mendadak izin, terpaksa aku lanjut mengajar setelah jam istirahat.

Sepuluh menit yang berhargaini kumanfaatkan untuk bergegas ke kantin. Sekedar mencari pengganjalperut. Sepanjang jalan menuju kantin aku melewati musholla. Tak sengajamataku mendapati seorang anak laki-laki sedang duduk di teras musholla. Takterlalu jelas ia sedang apa. Tapi aku tahu dia murid ku. Murid yang dudukdi samping Joni beberapa hari yang lalu. Sedang apa ia disana? Bukankan jamistirahat hampir habis? Aku malas menegurnya. Kuputuskan untuk lebih baik kekantin. Tak lama setelah makanan kubayar, bel masuk kelas pun berbunyi.

================================== *****=====================================

Aku memasuki ruangan kelas 6C.

"Selamat siang anak-anak..!"

"Selamat siang bu..!"

Sekilas kuperhatikan beberapa wajah tampak bingung.

"Jam matematika ditukar dengan sejarah ya. " Aku menjelaskan. "Pak Karno sedang ada urusan. Jadi kalian belajar sejarah abis istirahat siang nanti." Aku menambahkan. Sebagian anak-anak mengangguk paham.

"Supaya kalian nggak ada yang mengantuk di siang hari ini, Sekarang keluarkan kertas selembar, ya!"

"Ibu mau melihat kalian masih ingat nggak dengan materi sebelumnya." Anak-anak mulai ramai gerasak-gerusuk. Ada yang sergap membuka buku. Sibuk membolak-balik catatan. Sebagian lagi sibuk merobek kertas.

"Sudah semua?" Aku meyakinkan pertanyaan siap dibacakan.

"Sudah Bu..!! " Anak-anak bersiap menyimak.

Aku tak suka ujian yang hanya ada di pertengahan semester atau kenaikan kelas. Bagiku tidak ada belajar yang instan atau kebut semalam. Jadi aku memastikan mereka paham sedikit demi sedikit materi yang kuajarkan. Agar tak menjadi beban di akhir Ujian.

"Ibu kasih waktu 30 menit untuk menjawab pertanyaan ya." Tegas ku setelah memberikan 3 soal cerita. "Kerjakan sebisa kalian. Jangan mencontek!"

Suasana langsung hening. Aku berjalan keliling ruangan mengawasi. Dengan berkeliling biasanya anak-anak ini akan lebih takut untuk mencontek dan buatku juga bisa sekaligus olah raga. Hehe.

30 menit pun berlalu...

"Kita bahas bareng-bareng ya.. Ibu bacakan pertanyaan nya. Kalau bisa jawab paling cepat Ibu kasih hadiah." Aku sudah mempersiapkan tiga buah coklat di tas. Anak-anak itu senang diapresiasi. Walau hanya dengan coklat.

Soal pertama kubacakan. Seorang murid perempuan berkacamata yang duduk di bangku paling depan mengangkat tangan paling cepat.

"Jawabannya apa Riri? " tanyaku

" 45 Bu. " jawab Riri

"Yap. Benar. " Aku tersenyum. Kemudian menyerahkan coklat itu. Anak-anak lain terlihat iri. Aku menjelaskan kenapa bisa hasilnya adalah 45.

"Lanjut ke soal kedua. Siap-siap yaa.." aku memberikan aba-aba.

"Bila membeli satu buah sepeda dengan harga 500 ribu bisa mendapat empat buah bola. Berapa banyak bola yang didapat bila Toni memiliki uang 2 juta untuk membeli sepeda? "

Beberapa anak kulihat mengangkat tangan bersamaan. Aku memilih anak laki-laki yang duduk di deretan belakang.

"Apa jawabannya?" tanyaku

"15 Bu..." katanya bersemangat.

"Yah.. Maaf. Jawabannya kurang tepat. Siapa nama kamu?" aku menyesali jawabannya yang salah.

"Dika Bu." jawabnya agak kecewa.

"Maaf Dika. Ibu oper ke yang lain, ya"

Kemudian aku melempar pandangan ke anak-anak yang masih mengangkat tangan. Kupilih anak yang duduk disamping Joni.

"Kamu siapa namanya?" tanyaku

"Danu Bu." Anak yang terasa familiar ini ternyata bernama Danu.

"Oke Danu. Berapa jawabannya?" tanyaku lagi.

"16 Bu. " jawabnya.

"Yup. Tepat" Aku memberinya coklat. Dia terlihat sangat senang. Begitu juga teman sebelahnya si Joni. Dia sampai bertepuk tangan. Padahal bukan dia yang jawab. Hahaha. Baru saja aku beranjak ke depan kelas, kudengar bisik percakapan diantara mereka.

"Nanti kita bagi dua ya, Jon." 

Kisah si DanuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang