100 mawar.

28.1K 1.5K 11
                                    


7 bulan kemudian.





Kling.
Suara pintu terbuka menandakan ada seorang pelanggan yang masuk kedalam toko.

Seorang wanita muda nan cantik memasuki toko itu dengan senyum yang mengembang. Ia suka wangi bunga, ia suka warna bunga, ia suka semua yang menyangkut bunga. Dia adalah Steffi Orlando. Menurut Steffi, tak ada yang lebih indah selain kecantikan bunga dan kecantikan wanita.

"Selamat datang di toko blossom, ada yang bisa saya bantu?". Tanya pelayan toko itu.

Steffi tersenyum kearah wanita muda yang sedang hamil itu.

"Saya ingin 100 bunga mawar merah". Ucap Steffi pada pelayan itu. Pelayan itu tersenyum lalu berjalan menuju bunga mawar itu berada.

Steffi mengikuti wanita itu, Steffi dapat melihat wanita itu dengan telatennya menyusun setiap mawar merah itu dengan sangat rapi.

"Kamu sedang hamil berapa bulan?". Tanya Steffi dengan sumringah. Bagi stefi menjadi ibu adalah hal yang paling ia inginkan, mungkin bukan hanya dia. Tapi itu sudah menjadi keinginan para wanita.

" Tujuh bulan". Ucap wanita itu.

"Oh iya... Kalau boleh tau, namamu siapa?". Tanya Steffi.

"Rosaline". Ucap Rosaline dengan tersenyum ramah.

"Wow... Apa ibumu menyukai bunga rose? Apa kamu juga menyukai bunga rose? Apakah anakmu nanti kamu beri nama rose juga? Atau nama bunga yang lain?". Tanya Steffi dengan antusias. Memang Steffi adalah wanita yang banyak pertanyaan dikepalanya, jika tidak ia lontarkan pertanyaan itu maka kepalanya akan pusing dengan segala dugaan yang ia pikirkan.

Melihat raut wajah Ros yang binggung membuat Steffi meringis dan memukul mulutnya pelat.

"Maafkan aku, Rosaline. Apa kepalamu pusing? Atau kamu marah dengan ku? Atau... Ah... Maaf, aku mulai lagi". Ucap Steffi seraya memukul kepalanya.

Ros tersenyum kearah Steffi lalu menyodorkan buket bunga yang ia susun rapi menjadi satu ke arah Steffi. Ros dapat melihat mata Steffi yang berbinar binar. Ros suka pemandangan itu.

"Iya ibuku dan aku menyukai bunga rose. Dandelion, nama anaku nanti dandelion". Ucap Ros sembari membayangkan anaknya lahir nanti. Ia tidak sabar akan hal itu, tanpa sadar Ros menggelus perutnya.

"Tidak apa apa, tidak usah minta maaf atas apa yang kamu tanya kan tadi. Aku... Senang ada yang bertanya seperti itu". Ucap Rosaline yang diakhiri dengan senyuman tulus. Sehingga membuat Steffi lega.

"Lalu, kamu sendiri kenapa menyukai bunga mawar?". Tanya Ros kembali.

"Menurutku, cinta itu seperti bunga mawar. Semakin kamu menggenggamnya, semakin kamu terluka karena durinya. Tapi, jika kamu menyingkirkan durinya. Kamu akan memuja cinta itu, seperti kamu memuja bunga mawar". Ucap Steffi.

"Ya... Kamu benar". Ros tersenyum miris lalu menundukan kepalanya.  Cinta? Bahkan ia tidak tau apa itu cinta yang sesungguhnya. Yang ia tau hanya cinta dari kedua orangtuanya yang kini tiada.

"Kamu... Kamu mau jadi kakak ku?". Ucap Steffi tanpa sadar. Ros menggangkat kepalanya menyapa Steffi.

"Apa? Apa kamu bilang?". Ucap Rosaline dengan nada terkejut.

Steffi tergagap karena melihat reaksi Ros yang seperti itu, mungkin Steffi salah bicara lagi dengan mulut asalnya ini.

"Aaah... Maafkan aku...". Ucap Steffi sembari sedikit membungkukan kepalanya.

