#20

15.6K 596 94
                                    

Nana POV

Mungkin orang gampang buat bilang gue ga boleh nyerah. Termasuk abang gue sendiri tapi ketika gue sadar kalo gue ini bodoh mengharapkan sesuatu yang udah jelas ga akan terjadi dan ga mungkin terjadi apa iya gue masih bisa terus bertahan?

Lo ngarepin dia? Dia ngarepin lo ga?

Gue sendiri bahkan ga tau apa yang bikin gue tiba – tiba mengharapkan dia lebih ke gue. Awalnya sih biasa tapi lama – lama gue malah baper karena semua sikap diam dan saat itu juga gue merasa jadi orang bego yang berani keluar dari zona nyaman gue.

Zona nyaman dimana seharusnya gue ga terpengaruh dengan ulah cowok tapi gue malah keluar dari zona nyaman itu hanya karena gue nyaman sama semua tingkah dia ke gue.

Gue cuma bisa mencurhakan perasaan gue lewat gambar – gambar yang selalu gue buat dan gue simpen. Mungkin akan ada saatnya gue akan buang semua kertas – kertas itu dan belajar memandang sesuatu yang nyata bukan khayalan belaka. Bahkan mungkin dia ga akan pernah tau perjuangan gue nahan perasaan gue sendiri dan mengurungnya di ruang kegelapan hati gue ini. Mungkin gue sama kak Rain itu sama tapi mungkin gue ga sekuat dia dan ga sekuat wanita tegar lainnya. Gue cukup kuat untuk menghadapi orang yang suka main kasar dan songong dan seenaknya ke gue hanya karena gue terlihat seperti orang lemah, gue cukup kuat untuk menghadapi pukulan – pukulan orang yang membuat diri gue penuh dengan luka lebam tapi gue ga cukup kuat untuk bertahan dengan urusan cinta.

Jatuh hati ke orang yang ga pernah mengganggap lo ada jauh lebih sakit daripada lo harus jatuh dari tebing sekalipun. Mungkin ini lebay iya gue tau kok...tapi emang ini kenyataannya kan?

Entah gue yang bodoh atau gue yang terlalu polos karena gue rela nungguin lo yang ga ada kepastiannya.

"Boleh ga sih gue nyesel karena gue pernah seolah sok – sokan jadi malaikat malam itu?" tanya Nana sejenak.

Author POV

Ia bahkan bingung kenapa saat itu ia harus menemui Ai? Kenapa saat itu ia tak membiarkan saja Ai membuat sebuah mahakarya di tangannya dengan segala pukulannya itu? Kenapa saat itu Ai harus memeluknya dan membuat Nana tak bisa melupakannya sementara Ai? Apa mungkin ia masih mengingat itu?

"Eh Laura ini gimana dah"

"Apa sih lo nanya mulu ! belajar sendiri kek !"

"Ya kan gue nanya ke orang pinter ! biar ngerti ! udeh ajarin deh"

"Lau.. ini gimana kalo udah kayak gini"

"Eh lo diem dulu kek ! elah bacot !"

Nana berusaha menahan emosi. Menahan emosi dimana yang pertama kali bertanya pada Laura dan belajar pada Laura adalah dirinya dan tiba – tiba Ai datang mengganggu dan mengatai dirinya.

Kenapa tak membalas marah seperti biasanya? Bukan tanpa alasan Nana memilih diam. Terlalu lelah untuk berharap dengan penantiannya, Nana menjalankan apa yang dikatakan oleh Karin, kakak kandung Tata.

"Kalo lo ga kuat jangan pernah paksa hati lo, jangan biarin lo sakit karena rasa yang lo simpen, coba lupain dan cari kebahagiaan lo sendiri biar dia tau hidup lo ga tergantung sama dia"

Maksudnya move on? Tepat. Mungkin aneh, sekarang kta hidup pada jaman dimana sakit hati sebelum jadian, move on sebelum pacaran. Tapi pada kenyatannya hal itu memang benar dan tak lagi menjadi hal asing. Melupakan lebih awal jauh lebih baik dibandingkan sakit hati lebih awal.

"Eh Nana brisik"

"Eh Na diem" lanjutnya.

Jelas – jelas Nana hanya diam dan tak berbicara tapi saking isengnya Ai ia tetap menganggap bahwa sekalipun Nana diam itu tetap saja berisik dengan tujuan membuat Nana kesal dan akhirnya marah besar.

High School Lovers/Haters (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang