Sebuah Sepatu

4 0 0
                                    

Pagi ini Mama buatkan aku bekal sarapan. Senangnya kalau ada Mama di rumah. Biasanya untuk urusan perut aku makan seadanya. Tapi kalau ada Mama di rumah, mulai dari sarapan sampai makan malam semua sudah Mama jamin. Hehe.

Aku mengambil kotak makan di dalam tas. Ada beberapa potong roti tawar yang sudah dilapisi selai didalamnya. Terlalu banyak bila kuhabiskan sendiri. Mungkin Mama berpikir aku pulang sore. Aku memperhatikan ruangan guru tampak sepi. Terlintas wajah anak-anak yang kuajar barusan. Ah! Pasti seru kalau kumakan dengan anak-anak itu.

Di kantin ada segerombolan anak yang sedang asyik bercanda. Aku menghampiri mereka. Beberapa aku kenal namanya. Beberapa lagi aku hanya ingat wajah. Tapi aku hapal mereka semua kelas 6C.

"Ibu boleh duduk di sini? " Aku meminta izin untuk bergabung. Hal yang tak perlu sebenarnya. Namun aku sedikit khawatir mereka merasa terganggu dengan kehadiranku.

"Eh, ada Bu Raya" Farhan sang ketua kelas menyapaku. "Ibu punya roti nih. Kalian mau?" Tanya ku membuka kotak makan dan menyodorkan setumpuk roti selai di hadapan anak-anak itu.

"Waw.. Riri ambil boleh Bu?" tanya anak lain si Riri. Padahal tangannya sudah mencomot sepotong.

"Sok atuuh.. " Aku mengambilnya juga, diikuti anak-anak yang lain.

"Enak ya rotinya. Ini Bu Raya yang buat?" tanya seorang murid perempuan berkerudung yang duduk disamping Riri.

"Iya bener Bu. Enak rotinya." Seorang murid berbadan gemuk yang berdiri di samping Farhan ikut memuji makananku.

"Makasih." jawabku. "Tapi ini Mamany Ibu kok yang buat. Hehe." Aku menambahkan. Entah mengapa makan bersama dan bercanda dengan murid-murid ini menyenangkan bagiku. Berbagi makanan seperti ini membuat kita menjadi lebih dekat.

"Teng... Teng...Teng...!" Bel istirahat berbunyi lagi. Waktu nya kembali ke kelas.

"Yuk Anak-Anak. Kita masuk kelas!" Ajak ku. "Jangan lupa sampahnya dibuang. ya" Kataku sebelum mereka pergi. Tanganku meraih sampah botol kemasan air mineral dan membuangnya ke tong yang ada di pojok kantin. Di tong itu mataku menangkap sebuah benda. Sepatu. Berwarna hitam dan masih terlihat bagus. Punya siapa itu? Pikirku. Kenapa hanya sebelah?

Kisah si DanuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang