Hari ini pun sama. Aku masih saja setia memandangmu diam-diam. Melihat setiap gerak-gerikmu tanpa kau ketahui. Kadang kau kelihatan bingung. Kadang kelihatan panik. Dan berbagai ekspresi yang kau tunjukan.
Dan sayangnya, aku tak pernah bosan untuk melihat itu semua.
Pernah kala itu, kau menangkap basah aku yang sedang memandangmu dari balik pintu itu. Ingatkah kau?
Kau tau? Aku takut kala itu. Ketakutan yang menurutku konyol. Karena faktanya kau malah tersenyum padaku. Senyum yang mampu menghilangkan segala hal negatif dalam diriku.
Terkadang aku merasa bersalah karena membiarkanmu berusaha sendirian di balik pintu itu. Tapi aku percaya kau mampu melalui semua itu.
Setelah usai, kau menemuiku. Kau menceritakan kisah perjuangan yang baru saja kau lakukan. Tak ada ekspresi lain yang bisa ku tunjukan selain tawa dan tersenyum. Menanggapi kau yang sedang bercerita.
Mungkin kau tak tau. Bahkan takkan pernah tau. Hal kecil semacam itu bisa membuat hariku lebih berwarna. Karena kau memberi warna pada hidupku yang dahulunya hanya ada hitam, putih dan abu-abu.
Hal kecil semacam itu juga yang mampu membuatku terlihat seperti orang gila. Karena tak kuasa menahan senyuman setiap kali aku mengingat tingkah lakumu.
Hal kecil itu juga yang membuatku tak henti-hentinya bersyukur. Memanjatkan doa agar kita senantiasa dipertemukan lagi dan lagi.
Dear -A-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata-kata yang tak terucap
PoetryKata-kata yang tak mampu kuucapkan langsung padanya. Kata-kata yang mungkin takkan pernah 'dia' ketahui. Bila tak ingin membacanya, jangan dipaksakan. Karena 'dia' bahkan belum sekalipun membacanya.