"Haha... Kenapa kamu selalu minta maaf, kamu tidak membuat salah... Adikku". Ucap Ros dengan tertawa. Rosaline telah membuat keputusan bahwa, ia menerima Steffi sebagai adik angkatnya. Memang pertemuan ini sangat singkat, dan Ros yakin bahwa Steffi adalah anak yang baik dan sopan.

"A...apa? Adikku?. Kau menerimaku sebagai adikmu?". Ucap Steffi dengan wajah terkejut.

"Eumm... Aku pikir iya".


Bruk.
Steffi memeluk Ros dengan erat.

"Aku selalu ingin mempunyai kakak perempuan yang menyukai bunga. Ternyata aku tidak salah memilih toko tadi". Ucap Steffi dengan terharu. Seumur umur ia tidak akan bisa mempunyai adik lagi, karena rahim ibunya telah diangkat karena suatu penyakit. Dan Steffi hanya mempunyai kakak laki laki yang menyebalkan.

Steffi melepaskan pelukannya dan menarik satu bunga mawar, lalu menyodorkannya kepada Ros. Ros mengerutkan alisnya karena binggung.

"Untuk apa?".

"Untukmu". Ucap Steffi dengan senyum lima jarinya. Manis. Menurut Ros Steffi adalah anak yang manis.

Ros menerima bunga itu lalu Steffi menarik bunga dalam buket itu lagi dan menyodorkannya kepada Ros lagi. Baru Ros ingin berbicara namun suara Steffi lebih dulu keluar.

"Untuk anakmu". Ucap Steffi sembari menaikan satu alisnya.



Kringgggg....



Kringgggg....




"Oh... sebentar". Steffi merogoh tasnya dan menemukan benda pipih yang ia cari. Steffi melihat nama yang tertera dilayar ponselnya lalu mendengus kesal.

Steffi menggeser tombol hijau kesamping lalu menempelkannya di telinganya.

"Halo...". Ucap Steffi dengan lesu.

".............".

"Sebentar lagi, kau tidak bisa sabar sedikit ya?". Teriak Steffi.

".....................".

"Ah... maaf, Aku sedang berbicara dengan kakakku dan ponakanku dulu?".

"..............."

"Oke, tunggu aku. Sedikit lagi aku keluar".

Pip.

Steffi menjauhkan ponselnya lalu menatap ponselnya itu dengan garang.

"Dasar tukang marah, tukang suruh, tukang ngatur, tukang... Tukang apalagi ya?. Pokoknya kesel". Ucap Steffi dengan raut wajah yang kesal. Tapi menurut Ros wajah Steffi sangat lucu, sehingga membuat dia tertawa.

Tidak salah juga aku menerima Steffi sebagai adikku, mungkin Steffi adalah malaikat yang Allah kirim untukku, untuk menemaniku. Batin Ros.

"Ah... Kakak, maaf. Aku harus pergi sekarang, semua ini totalnya berapa?". Tanya Steffi sembari memasukkan ponselnya kedalam tas.

"Satu juta rupiah". Ucap Ros. Jika ini adalah toko miliknya, mungkin Ros akan memberikannya secara cuma cuma kepada Steffi, sayangnya ini adalah toko milik nenek tua yang ia tolong waktu itu.

Steffi menyodorkan uang kartu nama kepada Ros, kali Ros mulai menghitungnya.

"Tunggu, stefi. Uangmu kelebihan". Ucap Ros setengah berteriak, karena Steffi sudah berlari kearah pintu. Ros mengejar Steffi kedepan namun Ros sudah melihat mobil yang melaju cepat. 

Ros melipat uang itu lalu memasukkannya kedalam saku celananya. Ros masuk kembali kedalam toko itu, dan melihat kartu nama yang Steffi tinggalkan.

"Orlando.inc". Gumam Ros. Kemudian Ros memasukkan kartu nama itu juga kedalam saku celananya. Mungkin ia akan menggembalikan uang Steffi ke alamat yang tertera ini.












__________________

Halo.....

Ada yang masih menunggu kelanjutan cerita ini????.

Maafin aku ya... Karena baru update lagiiii.... Huuuuu...

Maafin juga chapter ini pendek. Tapi seriusan, chapter selanjutnya bakalan panjangggggg....

Kira kira lanjut? Atau enggak ya?.

V + C.

Viaazalia❤.

ROSALINE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang