#36

2.4K 149 31
                                    

Author POV

Waktunya untuk kembali dan melepas seluruh ketenangan alami yang mereka dapatkan. Waktunya untuk kembali ke segala masalah dan riuh dunia. Nana hanya terdiam di dalam bus sambil membaca komik onlinenya, memang komik yang Nana baca genrenya comedy dan biasanya ia adalah tipe orang yang mudah tertawa, tapi sejak kemarin entah kenapa ia terus saja memikirkan bagaimana tatapan Kayla dan gengnya terutama tatapan Rasya yang sepertinya memang benar menyukai Ai bukan hanya sekedar bahan bercandaan.

Pukul 18.30 mereka akhirnya sampai dan Nana sekarang bingung harus pulang bagaimana karena Ivan tidak membaca pesannya dan tidak mengangkat telepon Nana. "Pasti deh ni orang ketiduran" ujarnya sambil menendang kerikil yang ada di sekitarnya.

Tin tin!

Seseorang memberhentikan motornya didepan Nana, dan Nana sudah tidak asing dengan motor itu. Ia sudah tahu betul bahkan sangat hapal siapa pemilik motor itu.

"Ga makasih" ujar Nana dingin bahkan sebelum Ai memberikan tawaran padanya.

"Emang siapa yang mau nawarin lo? Gue cuma mau bilang jangan diri deket pohon malem – malem gini, katanya sih disini horor kalo udah jam segini"

"Oh" jawab Nana begitu singkat.

Ai terkekeh dengan jawaban Nana."Ya udah gue pulang"

Ai meng-gas motornya dan pergi meninggalkan Nana sendirian disana. Meninggalkan Nana sendirian di tengah kesucian malam. Nana melangkahkan kakinya ke arah jalan raya tidak ada satupun kendaraan umum yang sifatnya sedikit private, setidaknya ia ingin ada bajaj disana, tapi yang muncul adalah metromini. Salah satu kendaraan umum yang paling Nana benci karena mencekam dan asapnya yang membuat Nana beberapakali harus berhadapan dengan sesak napas.

"Cewek~"

Tiba – tiba saja ada sekelompok pria yang datang mendekati Nana dan menggodainya, Nana tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia ingin berlari tapi tidak bisa. 6 pria itu mencegat Nana dan mereka membuat Nana muak dengan bau alkohol dari mulut mereka belum lagi ditambah dengan bau rokok.

"Lo semua mau apa!" Nana menegaskan dengan penuh rasa takut.

Mereka hanya tertawa seolah kalimat yang Nana ucapkan tadi adalah sebuah lelucon. Nana ingin berteriak tapi ia melihat ada pisau yang dipegang oleh salah satu dari mereka, ia sering melihat ini di ftv atau sinetron yang ia tonton tapi ia tidak pernah membayangkan kalau ini akan terjadi padanya. Ia tidak mau nyawanya melayang, lebih baik barangnya yang diambil daripada nyawa atau masa depannya yang harus menjadi bayaran.

Nana melepaskan tasnya dan menunjukkan handphonenya. "Ini barang – barang gue. Kalian boleh ambil tapi tolong jangan ganggu gue"

Salah satu dari mereka tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya pada Nana. Satu hal mereka tidak seperti preman, hanya saja mereka suka mengganggu perempuan yang sedang sendirian, sepertinya mereka anggota geng motor brandalan. "Cuma ini? Lo pikir cukup?"

Namanya Kai, Nana bisa melihat dengan jelas nama itu di jaketnya. Ia termasuk orang yang tampan tapi menjijikan karena tingkahnya, melihatnya mengingatkan Nana pada Raka.

"Terus lo mau apa lagi sih!! Lepasin gue!" teriak Nana percuma.

Brukk!!!

Nana tidak mengerti apa yang terjadi, tapi baru saja ada 2 pria yang menghajar mereka. Ia tidak melihat begitu jelas siapa mereka yang jelas, kedua pria itu memerintahkan Nana untuk menjauh dari sana. Nana mundur perlahan menjauhi tempat itu, memastikan bahwa kedua pria yang menolongnya akan baik – baik saja. Beberapa kali Nana menutup mata dengan telapak tangannya karena ia tidak sanggup melihat pria – pria di depannya saling melemparkan pukulan keras.

High School Lovers/Haters (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang