September 2015, pertama kali kita kenalan. Namanya Manda, dia adalah teman sekolah temanku, nama temanku Adit. Kebetulan mereka memang satu sekolah sekarang. Aku, Manda dan juga Adit seumuran, kami masih duduk di bangku SMA kelas 3, tahun ini kami menginjak umur yang ke 17. Lantas salah apa umur sampai-sampai kami injak?
Ini kali pertama aku mau kenalan dengan lelaki lagi, setelah aku putus dari mantanku beberapa waktu yang lalu. Namanya Fahmi, dia sesungguhnya lelaki yang baik, tapi entah kenapa makin lama dia makin suka marah-marah enggak jelas, dan pencemburu. Aku dan Fahmi sudah kenal lama, hubungan yang kami jalani sudah sampai dua tahun. Aku cukup dekat dengan keluarganya, keluarga Fahmi pun mau menerimaku dengan baik, syukur Alhamdulillah.
Hampir lupa, aku belum memperkenalkan namaku. Namaku Bela, panjangnya Bela Mega Silfianti, aku anak orang tuaku, orang tuaku terdiri dari ayah dan ibu, agamaku Islam. Mungkin hanya itu dulu yang bisa aku beri tahu.
Kembali tentang Fahmi mantanku, meskipun aku dekat dengan keluarganya tapi dia tak terlalu dekat dengan keluarga ku. Karena aku gak pernah ngajak dia untuk main kerumah, bukan karena aku malu atau apa tapi aku tahu bagaimana orang tuaku, bukan juga karena orang tua ku memilih- milih tapi orang tua ku sedikit agak kaku sama orang yang baru mereka kenal. Itu yang buat aku jadi enggak enak sama dia. Takut dia nganggepnya bagaimana.
Fahmi memang suka tanya ke aku, kok dia enggak boleh untuk main kerumahku. Aku selalu punya banyak alasan untuk tidak membuatnya tersinggung. Tapi tetap saja dia akhirnya marah, entahlah kenapa dia bisa berubah seperti itu. Padahal waktu dulu, waktu pertama kali aku mengenalnya dia orang yang sangat ramah, baik, dan enggak pernah marah ke aku. Aku enggak tahu apa yang bisa membuat dia jadi berubah 100% dan buat aku jadi enggak suka sama sifat dia yang sekarang.
Kalau Fahmi kerumahku, itupun hanya sekedar antar jemput aku saja. Meskipun begitu orang tua ku tentu tahu dia, tapi tak begitu dekat. Setiap dia kerumahku untuk menjemput, pasti dia salaman dengan orang tua ku kalau ada.
Kami tak terlalu pandai untuk mempertahankan hubungan kami. Keberuntungan tidak memihak pada kami. Boleh jadi emang kami tak berjodoh, tapi entahlah. Semua emang salahku, semua aku yang buat. Aku tak terlalu menyesal dengan apa yang aku perbuat. Bukan artinya aku tidak tahu diri atau apa, tapi karena aku tahu apa yang aku perbuat.
Aku punya prinsip kalau aku melakukan sesuatu atas dasar dari kata hatiku sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun aku bakal terima apa aja hasilnya baik atau buruk untuk ku.
Dan sejak saat itu aku belum pernah berfikir untuk mencari pengganti. Bukan berarti tak ada yang mendekati ku, tapi aku belum ngeladenin siapa saja itu yang mendekati ku. Aku pun tak tahu alasannya, mungkin karena aku belum siap atau apalah itu.
Aku awalnya belum siap, tapi entahlah firasat ku berkata lain semenjak melihat namanya, nama Manda. Dan mulai hari ini aku siap untuk hidup yang baru.
-----
Bel tanda pulang pun berbunyi.
Akupun keluar kelas untuk bersiap- siap untuk langsung pulang.
"Icaaaaak!!!!?........" Aku memanggil sahabatku itu.
"Apa cah?(cah itu adalah cicah, panggilan temen-temen ku dari dulu untukku)
"Liat deh, aku dichat sama temen Adit, kamu kenalkan sama dia, temen ku itu loh" sambil menunjukkan ponselku.
Sebenernya ini kali pertama aku nunjukin sikap ku yang sedikit mencair untuk dekat dengan seseorang lagi.
"Ya bales lohhhhhh, apa perlu sini gua yang balesin!? Ha ha ha" sambutnya setengah mengejek, karena dia tahu aku bingung harus bales apa.
"Bingung bales ya"
"Basing lah, baru nge-PING doang aja kan, iya kek, kenapa kek, apa kek ribet banget dah lu ha ha ha"
"Icak mahhhhhhhhhhh" rengek ku sedikit maluu.....
----
Akupun langsung membalasnya namun memang aku merasa canggung.
Yahhhhh, memang aku akui sejak aku bersama Fahmi memang aku tak pernah dekat dengan yang lain kecuali teman sekelasku sendiri.
Bahkan untuk berteman dengan lelaki lainpun selain teman sekelas pun Fahmi tidak mengizinkan.
Ya mungkin karena ia terlalu sayang kepada ku.
----
"Iya kenapa?" 14:30
(Aku pun mulai membalasnya.)
"Gak apa- apa, kamu temen Adit ya? 14:31
"Iya emang kenapa?" 14:50
(Aku bales lama bukan berarti sengaja, itu karena aku bingung harus jawab apa)
"Salam kenal yaaa" 14:53
"Iya dehhhh".
Seperti kataku tadi, ini pertama kalinya aku mau ngeladenin lelaki lagi.
Entah kenapa aku males banget buat cari pengganti.
Meskipun ku akui aku memang merasa sepi.
----
Tiba- tiba ponselku berbunyi.
"Laaaaaaaa..........." 19:38
"Iyaaa?" 19:50
"Kamu lagi apa?" 19:52
"Belajar, kamu biasa dipanggil apa emang?" 20:20
"Manda laaaa" 20:25
"Oh iya da" 20:26
Percakapan kami pun hingga malam.
Hingga aku tertidur.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali aku bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Aku berangkat naik angkutan umum dengan sepupuku yang kebetulan satu sekolah dengan ku.
Bukan Ica, namanya Rosa biasanya aku manggil Mbak Rosa, dia adalah anak dari kakak ibu ku maka dari itu aku memanggil dia mbak.
Setiap hari dia selalu menjemput ku, untuk jalan kedepan menunggu angkot.
Meskipun aku dekat dengan Ica tapi entah kenapa aku jarang berangkat sekolah bareng dia. Ica kalo berangkat sekolah bareng sama Dona, tetanggaku juga.
"Apa Lo liat-liat gua?" Tanyaku yang keheranan ngeliat Mbak Rosa sedari tadi memperhatikan wajahku.
"Ngapa muka Lo asem amat!?"
"Lu kira muka gua, ketiak elu apa ha??? Hahahaha"
"Hahaha kampret lu sambil Jambak jilbabku.
"Resek banget, ya sudah yok jalan."

YOU ARE READING
Bagimu Aku Hanya Sebatas Debu
RomansaSebenernya aku takut untuk menulis ini, aku takut ada kesalahpahaman yang akan datang kepadaku. Aku hanya bertujuan agar aku tetap ingat dengan yang aku rasakan walaupun aku tahu tak terlalu penting mengingat sesuatu macam ini. Kalau setelah membac...